HMI : Problem-Problem Modern Rasa Klasik
Pertayaannya sekarang adalah apakah kader HMI sekarang sudah berHMI? Pertanyaan ini muncul karena kami melihat banyak kader HMI sekarang yang hanya numpang nama saja di HMI. Lebih ekstrim lagi kader HMI sekarang sebenarnya sudah tidak lagi berHMI. Tidak sedikit yang dijumpai banyak kader HMI tidak tau kenapa mereka harus berHMI, bahkan kader yang telah ikut pelatihan tingkat lanjut HMI masih mengalami kebingungan tersebut.
Ini adalah sebuah realitas yang sangat miris yang harus diselesaikan oleh seluruh elemen yang ada di HMI, mulai dari tingkat komisariat hingga ke PB HMI, Kohati, Lembaga lainya, hingga personal kader HMI itu sendiri karena akan terasa pecuma jika HMI memberikan gagasan tapi dalam urusan regenerasi tidak bisa dilaksanakan maksimal.
Ini salah siapa ? Tentu salah semuanya. Karena perkaderan HMI tidak bisa dilihat secara kelompok dalam melihat persoalan ini tidak secara skeptis. Tapi disini kita harus mengambil sudut pandang personal HMI, karena sebenarnya perubahan itu dimulai dari diri sendiri bukan orang lain.
Semestinya menjadi kesadaran universal ketika seorang mahasiswa sudah berikrar menjadi anggota HMI seharusnya mahasiswa tersebut mampu menanggung segala resiko menjadi kader HMI. Apa resikonya? Paham tujuan HMI dan cara untuk mencapai tujuan itu. Hal itu sebenarnya sudah diajarkan dalam forum LK 1 tapi masih sangat sedikit dari kita yang mempunyai kesadaran untuk mau kembali membuka pelajaran yang sudah kita dapatkan dalam forum LK 1.
Biasanya yang tersisa dari pelaksanaan LK 1 hanya kebanggaan telah resmi menjadi anggota HMI (tidak kurang, tidak lebih). Terlebih secara realitas hanya mengabadikan moment dengan kamera ponsel sahaja Sehingga tidak heran banyak orang menilai baik itu dari kalangan internal ataupun eksternal HMI yang menilai bahwa HMI jaman sekarang mengalami kejumudan, sedikit banyak saya sependapat dengan hal ini karena melihat fenomena yang terjadi sekarang seperti demikian adanya.
Tentu disisi lain kita lebih faedah menuntut pihak bertanggungjawab untuk menetralisir problem dan mensosialisasikannya arah tujuan dalam HMI sehingga tidak melahirkan kader yang benar memahami mendalami peran HMI itu sendiri.
Problem selanjutnya adalah tidaklah rajin menamatkan bacaan dalam bentuk apapun. Kelompok masyarakat menilai mahasiswa termasuk dalam kelompok intelektual, hal ini karena yang disebut mahasiswa ini berkesempatan menempuh tingkatan pendidikan tertinggi dalam dunia pendidikan. Kemudian mahasiswa ini dianggap sebagai kelompok elit pemuda karena pemerintah hanya mewajibkan pemudanya bersekolah hanya sampai jenjang menengah atas saja.
Maka tidak mengherankan mahasiswa harus jauh lebih pintar daripada pemuda yang tidak sampai menyandang status mahasiswa. Sebuah realitas dunia pendidikan bahwa sekolah tidak menjamin seseorang lebih pandai, tapi apakah kita sebagai mahasiswa apalagi kader HMI hanya berdiam diri dengan realitas seperti itu? Tentu tidak. Salah satu cara kita mempunyai pengetahuan lebih adalah dengan membaca buku, jurnal ataupun artikel-artikel apapun, karena dengan sering kita membaca maka semakin pandai kita menganalisa suatu persoalan, semakin peka kita dengan kondisi yang ada di dunia saat ini ataupun berbagai macam keuntungan lain dari membaca buku.
Problem selanjutnya adalah sebagian kader terlalu bergantung pada pengurus. Banyak kita temui dan terlihat kader HMI yang terkena seleksi alam dengan alasannya pun sangat beragam tapi sebagian besar mengatakan bahwa mereka tidak aktif di HMI karena keberadaanya tidak dianggap oleh pengurus sehingga mereka memilih untuk tidak aktif. Inilah permasalahan klasik yang dialami oleh HMI, yang saya rasa juga menjadi persoalan organisasi kemahasiswaan yang lain.
Kepada anggota HMI yang sudah tidak aktif ataupun akan memilih untuk tidak aktif, sesungguhnya kalian berada dalam keadaan yang merugi dan berdosa. Merugi karena kalian terlalu berfikir skeptis HMI, berdosa karena kalian dulu telah berikrar menjadi kader HMI dan sekarang memilih untuk mundur. Perlu kalian ketahui bahwa pengurus HMI juga manusia bukan Allah SWT yang maha tahu atas segala keinginanmu.
Pengurus juga mempunyai kesalahan dalam berorganisasi, pengurus hanyalah manusia yang penuh dengan dosa, mereka menjadi pengurus semata karena mereka lebih dulu berHMI dari kalian. Anggota HMI adalah mahasiswa yang seharusnya mempunyai tingkat pendewasaan yang lebih, dan perlu diketahui segala persoalan yang ada di HMI tidaklah bisa dilihat secara subjektif. Akibat dari pikiran yang subjektif hanya akan membuat kita tidak kuat dengan tekanan yang ada.
Selanjut yang ingin saya tulis adalah kepada pengurus pusat, Cabang, Komisariat dan lembaga khusus kohati dan lainnya, harus bisa melahirkan formula di setiap permasalahan anda tidak diwajibkan berdalil apapun tanpa usaha menyelesaikan persoalan. Dibalik semua itu memebutuhkan kemandirian dalam ilmu pengetahuan tentang HMI, memahami tempat berpijaknya akan mempermudah langkah dan sikap yang dilakukan.
Pekerjaan bersama lain saat ini melawan stigma masyarakat terhadap HMI. Seperti pepatah yang sering kita dengar, semakin tinggi pohon maka semakin kencang pula angin yang menerpanya, konteks HMI sekarang adalah banyaknya pandangan negatif masyarakat dalam melihat HMI maka wajib hukumnya kader HMI untuk menetralisir pandangan itu. HMI itu tukang demo, HMI itu sesat, HMI itu tidak esensial, HMI itu lulusnya lama dan lain lain. banyak sekali tudingan miring seperti itu terhadap HMI yang terlontarkan banyak orang, mulai masyarakat umum, dosen kita hingga keluarga kita sendiri. Apakah mereka salah? Tidak juga. Mereka hanya belum tercerahkan saja.
Maka sangat penting bagaimana kita sebagai kader HMI menjelaskan organisasi ini sebenarnya kepada khalayak luas, kepada orang yang melihat sebelah mata HMI. Hal ini sebenarnya sangat mudah dinetralisir asalkan kita mampu memanfaatkan kecanggihan teknologi yang ada dan kompak menampilkan esensi dari HMI dan menjaga tingkah sosial kita pada media sosial yang menjadi alat paling gampang untuk dilihat masyarakat bahwa HMI adalah organisasi yang memiliki visi yang besar untuk keumatan dan kebangsaan, tentu yang kita perlukan hanya menjabarkan apa sebenarnya Ulil Albab dalam balutan Yakin Usaha Sampai yang menjadi ciri khas organisasi ini kepada khalayak luas.
Sebagai kalimat akhir tulisan ini saya hanya ingin menyampaikan pada wadah HMI kalian bisa menemukan berbagai macam karakter orang, mulai dari yang alim hingga bajingan, mulai dari yang baik hingga yang jahat. Karena itulah HMI disebut sebagai miniatur Indonesia, maka bersungguh-sungguhlah di HMI. Jika tidak serius berHMI lebih baik keluar saja dari HMI daripada hanya jadi sampah.”
'Ingat. Dalam HMI tidak di kedepankan Kuantitas namun Kualitas yang dijunjung tinggi'
Salam Kopi Hitam Gelas Hijau
Penulis : Awin Buton
Ini adalah sebuah realitas yang sangat miris yang harus diselesaikan oleh seluruh elemen yang ada di HMI, mulai dari tingkat komisariat hingga ke PB HMI, Kohati, Lembaga lainya, hingga personal kader HMI itu sendiri karena akan terasa pecuma jika HMI memberikan gagasan tapi dalam urusan regenerasi tidak bisa dilaksanakan maksimal.
Ini salah siapa ? Tentu salah semuanya. Karena perkaderan HMI tidak bisa dilihat secara kelompok dalam melihat persoalan ini tidak secara skeptis. Tapi disini kita harus mengambil sudut pandang personal HMI, karena sebenarnya perubahan itu dimulai dari diri sendiri bukan orang lain.
Semestinya menjadi kesadaran universal ketika seorang mahasiswa sudah berikrar menjadi anggota HMI seharusnya mahasiswa tersebut mampu menanggung segala resiko menjadi kader HMI. Apa resikonya? Paham tujuan HMI dan cara untuk mencapai tujuan itu. Hal itu sebenarnya sudah diajarkan dalam forum LK 1 tapi masih sangat sedikit dari kita yang mempunyai kesadaran untuk mau kembali membuka pelajaran yang sudah kita dapatkan dalam forum LK 1.
Biasanya yang tersisa dari pelaksanaan LK 1 hanya kebanggaan telah resmi menjadi anggota HMI (tidak kurang, tidak lebih). Terlebih secara realitas hanya mengabadikan moment dengan kamera ponsel sahaja Sehingga tidak heran banyak orang menilai baik itu dari kalangan internal ataupun eksternal HMI yang menilai bahwa HMI jaman sekarang mengalami kejumudan, sedikit banyak saya sependapat dengan hal ini karena melihat fenomena yang terjadi sekarang seperti demikian adanya.
Tentu disisi lain kita lebih faedah menuntut pihak bertanggungjawab untuk menetralisir problem dan mensosialisasikannya arah tujuan dalam HMI sehingga tidak melahirkan kader yang benar memahami mendalami peran HMI itu sendiri.
Problem selanjutnya adalah tidaklah rajin menamatkan bacaan dalam bentuk apapun. Kelompok masyarakat menilai mahasiswa termasuk dalam kelompok intelektual, hal ini karena yang disebut mahasiswa ini berkesempatan menempuh tingkatan pendidikan tertinggi dalam dunia pendidikan. Kemudian mahasiswa ini dianggap sebagai kelompok elit pemuda karena pemerintah hanya mewajibkan pemudanya bersekolah hanya sampai jenjang menengah atas saja.
Maka tidak mengherankan mahasiswa harus jauh lebih pintar daripada pemuda yang tidak sampai menyandang status mahasiswa. Sebuah realitas dunia pendidikan bahwa sekolah tidak menjamin seseorang lebih pandai, tapi apakah kita sebagai mahasiswa apalagi kader HMI hanya berdiam diri dengan realitas seperti itu? Tentu tidak. Salah satu cara kita mempunyai pengetahuan lebih adalah dengan membaca buku, jurnal ataupun artikel-artikel apapun, karena dengan sering kita membaca maka semakin pandai kita menganalisa suatu persoalan, semakin peka kita dengan kondisi yang ada di dunia saat ini ataupun berbagai macam keuntungan lain dari membaca buku.
Problem selanjutnya adalah sebagian kader terlalu bergantung pada pengurus. Banyak kita temui dan terlihat kader HMI yang terkena seleksi alam dengan alasannya pun sangat beragam tapi sebagian besar mengatakan bahwa mereka tidak aktif di HMI karena keberadaanya tidak dianggap oleh pengurus sehingga mereka memilih untuk tidak aktif. Inilah permasalahan klasik yang dialami oleh HMI, yang saya rasa juga menjadi persoalan organisasi kemahasiswaan yang lain.
Kepada anggota HMI yang sudah tidak aktif ataupun akan memilih untuk tidak aktif, sesungguhnya kalian berada dalam keadaan yang merugi dan berdosa. Merugi karena kalian terlalu berfikir skeptis HMI, berdosa karena kalian dulu telah berikrar menjadi kader HMI dan sekarang memilih untuk mundur. Perlu kalian ketahui bahwa pengurus HMI juga manusia bukan Allah SWT yang maha tahu atas segala keinginanmu.
Pengurus juga mempunyai kesalahan dalam berorganisasi, pengurus hanyalah manusia yang penuh dengan dosa, mereka menjadi pengurus semata karena mereka lebih dulu berHMI dari kalian. Anggota HMI adalah mahasiswa yang seharusnya mempunyai tingkat pendewasaan yang lebih, dan perlu diketahui segala persoalan yang ada di HMI tidaklah bisa dilihat secara subjektif. Akibat dari pikiran yang subjektif hanya akan membuat kita tidak kuat dengan tekanan yang ada.
Selanjut yang ingin saya tulis adalah kepada pengurus pusat, Cabang, Komisariat dan lembaga khusus kohati dan lainnya, harus bisa melahirkan formula di setiap permasalahan anda tidak diwajibkan berdalil apapun tanpa usaha menyelesaikan persoalan. Dibalik semua itu memebutuhkan kemandirian dalam ilmu pengetahuan tentang HMI, memahami tempat berpijaknya akan mempermudah langkah dan sikap yang dilakukan.
Pekerjaan bersama lain saat ini melawan stigma masyarakat terhadap HMI. Seperti pepatah yang sering kita dengar, semakin tinggi pohon maka semakin kencang pula angin yang menerpanya, konteks HMI sekarang adalah banyaknya pandangan negatif masyarakat dalam melihat HMI maka wajib hukumnya kader HMI untuk menetralisir pandangan itu. HMI itu tukang demo, HMI itu sesat, HMI itu tidak esensial, HMI itu lulusnya lama dan lain lain. banyak sekali tudingan miring seperti itu terhadap HMI yang terlontarkan banyak orang, mulai masyarakat umum, dosen kita hingga keluarga kita sendiri. Apakah mereka salah? Tidak juga. Mereka hanya belum tercerahkan saja.
Maka sangat penting bagaimana kita sebagai kader HMI menjelaskan organisasi ini sebenarnya kepada khalayak luas, kepada orang yang melihat sebelah mata HMI. Hal ini sebenarnya sangat mudah dinetralisir asalkan kita mampu memanfaatkan kecanggihan teknologi yang ada dan kompak menampilkan esensi dari HMI dan menjaga tingkah sosial kita pada media sosial yang menjadi alat paling gampang untuk dilihat masyarakat bahwa HMI adalah organisasi yang memiliki visi yang besar untuk keumatan dan kebangsaan, tentu yang kita perlukan hanya menjabarkan apa sebenarnya Ulil Albab dalam balutan Yakin Usaha Sampai yang menjadi ciri khas organisasi ini kepada khalayak luas.
Sebagai kalimat akhir tulisan ini saya hanya ingin menyampaikan pada wadah HMI kalian bisa menemukan berbagai macam karakter orang, mulai dari yang alim hingga bajingan, mulai dari yang baik hingga yang jahat. Karena itulah HMI disebut sebagai miniatur Indonesia, maka bersungguh-sungguhlah di HMI. Jika tidak serius berHMI lebih baik keluar saja dari HMI daripada hanya jadi sampah.”
'Ingat. Dalam HMI tidak di kedepankan Kuantitas namun Kualitas yang dijunjung tinggi'
Salam Kopi Hitam Gelas Hijau
Penulis : Awin Buton
Posting Komentar untuk "HMI : Problem-Problem Modern Rasa Klasik"