Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kaca Mata Indonesia dari Timur

Oleh : Sarifudin Tidore

Ada suara dari timur untuk indonesia yang jauh di sana mungkin terlalu jauh sehingga di lupakan, mata dan telinga seakan tertutup hingga tak mampu melihat dan mendengar suara angin yang membawa sejuta harapan. Ada pulau dan ada lautan yang memisahkan satu daratan dengan daratan yang lain, ada harapan yang besar dan ada cita yang tinggi semoga bisa di gapai, namun kami tak punya sayap yang kuat untuk bisa terbang tinggi, sayap kami seakan patah karena jarak yang jauh, ada hari dan ada waktu yang datang silih berganti, hari yang datang dengan membawa harapan kemudian pergi meninggalkan sejarah, waktu seakan menjadi saksi bisu ketika malam mulai tiba, hari-hari yang kami lalui terlalu lama untuk bisa pergi jauh.

Indonesia ku sudah berubah menjadi bersih dan indah bila di pindang mata, bagunan-bagunan yang tinggi dan jalan-jalan tol yang berliku-liku itu semua untuk siapa. Indonesia ku sudah mulai menjadi jahat, rakyat hanya menjadj jalan bagi mereka untuk meraih kejayaan. Indonesia ku sekarang sudah berubah menjadi negeri para raja, rakyat hanya menjadi tumbal atas kerajaannya mereka, di atas kursi mereka berkuasa bagaikan raja di istana, mereka makan-makanan yang bergisi dan minum-minuman yang bernutrisi, sedangkan di luar sana ada rakyat yang mati menahan lapar dan haus. Kerajaan yang indah ini hanya menjadi infestasi bagi kaum-kaum burjais yang datang untuk menanam saham kemudian pergi begitu saja, rakyat yang lemah akan semakin lemah dan mereka kaya akan semakin kaya dan manusia yang mulai di beda-bedakan berdasarkan kekayaan dan jabatannya.

Indonesia ku sekarang sudah berubah menjadi negara yang besar, besar wilayahnya dan besar jumlah penduduknya mungkin terlalu besar sehingga sulit untuk dijangkau. Negeri yang dulunya indah, sejuk, dan nyaman. sekarang berubah menjadi hewan yang buas, darah rakyat di hisap lewat Subsidi BBM, pembayaran pajak, harga listrik dan harga bahan pokok yang semakin mahal. Bagaimana rakyat miskin bisa sekolahkan anaknya kalau harga pendidikan yang semakin tinggi, akhirnya orang tidak berpendidikan semakin banyak dan pengangguranpun yang semakin bertambah. Rakyat yang selalu di janji-janjikan dan rakyat yang selalu di permainkan. Padahalkan kita ini satu ibu pertiwi satu darah Indonesia dan di bawah payung merah putihlah kita bernaung, tapi kenapa kita masih selalu di beda-bedakan, yang kaya dengan yang miskin sehingga kami merasa asing di negeri sendiri.

Hukum yang katanya kitab paling sakti di negeri ini, tidak berlaku bagi mereka yang berkuasa hanya berlaku bagi orang yang lemah, dunia telah berubah dan mereka yang telah lupa dengan semua janji-janji manis ketika berkompanyi, di atas panggung mereka bersuara atas nama rakyat mereka berjanji dan atas nama pancasila mereka bersumpah. Itu semua hanya menjadi janji manis ketika mereka mulai berkuasa mereka lupa dengan semua janji dan sumpah yang pernah mereka ucapkan, kini semua telah berlalu mereka yang semakin eksis dan rakyat yang semakin terpuruk.

Lihat juga Sarifudin Tidore : Cinta itu Abadi Meski Tak Mencinta

Posting Komentar untuk "Kaca Mata Indonesia dari Timur"