Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Motivasi Diri Sendiri Untuk Ikhlas

Motivasi Diri Sendiri Untuk Ikhlas – Nai dan Andi telah bersahabat sejak kecil sekaligus pernah sekelas waktu di SMP dan sangat akrab. Nai bahkan sering beberapa kali tinggal di rumahnya Andi sebab sudah mereka sudah seperti keluarga, istilah yang sering mereka katakan yaitu “ berteman lebih dari saudara”. Saat lulus SMA, Nai mulai merantau ke negeri orang, bagai seorang remaja seperti Nai, merantau merupakan proses pengembangan diri yang nyata di dunia.

Hidup manja dan dimanjakan di lingkungan keluarga membuat tekad kuatnya untuk dewasa bersama realitanya sendiri dengan orang lain yang jauh dari keluarga.

Mulai saat itu Nai dan Andi yang sering bersama hingga remaja telah terpisah oleh masa peralihan menuju pendewasaan diri. Andi yang lebih memilih dewasa di kampung halaman sedangkan Nai yang lebih menyukai sebuah petualangan mencari jati diri sebagai seorang lelaki.

Setelah kurang lebih 7 tahun akhirnya mereka bertemu, itupun disebabkan oleh Andi yang sedang sakit pada waktu itu dan dirujuk ke Rumah Sakit Daerah (RSDU) kota dimana Nai berdomisili. Banyak cerita terukir lewat senda gurau dan cerita masing-masing selama tak bertemu hingga sesekali menertawakan tingkah konyol mereka sewaktu di kampung halaman, mulai dari dikejar orang gila sampai pergi ke hutan untuk mengambil buah kenari.

Kenari merupakan tanaman yang banyak tumbuh di kampung mereka dan sangat enak jika dicampur dengan kelapa muda sebagai hidangan anak pedesaan saat di kebun, meskipun dibungkus oleh kulit yang keras, namun isi kenari begiru garing dan gurih

Andi pun nyaman tinggal bersama Nai sebab Nai hanya sendirian dirumahnya yang baru dibeli. Nai yang saat itu masih berstatus belum nikah dapat menemani Andi selama beberapa minggu dengan baik selama proses pengobatan hingga sembuh.

Andi pun kembali ke kampung halaman setelah sembuh dari sakitnya dan Nai masih tetap di kampung perantauannya, dalam hati Nai sesungguhnya ingin sekali berlibur di kampung. Namun apa daya Nai yang saat itu masih aktif bekerja di salah satu perusahan swasta.

2 bulan kemudian

Nada sms berbunyi, Nai membuka pesan masuk yang ternyata dari Andi “ Nai, boleh minta bantuan tidak ?” isi pesan singkat dari Andi.

“ Apa yang bisa saya bantu Andi ? jika mampu pasti akan saya usahakan” balasan Nai.

“ Pinjamkan saya uang 1 juta dong, bisa tidak ?” Andi kembali mengirim balasan pesan singkat.

“ Waduh... gimana ya, saya sendiri belum gajian, nanti aja pas saya gajian ya ? ” jawab Nai dengan nada sedikit sedih karena belum mampu membantu teman baiknya itu.

Sebenarnya Nai ingin sekali membantu, namun dengan keadaan keuangannya saat itu yang lagi kanker (kantong kering) sehingga belum dapat memberikan bantuan.

Alasan Andi meminjam uang untuk biaya pulang ke kampung. Saat itu Andi sedang berada di ibu kota provinsi yang cukup jauh dari tanah kelahiran mereka berdua dan entah kenapa kehabisan uang untuk ongkos kembali ke kampung.

Beberapa hari kemudian tepatnya di pagi hari berdering telepon genggam Nai “ Halo, ada apa Andi ?” jawab Nai di awal pembicaraan.

“ Kamu sudah gajian ya Nai ? masih ingatkan pembicaraan kita beberapa hari yang lalu ? saya sampai sekarang belum dapat kembali ke kampung sebab kehabisan biaya” Andi kembali mengingat pembicaraan mereka terkait bantuan beberapa hari lalu.

“oh, iya ingat ! sini katakan berapa nomor rekening kamu nanti saya transfer, kebetulan saya telah gajian” jawab Nai dengan penuh semangat sebab telah dapat membantu Andi.

Andi berjanji setelah tiba di kampung halaman dia akan langsung mentransfer balik uang milik Nai, sebenarnya yang mengakibatkan Andi kehabisan biaya karena kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM) miliknya terblokir oleh sistem bank yang dia gunakan akibat beberapa kali salah memasukan password.

Uang dengan nominal yang diminta segera ditransfer oleh Nai dan Andi telah menerimanya. Keesokan harinya Andi berangkat kembali ke kampung dan tiba dengan selamat.

Sesuai dengan janji Andi begitu tiba di kampung dia akan segera mentransfer balik uang milik Nai. Namun, setelah sebulan kabar Andi pun tak terdengar bagai ditelan waktu.

“ Ah, mungkin dia lagi sibuk dengan pekerjaannya atau mungkin juga dia lagi banyak kebutuhan untuk dibiayai” ungkap Nai dalam hati yang tetap berpikir positif.

Bulan berikutnya Nai semakin bertanya-tanya dalam hati, ada apa dengan Andi yang tak pernah membalas pesan singkat dan bahkan tidak menjawab telepon saat dihubungi. Akhirnya Nai mengambil keputusan untuk menghubungi teman kecilnya yang lain untuk mendapatkan informasi tentang keadaan Andi.

“ selalu melihat segala sesuatu masalah secara positif dengan begitu kita akan tetap berpikir baik dan mendapatkan solusi untuk tetap bijak dalam kedewasaan”

“ halo, Wandi ? iya, ada apa Nai ?” tanya Wandi kepada Nai. Wandi adalah salah satu teman kecil Nai yang juga beberapa tahun belum pernah berkomunikasi.

“ Begini Wandi, saya hanya ingin menanyakan keadaan Andi, apakah dia baik-baik saja ? trus gimana aktivitas pekerjaannya ?” tanya Nai kepada teman lamanya itu.

“ Andi baik-baik saja disini, pekerjaanya juga lancar, ada apa ya ?” tanya Wandi, kemudian Nai mulai menceritakan kronologis Andi yang meminjam uangnya 2 bulan lalu.

Inti dari penjelasan Nai yaitu bukan masalah uangnya tapi tak ada kabar sama sekali dari Andi, hal terpenting disini yaitu saling komunikasi agar saling mengetahui keadaan masing-masing.

Wandi menceritakan bahwa keadaan Andi juga disini banyak mengalami masalah keuangan dan sedikit tertutup, bahkan dengan teman-teman yang lain. Tak ada penjelasan secara detail dari Wandi dan Nai pun sebenarnya merasa cukup dengan informasinya yang didapat.

“kalau begitu, biarlah uang itu menjadi miliknya, pasti dia lebih membutuhkan dari saya, saya ikhlaskan buat dia, semoga dia mendapatkan solusi terbaik dari setiap masalah yang dia hadapi” kata Nai dengan nada pelan.

“ Jangan katakan kepada Andi ya, kalau saya menghubungi kamu menanyakan hal ini agar dia tak merasa tersinggung” ucapan penutup Nai.

“Iya Nai “ jawab Wandi sebelum mengakhiri pembicara via telepon meraka.

Nai selalu berusaha memotivasi dirinya sendiri agar terbiasa untuk ikhlas dan melakukan hal-hal yang bermanfaat buat orang lain, apalagi Andi yang merupakan sahabatnya sejak kecil.

Uang memang sangat dibutuhkan saat ini, namun kita harus tetap mampu menjaga persahabat yang lebih dari saudara. Ikhlas tidak seinstan dan semudah yang kita ucapkan tapi Ikhlas butuh kebiasaan dan kesungguhan niat untuk mengikhlaskan. Awalnya sulit namun jika telah terbiasa akan terasa lebih mudah.

Ikhlaskan maka Tuhan akan menambahkan nikmat rejeki-NYA kepada kita sebab Tuhan maha pengasih dan penyayang kepada hamba-hamba yang saling membantu dan mengasihi sesama ciptaan-NYA. Manusia memang tak sempurna namun jika mampu menjadi lebih baik kenapa tidak ! mungkin saja suatu saat nanti kita juga mengalami masalah-masalah dalam menjalani kehidupan. Hakekat berbuat baik dengan belajar memotivasi diri sendiri untuk ikhlas maka yakinlah akan selalu ada pertolongan dan solusi saat kita menghadapi masalah.

Posting Komentar untuk "Motivasi Diri Sendiri Untuk Ikhlas"