Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sang Kontroversi : Murabi atau Guru Saya Mengetuk Pintu Kematian

Malam mulai datang dengan kegemerlapannya menunjukan kesembunyian beribu kediaman penuh tanda tanya, dalam keadaan meneguk kopi hitam hangat dalam arungan musik jazz saya terperangah dalam akal pikiran.

Terdengar ketukan pintu hati yang memukul dalam kesenyapan malam ini, oh sang murabi telah datang mengajak berdialektika tentang kehidupan mengajak dalam senyum pemerhati. Tak sedikitpun mataku berkedip atau berpaling atas dialog sang murabi entah kenapa saya hanya tertegung malu atas tingkah dalam kehidupanku yang masih banyak kekurangan.

Kata murabi atau guru saya dalam kehidupan kamu hanya diharuskan mengingat beberapa hal yang menjadi alarm dalam setiap kehidupanmu karena tidak semua ingat walaupun dia mengetahui bahkan terkesan melupakan karena hanya berpikir menggunakan akal kesenangan. Murabi sayapun melanjutkan dengan berkata kau harus mengingat demikian tak banyak yang perlu kamu ingati cukup satu saja yaitu kamu pasti mati.

Terlepas dari beberapa pendapat orang tentang kematian atau terlepas dari neraka atau surga karena semua orang memiliki tafsiran masing-masing dalam hal ini. Kalaulah kau meyakini kematian itu pasti ada dan akan terjadi pada setiap manusia dalam kisah kehidupanya. Maka pikirkanlah cara terbaik ketika nanti kau pergi meninggalkan dunia ini 'Mati'tidak dikenang sebagai pencuri atau perampok yang buruk dalam kehidupanmu.

Dan klaulah kau memahami dan mengiyakan bahwa kematian tak punya batas penetuan usia muda ataupun tua atau penentuan yang kongkrit atas semua manusia. Maka bisa saja kau mati keesoakn harinya. Jadi.Tunggu apa lagi. Segera sadari dan lakukan apapun yang terbaik dalam kehidupan sosialmu, berusahalah tinggalkan kesan yang baik pada mata setiap orang yang mengenalmu.

Aku berkata demikian karena akupun pasti mati dan tidak mau pergi meninggalkan dunia denga kesan leburukanku. Aku juga sementara berusaha membuat kesan terbaik jika nanti aku mati nanti. Perkataan terakhir murabi atau guru saya yang saya ingat adalah. Aku dan kau adalah seorang yang mengenal dan bersahabat aku wajib mengingatkanku jika itu hal yang baik, kau juga punya hak mengingatkanku jika aku salah atau keliru. Kita harus saling menasehati.

Iya murabi. Makasih telah bersedia berbagi. Kata saya.

Salam kopi hitam

Penulis : Awin Buton

Posting Komentar untuk " Sang Kontroversi : Murabi atau Guru Saya Mengetuk Pintu Kematian "