Politik " Kekuasaan" dan " Masyarakat" Intelektual
Tulisan ini berupa pikiran-pikiran yang berserakan di media masa dan realitas sosial yang tercipta belakangan ini. Topik-topik yang tersaji dalam realita berkisar pada dua aspek tema utama: politik 'kekuasaan' dan sosial/masyarakat.
Dimana dua tema tersebut saya anggap sebagai diskursus yang tak akan pernah "basi" dan kehilangan aktualitasnya. Oleh sebab itu, saya menyinggung kali ini, tentu, banyak kekurangan dan tidak konprehensif, namun. Bisa menjadi bacaan dongeng tidur kita semua.
Sekalipun terkesan provokatif, namun tulisan ini tidaklah bermaksud menyeruh pada satu agama atau alement tertentu, melainkan menjadi acuan bagi seluruh agama dan gelombang masyarakat pada umumnya yg berada didalam negeri nusantara ini, bahwa terkadang keadilan/kebenaram harus diperjuangkan dari diri kita sendiri.
Membicarakn keadilan dalam negara tak terlepas dari masyarakat, selama kurang lebih 32 tahun terkungkung dalam rezim orde baru. Pasti rasanya tidak sah bila tidak bersentuhan dengan politik 'kekuasaan' sekarang. Karena itu, setiap saat membicarakan keadilan sosial. seakan kekuasaan berada didepan, disamping dan dibelakang, Kekuasaan mengikuti, mengintai, bahkan'menembak' untuk menghentikan dengan segala kepentinganya.
Lihat juga :
Prediksi Konstelasi Politik di Pilpres 2019
Pengertian Dinasti Politik dan Telaah Dampak Dinasti Politik
Etika Politik dan Wilayah Abu-Abu
Reformasi 98 yang tak pernah terlupakan adalah perjuangan atas nama rakyat terbesar yang pernah ada dinusantara. Kini diera Reformasi kekuasaan perlahan-lahan dikecam akibat kesadaran, di tambah adanya dukungan massa dengan beragam element. Ormas, cendikiawan, mahasiswa dan khalayak.
Situasi sekarang ini memang relatif lain. Sedikit ada harapan bagi kehidupan sosial dimana untuk berani merembas masuk kedalam kekuasaan dan menegur bukan bermaksud berada didepan kekuasaan, dengan berpegang kata kebenaran berbalut keadilan, mampu melepas diri dari pantauan penguasa dengan membuktikan pedulinya masyarakat terhadap dinamika negara.
Terlebih sebagai masyarakat intelektual pada umumnya sadar dan bisa melihat sesuatu tekanan penguasa yang bergaya berbedah karena ketika mendiskusikan kondisi negara dan menghasilkan sebuah kritikan yang di tujuhkan pada penguasa dianggap Anti Pemerintah ataupun jika mendiskusikan ideologi untuk dijadikan sebagai narasi berfikir maka akan dianggap Anti Ideologi negara ' Pancasila'. Sebuah fenomena yang aneh jika dipandang dari sudut pandang kampus sebagai tempat mengolah data dan menghasilkan pemikiran.
Fenomena yang langkah bagi sebuah bangsa besar seperti indonesia yang lahir atas dasar pemikiran kritis yang lahir dalam debat ideologi oleh para Founding Fhater ketika mendiskusi gagasan, konsep sebagai tujuan bangsa, dalam dinamika diskusi tentulah menghadirkan kritikan yang subtantif namun di tanggapi dengan cara yang sering saya sebut sikap intelektual. Sikap seperti demikian menghasilkan pemahaman bahwa kritik adalah koreksi logika atas realitas. Sehingga muncul pemahaman berbedah pandangan bukan berarti musuh yang harus di bungkam.
Saya menutup tulisan ini dengan harapan, bahwa mahasiswa hati ini harus sadar dan bisa mengolah pemikiran kritis karena demikian adalah esensi seorang yang di sebut sebagai generasi bangsa.
Penulis: Awin Buton
Dimana dua tema tersebut saya anggap sebagai diskursus yang tak akan pernah "basi" dan kehilangan aktualitasnya. Oleh sebab itu, saya menyinggung kali ini, tentu, banyak kekurangan dan tidak konprehensif, namun. Bisa menjadi bacaan dongeng tidur kita semua.
Sekalipun terkesan provokatif, namun tulisan ini tidaklah bermaksud menyeruh pada satu agama atau alement tertentu, melainkan menjadi acuan bagi seluruh agama dan gelombang masyarakat pada umumnya yg berada didalam negeri nusantara ini, bahwa terkadang keadilan/kebenaram harus diperjuangkan dari diri kita sendiri.
Membicarakn keadilan dalam negara tak terlepas dari masyarakat, selama kurang lebih 32 tahun terkungkung dalam rezim orde baru. Pasti rasanya tidak sah bila tidak bersentuhan dengan politik 'kekuasaan' sekarang. Karena itu, setiap saat membicarakan keadilan sosial. seakan kekuasaan berada didepan, disamping dan dibelakang, Kekuasaan mengikuti, mengintai, bahkan'menembak' untuk menghentikan dengan segala kepentinganya.
Lihat juga :
Prediksi Konstelasi Politik di Pilpres 2019
Pengertian Dinasti Politik dan Telaah Dampak Dinasti Politik
Etika Politik dan Wilayah Abu-Abu
Reformasi 98 yang tak pernah terlupakan adalah perjuangan atas nama rakyat terbesar yang pernah ada dinusantara. Kini diera Reformasi kekuasaan perlahan-lahan dikecam akibat kesadaran, di tambah adanya dukungan massa dengan beragam element. Ormas, cendikiawan, mahasiswa dan khalayak.
Situasi sekarang ini memang relatif lain. Sedikit ada harapan bagi kehidupan sosial dimana untuk berani merembas masuk kedalam kekuasaan dan menegur bukan bermaksud berada didepan kekuasaan, dengan berpegang kata kebenaran berbalut keadilan, mampu melepas diri dari pantauan penguasa dengan membuktikan pedulinya masyarakat terhadap dinamika negara.
Terlebih sebagai masyarakat intelektual pada umumnya sadar dan bisa melihat sesuatu tekanan penguasa yang bergaya berbedah karena ketika mendiskusikan kondisi negara dan menghasilkan sebuah kritikan yang di tujuhkan pada penguasa dianggap Anti Pemerintah ataupun jika mendiskusikan ideologi untuk dijadikan sebagai narasi berfikir maka akan dianggap Anti Ideologi negara ' Pancasila'. Sebuah fenomena yang aneh jika dipandang dari sudut pandang kampus sebagai tempat mengolah data dan menghasilkan pemikiran.
Fenomena yang langkah bagi sebuah bangsa besar seperti indonesia yang lahir atas dasar pemikiran kritis yang lahir dalam debat ideologi oleh para Founding Fhater ketika mendiskusi gagasan, konsep sebagai tujuan bangsa, dalam dinamika diskusi tentulah menghadirkan kritikan yang subtantif namun di tanggapi dengan cara yang sering saya sebut sikap intelektual. Sikap seperti demikian menghasilkan pemahaman bahwa kritik adalah koreksi logika atas realitas. Sehingga muncul pemahaman berbedah pandangan bukan berarti musuh yang harus di bungkam.
Saya menutup tulisan ini dengan harapan, bahwa mahasiswa hati ini harus sadar dan bisa mengolah pemikiran kritis karena demikian adalah esensi seorang yang di sebut sebagai generasi bangsa.
Penulis: Awin Buton
Posting Komentar untuk "Politik " Kekuasaan" dan " Masyarakat" Intelektual"