Puisi Kau Menua dalam Kekanakan
Menua dalam Kekanakan
Bias waktu, selama kita bersama
Serius dalam santai yang teramat diam
Kau menua tapi senyum kepolosan
Apa kata yang tepat untuk menggambarkanmu ?
Bingung memilih kata yang tersembunyi di semak-semak rasa ini
Ku sentuh bibirmu dan belai tanganmu
Sayang, kau begitu naif dan menikmati
Pantas saja kau diam ?
Sebab kenyataan melihatmu dengan diam
Diammu penuh misteri belaian
Ketika dirombak, kau menyapa dengam suara kekanakan yang menua
Terus teranglah, daripada kau tersenyum sembunyi
Lebih baik menua dan merayu
Dari pada ku bermain dengan waktu
Ini yang kedua dari perpisahan komitmen
Dan semua berjalan terang
Senyumlah bersama wajah tuamu
Tataplah wajah tuaku
Hingga kau sadar kita mulai menua
Tinggalkan kepolosan yang bersembunyi bersama egomu
Sebenarnya kita sadar, hanya tak mau mengalah dengan gerak
Nasib ditentukan oleh kita
Takdir cukup dinikmati
Tualah kamu sebenar-benarnya
Hingga kau sadar bahwa surga benar ada
Dan neraka kita yang gambarkan
Jika neraka berwajah tua, maka biarlah
Jika surga berwajah kekanak-kanakan maka menualah
Sebab bukan itu yang aku hiraukan tapi hanya kamu dan Tuhan kita yang menjadi AKU
Bias waktu, selama kita bersama
Serius dalam santai yang teramat diam
Kau menua tapi senyum kepolosan
Apa kata yang tepat untuk menggambarkanmu ?
Bingung memilih kata yang tersembunyi di semak-semak rasa ini
Ku sentuh bibirmu dan belai tanganmu
Sayang, kau begitu naif dan menikmati
Pantas saja kau diam ?
Sebab kenyataan melihatmu dengan diam
Diammu penuh misteri belaian
Ketika dirombak, kau menyapa dengam suara kekanakan yang menua
Terus teranglah, daripada kau tersenyum sembunyi
Lebih baik menua dan merayu
Dari pada ku bermain dengan waktu
Ini yang kedua dari perpisahan komitmen
Dan semua berjalan terang
Senyumlah bersama wajah tuamu
Tataplah wajah tuaku
Hingga kau sadar kita mulai menua
Tinggalkan kepolosan yang bersembunyi bersama egomu
Sebenarnya kita sadar, hanya tak mau mengalah dengan gerak
Nasib ditentukan oleh kita
Takdir cukup dinikmati
Tualah kamu sebenar-benarnya
maka akan ku belai rambut tanganmu dan ku bisikan suara merdu
Hingga kau sadar bahwa surga benar ada
Dan neraka kita yang gambarkan
Jika neraka berwajah tua, maka biarlah
Jika surga berwajah kekanak-kanakan maka menualah
Sebab bukan itu yang aku hiraukan tapi hanya kamu dan Tuhan kita yang menjadi AKU
Posting Komentar untuk "Puisi Kau Menua dalam Kekanakan"