Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Politik: Publik Terpaku dan Berbau Fanatisme

Perhelatan besar dalam sebuah negara demokrasi masih menghitung bulan dan belum masuk tahapan kampanye namun langkah pengkajian di mulai jauh bahkan sebelum pendaftaran Calon dibuka. Fenomena sepeti diatas bukan hanya pada tiap elemen masyarakat, tetapi sikap ini diikuti serius oleh dari berbagai media-media nasional yang berupaya mengundang fanalis untuk menguraikan dari berbagai disiplin ilmu.

Mulai dari titik dua nama besar yang dicanangkan menghasilkan dua pasangan calon yang bakal bertarung memperebutkan posisi orang nomor satu di negara indonesia di tahun 2019 mendatang menjadi pangkajian serius diawal.

Sejauh pengalaman pengkajian diawal terbilang seimbang karena kedua sisi dikaji secara bersamaan ketika sibuk mencari dan menentukan Calon Wakil Presidennya.

Lihat juga : Prediksi Konstelasi Politik di Pilpres 2019

Berselang diumumkan nama yang menjadi pasangan tiap Calon Presiden dan mendaftarkan pasangannya. Mata publik lebih sering terarah pada pasangan petahana yang menjadi objek pembahasan yang sering berguling karena pada awalnya cukup kontroversi dalam menentukan pasangannya kala itu.

Di kubu lain pengkajian tentang kontroversi yang sempat muncul yaitu Mahar politik seakan tertelan atau tertutupo dengan beberapa kejadian penyegalan para pembicara di seminar, dialog dan diskusi yang diadakan berapa daerah di beberpaa bulan belakangan.

Wajar saja jika mata publik atau fokus pengujian lebih kepada sosok petahana yang bahan pengujiannya telah siap tersaji dengan gamblang bisa dilihat. Akibat dasar demikian sebagian besar orang terkadang lupa menguji kubu lawan karena bahan pengujiannya tidak mudah di akses.

Akibat susah pengaksesannya maka seharusnya kita lebih terdorong mencari, bukannya asyik menguji satu sisi saja. Tidak bermaksud melarang setiap orang berupaya untuk melakukan pengujian pada sosok petahana yang dinilai gagal dalam masa periodesasinya dahulu, namun bentuk upaya mengajak semua untuk diantara kedua kubu haruslah dilakukan pengujian dengan analisis kritis sehingga kita tidak semerta mengandalkan fanatisme.

Lihat juga : Analisa 2 Nama CAWAPRES Sandiaga Uno dan Ma'ruf Amin Pada PILPRES 2019

Terlebih ketika setiap orang menentukan pilihan harus berdasarkan alasan yang logis atau dengan kesadaran, dengan upaya demikian ketika menitipkan harapan tanpa penuh penyesalan, melainkan akan timbul sikap saling mengawal niat baik atas nama kesejahteraan rakyat dan kemajuan negara itu sendiri.

Salam Dunia Hitam Manis

Penulis: Awin Buton

Posting Komentar untuk "Politik: Publik Terpaku dan Berbau Fanatisme"