Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kritik Terhadap Kemunafikan

Apakah surga dan neraka itu ada ?

Entahlah mungkin ini tanda tannya besar buat saya, tapi sekali lagi hal ini tidak pernah terlepas dari masyarakat pada umumnya. Sebagian masyarakat selalu mengukur keimanan mereka dengan ibadah-ibadah menurut keyakinan mereka, mereka percaya bahwa surga dan neraka adalah akibat dari ketaatan dan tidak ketaatan mereka.

Emosi-emosi yang mereka mainkan ketika beribadah seakan membuat mereka terlahir kembali atau reinkarnasi. mereka sangat handal memainkan mimik wajah dan berharap sang tuhan pun tertipu dengan raut wajah mereka yang begitu polos dan seakan berkeluh kesah untuk mengharapkan sesuatu yang belum terwujud.

Penghayatan demi penghayatan selalu di lakukan agar supaya sang tuhan benar-benar percaya bahwa mereka sedang bersungguh-sungguh menyerahkan hidup mereka kepada Sang Tuhan. Tapi apakah yang mereka perbuat itu benar?? Sampai sekarang tidak ada yang dapat mengukur kebenaran dan kebohongan dari semua yang mereka lakukan.

Saya penikmat, apa yang mereka lakukan saya juga melakukannya tapi tidak pernah ada perubahan didalam diri saya. Saya juga tidak pernah merasakan dosa atau pun pahala dalam diri saya. Apakah selama ini saya hannya membodohi diri saya atau apakah saya selama ini kurang ikhlas untuk bermeditasi ?

Entahlah saya selalu bingung dengan jalan pikiran saya sendiri terkadang saya tidak menerima apa yang sudah terjadi kepada alam semesta ini tapi disisi lain pedoman hidup saya selalu membuat saya ketakutan dalam bertindak.

Dalam pedoman hidup itu didalamnya selalu menceritakan surga, neraka dan juga kematian penyiksaan yang amat pedih ketika di alam kubur maupun dialam neraka tapi sekali lagi apakah ini benar ?

Pertannyaan -pertannyaan selalu saya lontarkan didalam setiap diskusi saya, maupun orang-orang pemateri yang telah membimbing saya dalam setiap diskusi tetapi jawaban mereka selalu tidak membuat saya puas. Mereka selalu menjawab hal tersebut dengan sangat enteng "waulahualam bisawab" .

Inilah jawaban mereka mungkin menurut orang lain itu sangat berpengaruh, tapi menurut saya ini sangat lucu, karna sesuatu yang saya anggap serius tapi bagi mereka adalah sesuatu yang sangat sesat ketika mengingkarinya.

Maka dalam gejolak jiwa ini saya mulai belajar menyadari bahwa sesuatu butuh pembuktian dan membutuhkan sikap kritis untuk mencari kesimpulan dari segala aspek. Dan dalam dinamika beribadah saya hanya menghindari kemunafikan peribadatan dengan maksud memahaminya demi ketawaduan beribadah.

Penulis: Eka Dwi Putra

Manado 30 juni 2018

Posting Komentar untuk "Kritik Terhadap Kemunafikan"