Dibalik Nikmatnya Kopi Hitam Ala Anak Kost
Gelap bumi mulai menghilang karena bumi mulai didatangi cahaya mentari, dinginnya pagi dan terhembusnya embun diikuti bangunnya ayam betina bersama gerombolan anaknya mengeruk tanah mencari makan dan telah terlihat sebagian aktifitas manusia mulai terlihat begitu beragam sebagai cara memastikan bahwa besok masih bisa membeli makanan dengan hasil kerja hari ini.
Kami bertiga dengan mata yang masih terus terbuka menyambung cerita dengan suara tarikan seruput kopi hangat sembari wajah penuh senyuman, entah kenapa setiap bait-bait obrolan jika tidak ditemani kopi dan tidak dimesrakan bersama rokok seakan tabu segala apapun yang dibicarakan.
Sebagian orang mungkin akan mengatakan kita anak-anak gila yang menghabiskan malamnya sekedar meminum kopi dan sebagian mungkin akan menjust kita pecandu kopi gila karena tidak menguntungkan dan mungkin juga sebagian akan dengan semangat berkata. Benar, apa yang kalian bertiga lakukan sebab terkadang penikmat kopi seseorang harus gila dulu kemudian membicarakan kopi. hehe
Sampai detik ini saat jemari-jemari saya bergeliat diatas tombol-tombol laptop, kami telah memasuki fase ke-empat kalinya memadukan kopi, gula dan air panas. Tentu pasokan rokoknya mulai menipis namun tidak berhenti untuk dinyalakan. Gila.
Upaya menjadikan waktu menikmati kopi terus menyenangkan disebabkan kenyamanan ini kami bangun bersama persahabatan dengan ruangan full asap rokok meneteskan perih dimata. Terlebih tidak memandang dimana kami menyeruput kopinya atau bagaimana ramainya tempat kami menyeruput kopinya. Tetapi bagaimana kami meninggikan kenangan dalam setiap seruputan kopi.
Tentu ada yang lebih menyukai ketika menikmati kopi harus pada tempatnya, misalnya: Warkop or Cafe dan pastilah ada yang lebih nyaman ketika menikmati kopi dalam kesendirian (Private Time) atau berdua dengan pujaan hati (Time Together) sebagai moment memupuk rasa cinta sebelum dipetik pada altar pelaminan. Aseek
Pada tulisan kali ini, tidak ada niatan membuat spesialisasi dalam tiap kelompok penikmati kopi namun sebagai upaya penerangan bahwa menikmati kopi. Nikmatnya bisa dimana saja dan dengan siapa saja. Sebab Ketika teman-teman biasa mengikuti tulisan saya dalam Blog ini, maka yang terlihat adalah jika saya menuliskan tentang kopi, pastilah saya sedang berada di Warung kopi (Warkop) atau Cafe.
Dalam keadaan mendengarkan ceramah pagi lewat menara toa rumah ibadah yang di dengungkan disekitaran kost-an, saya bermain jemari menulis tulisan ini pada tempat tinggal 'kost' sahabat karib saya dengan senyuman pagi, sebab segelas kopi mendampingi dan dengan aroma khasnya yang menghiasi cerita pagi tiga orang sahabat.
Diatas berhamburnya asap rokok mengambang bulat hasil kreasi mulut sahabat disamping. Saya menyadari bahwa nikmat kopi bukan hanya berada pada tempat khusus ngopi, namun nikmat kopi bisa dimana saja dan kapan saja semua tergantung bagaimana kita menciptakan suasana.
Diatas berhamburnya asap rokok mengambang bulat hasil kreasi mulut sahabat disamping. Saya menyadari bahwa nikmat kopi bukan hanya berada pada tempat khusus ngopi, namun nikmat kopi bisa dimana saja dan kapan saja semua tergantung bagaimana kita menciptakan suasana.
Lihat juga : Salam Kopi Hitam
Kami bertiga dengan mata yang masih terus terbuka menyambung cerita dengan suara tarikan seruput kopi hangat sembari wajah penuh senyuman, entah kenapa setiap bait-bait obrolan jika tidak ditemani kopi dan tidak dimesrakan bersama rokok seakan tabu segala apapun yang dibicarakan.
Sebagian orang mungkin akan mengatakan kita anak-anak gila yang menghabiskan malamnya sekedar meminum kopi dan sebagian mungkin akan menjust kita pecandu kopi gila karena tidak menguntungkan dan mungkin juga sebagian akan dengan semangat berkata. Benar, apa yang kalian bertiga lakukan sebab terkadang penikmat kopi seseorang harus gila dulu kemudian membicarakan kopi. hehe
Sampai detik ini saat jemari-jemari saya bergeliat diatas tombol-tombol laptop, kami telah memasuki fase ke-empat kalinya memadukan kopi, gula dan air panas. Tentu pasokan rokoknya mulai menipis namun tidak berhenti untuk dinyalakan. Gila.
Upaya menjadikan waktu menikmati kopi terus menyenangkan disebabkan kenyamanan ini kami bangun bersama persahabatan dengan ruangan full asap rokok meneteskan perih dimata. Terlebih tidak memandang dimana kami menyeruput kopinya atau bagaimana ramainya tempat kami menyeruput kopinya. Tetapi bagaimana kami meninggikan kenangan dalam setiap seruputan kopi.
Tentu ada yang lebih menyukai ketika menikmati kopi harus pada tempatnya, misalnya: Warkop or Cafe dan pastilah ada yang lebih nyaman ketika menikmati kopi dalam kesendirian (Private Time) atau berdua dengan pujaan hati (Time Together) sebagai moment memupuk rasa cinta sebelum dipetik pada altar pelaminan. Aseek
Pada tulisan kali ini, tidak ada niatan membuat spesialisasi dalam tiap kelompok penikmati kopi namun sebagai upaya penerangan bahwa menikmati kopi. Nikmatnya bisa dimana saja dan dengan siapa saja. Sebab Ketika teman-teman biasa mengikuti tulisan saya dalam Blog ini, maka yang terlihat adalah jika saya menuliskan tentang kopi, pastilah saya sedang berada di Warung kopi (Warkop) atau Cafe.
Lihat juga : Kopi Hitam Menemani Malam
Namun kali ini di dalam tulisan ini berbedah, karena yang ingin saya utarakan adalah kenikmatan menikmati kopi di tempat kos kosan yang dihadiri oleh tiga orang pemuda yang bersahabat dan berakhir dengan empat kali menyedu kopi dan empat bungkus rokok tanpa keluh kesah melainkan senyuman kebersamaan. hehe
Salam Dunia Hitam Manis
Penulis; Awin Buton
Namun kali ini di dalam tulisan ini berbedah, karena yang ingin saya utarakan adalah kenikmatan menikmati kopi di tempat kos kosan yang dihadiri oleh tiga orang pemuda yang bersahabat dan berakhir dengan empat kali menyedu kopi dan empat bungkus rokok tanpa keluh kesah melainkan senyuman kebersamaan. hehe
Salam Dunia Hitam Manis
Penulis; Awin Buton
Posting Komentar untuk "Dibalik Nikmatnya Kopi Hitam Ala Anak Kost"