Dianggap Menganut Paham Liberal
Dianggap Menganut Paham Liberal - Malam itu cuaca tidak sedingin seperti biasannya, saat turut menghadiri sebuah kegiatan yang dilaksanakan oleh adik-adik mahasiswa. Hal itu termasuk salah satu aktivitas saya saat ini diluar dari rutinitas lain, meskipun saya sendiri tidak lagi berstatus yang sama seperti mereka. Kebiasaan aktif dalam organisasi saat menjadi mahasiswa membuat suasana seperti ini mengadirkan rasa rindu mengenang masa lalu.
Berkumpul dan berdiskusi merupakan suatu kebiasaan yang sering terjadi saat berlangsungnya moment kegiatan seperti itu. Saya pun sengaja bergabung dengan beberapa adik-adik yang sedang bertukar teori-teori ilmu pengetahuan, saya menyadari naluri belajar yang selalu ada meskipun tensinya tidak seperti dulu lagi.
“ Ada yang punya rokok ?” saya langsung bertanya ke mereka.
“tidak ada ka” jawab sebagian dari adik-adik yang saling berhadapan membentuk lingkaran tak beraturan.
“Nah, ini ada ka Ato, ayo ! siapa yang mau berdiskusi silahkan” ucap Man, salah seorang senior dari mereka yang juga cukup akrab dengan saya.
Sewaktu masih berstatus mahasiswa, saya pernah beberapa kali berdiskusi dengan Man, mungkin hal itulah yang menjadi respon spontan perkataan Man kepada adik-adik tingkatnya untuk berdiskusi dengan saya begitu melihat saya bergabung bersama mereka.
“Kalian harus sering berdiskusi dengan ka Ato, orangnya cukup banyak pengetahuan” kata Man yang tepat berada di depan saya.
“Ah, jangan percaya perkataan Man, saya orangnya biasa-biasa saja” tanggapan saya sambil tersenyum kepada mereka yang terlihat samar dengan bayangan lampu dari dalam ruangan.
Kita semua saat itu sedang berada di depan ruangan tempat berlangsungnya kegiatan mahasiswa.
“Ka Ato orangnya menganut paham Liberal jadi lumayan jika kalian bertukar pikiran” Man kembali bercanda dalam keseriusan suasana.
Saya hanya diam dan tersenyum tanpa menanggapi kata “ Liberalisme” tersebut. Namun, sekilas saya berpikir kembali tentang pemahaman liberal itu sendiri. Saya hanya mengingat arti kata liberal yaitu kebebasan dalam berpikir.
“Ah penasaran dengan kata Liberalisme tadi” saya berkata dalam hati sambil berjalan meninggalkan kelompok mahasiswa tersebut.
Saya mulai mengambil hand phone dalam saku celana jens biru yang robek di lutut kiri dan mencari penjelasan lebih jauh di internet tentang pengertian yang lebih luas tentang liberalisme untuk mengobati sedikit lupa.
Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik yang utama. Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu (sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Liberalisme)
Setelah membaca narasi di atas saya mulai memahami kembali tentang liberalisme dan berpikir mungkin selama ini ada yang menilai karakter yang saya tunjukan mencerminkan paham liberal meskipun saya sendiri tidak menyadarinya. Namun, setiap orang berhak menilai dan hal itu sah-sah saja.
Bagi saya pribadi hanya menganut paham “ Hidup untuk membahagiakan orang lain” dengan memberikan rasa nyaman, tidak menyusahkan orang lain, dapat membantu dan bermanfaat buat orang lain dan jadi diri sendiri apa adanya.
Baca tulisan :
Jadilah Diri Sendiri
Bercita-Cita Ingin Hidup Bebas Tanpa Tekanan Manusia
Mungkin dengan menjalankan sikap menjadi diri sendiri itulah sehingga ada sebagian orang yang menilai saya menganut liberalisme atau kebebasan berpikir. Namun bagi saya sendiri, tidak menjadikan suatu paham-paham dalam konteks teori. Seperti yang telah saya singgung di atas saya hanya menganut prinsip menjadi diri sendiri apa adanya dan bermanfaat bagi orang lain.
Siapa saja dapat menilai kita sesuai penilain mereka dan hal itu merupakan sebuah kewajaran. Namun yang lebih mengetahui siapa kita sebenarnya adalah kita sendiri. Selalu berpikir positif dan selalu bermanfaat buat orang lain itu yang harus kita semua lakukan.
Berkumpul dan berdiskusi merupakan suatu kebiasaan yang sering terjadi saat berlangsungnya moment kegiatan seperti itu. Saya pun sengaja bergabung dengan beberapa adik-adik yang sedang bertukar teori-teori ilmu pengetahuan, saya menyadari naluri belajar yang selalu ada meskipun tensinya tidak seperti dulu lagi.
“ Ada yang punya rokok ?” saya langsung bertanya ke mereka.
“tidak ada ka” jawab sebagian dari adik-adik yang saling berhadapan membentuk lingkaran tak beraturan.
“Nah, ini ada ka Ato, ayo ! siapa yang mau berdiskusi silahkan” ucap Man, salah seorang senior dari mereka yang juga cukup akrab dengan saya.
Sewaktu masih berstatus mahasiswa, saya pernah beberapa kali berdiskusi dengan Man, mungkin hal itulah yang menjadi respon spontan perkataan Man kepada adik-adik tingkatnya untuk berdiskusi dengan saya begitu melihat saya bergabung bersama mereka.
“Kalian harus sering berdiskusi dengan ka Ato, orangnya cukup banyak pengetahuan” kata Man yang tepat berada di depan saya.
“Ah, jangan percaya perkataan Man, saya orangnya biasa-biasa saja” tanggapan saya sambil tersenyum kepada mereka yang terlihat samar dengan bayangan lampu dari dalam ruangan.
Kita semua saat itu sedang berada di depan ruangan tempat berlangsungnya kegiatan mahasiswa.
“Ka Ato orangnya menganut paham Liberal jadi lumayan jika kalian bertukar pikiran” Man kembali bercanda dalam keseriusan suasana.
Saya hanya diam dan tersenyum tanpa menanggapi kata “ Liberalisme” tersebut. Namun, sekilas saya berpikir kembali tentang pemahaman liberal itu sendiri. Saya hanya mengingat arti kata liberal yaitu kebebasan dalam berpikir.
“Ah penasaran dengan kata Liberalisme tadi” saya berkata dalam hati sambil berjalan meninggalkan kelompok mahasiswa tersebut.
Saya mulai mengambil hand phone dalam saku celana jens biru yang robek di lutut kiri dan mencari penjelasan lebih jauh di internet tentang pengertian yang lebih luas tentang liberalisme untuk mengobati sedikit lupa.
Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik yang utama. Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu (sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Liberalisme)
Setelah membaca narasi di atas saya mulai memahami kembali tentang liberalisme dan berpikir mungkin selama ini ada yang menilai karakter yang saya tunjukan mencerminkan paham liberal meskipun saya sendiri tidak menyadarinya. Namun, setiap orang berhak menilai dan hal itu sah-sah saja.
Bagi saya pribadi hanya menganut paham “ Hidup untuk membahagiakan orang lain” dengan memberikan rasa nyaman, tidak menyusahkan orang lain, dapat membantu dan bermanfaat buat orang lain dan jadi diri sendiri apa adanya.
Baca tulisan :
Jadilah Diri Sendiri
Bercita-Cita Ingin Hidup Bebas Tanpa Tekanan Manusia
Mungkin dengan menjalankan sikap menjadi diri sendiri itulah sehingga ada sebagian orang yang menilai saya menganut liberalisme atau kebebasan berpikir. Namun bagi saya sendiri, tidak menjadikan suatu paham-paham dalam konteks teori. Seperti yang telah saya singgung di atas saya hanya menganut prinsip menjadi diri sendiri apa adanya dan bermanfaat bagi orang lain.
Siapa saja dapat menilai kita sesuai penilain mereka dan hal itu merupakan sebuah kewajaran. Namun yang lebih mengetahui siapa kita sebenarnya adalah kita sendiri. Selalu berpikir positif dan selalu bermanfaat buat orang lain itu yang harus kita semua lakukan.
Posting Komentar untuk "Dianggap Menganut Paham Liberal"