Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengendalian Diri yang Gagal

Manusia lahir dengan beragam karakter masing-masing dan tak pernah sama antara sifat seseorang dengan orang lain, itulah yang disebut seorang teman saya sebagai hukum identitas. Artinya bahwa A=A, jadi seseorang tidak akan pernah sama dengan orang lain dan seseorang itu hanya satu di dunia ini bahkan anak kembar pun tak akan sama persis karena pasti memiliki perbedaan sehingga lebih pantas disebut mirip atau hampir sama.

Pengendalian diri manusia berhubungan erat dengan karakter manusia itu sendiri. Sikap dan perilaku manusia berasal dari 2 kategori yaitu genetik dan lingkungan. Sifat yang secara turun temurun diwariskan dari generasi-generasi sebelumnya kepada generasi saat ini dan akan datang itulah yang disebut sifat genetik. Sebagai contoh sifat pendiam sang ayah atau ibu pasti akan menurun kepada salah satu anaknya, begitu juga sifat-sifat lainnya yang berasal dari akumulasi gen ayah dan ibu serta dari keturunan mereka terdahulunya.

Namun, selain karakter yang berasal dari genetik, lingkungan juga dapat membentuk karakter seorang manusia menjadi baik atau buruk. Dalam teori sosial juga disebut manusia adalah produk lingkungan sekitar.

Contoh sederhana yang sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari yaitu jika seseorang tinggal atau berbaur dengan orang-orang baik maka orang tersebut akan cenderung memiliki sifat baik seperti orang-orang sekitarnya. Begitu juga sebaliknya jika kita berbaur dengan orang-orang yang kurang baik maka kita pun cenderung memiliki sifat yang kurang baik. Oleh karena itu anjuran para tokoh-tokoh agama agar kita lebih sering berkumpul dengan orang-orang baik maka kita pun cenderung melakukan kebaikan.

Kadang manusia memahami karakter baik dan kurang baik menurutnya, itulah kenapa manusia sering dikatakan tidak sempurna. Pengenalan diri merupakan hal yang sangat terpenting dalam menjalani hidup dan kehidupan dengan begitu kita dapat meminimalisir tindakan keburukan yang ada pada diri kita dan meningkatkan kegiatan-kegiatan baik sesuai dengan karakter baik yang kita miliki. Perlu digaris bawahi bahwa karakter genetik yang bersemayam dalam diri kita tidak pernah salah dan akan menjadi sangat baik atau sangat buruk tergantung dari bagaimana cara kita masing-masing untuk mejalankan karakter itu sendiri.

Sebagai manusia biasa kita selalu ditantang dan diuji oleh sang Pencipta untuk dapat mengendalikan diri kita dengan karakter genetik yang kita miliki. Hal ini berhubungan erat dengan sifat yang kurang baik. Contoh jika seseorang memiliki sifat bawaan yang mudah marah maka dia akan sering diuji oleh Tuhan dengan beragam masalah yang dapat membuat dia marah. Dengan begitu kita semakin terlatih untuk dapat mengendalikan amarah. Hal itu juga berlaku kepada semua orang dengan karakter bawaanya. Oleh karena itu lingkungan menjadi solusi alternatif dalam mengendalikan sifat-sifat mejadi lebih baik.

Pengendalian diri yang gagal, itulah yang sering kita alami. Sepandai-pandainya kita menjaga untuk tidak melakukan hal yang telah kita pahami bahwa hal tersebut buruk, namun masih sering terjadi dan semua itu akan berakhir dengan penyesalan. Kita tidak dapat menghilangkan karakter bawaan (genetik) kita, namun dapat diminimalisir seminimal mungkin sehingga segala aktivitas keseharian dalam hidup lebih didominasi oleh tindakan-tindakan yang baik. Itulah mengapa Tuhan tidak akan memberi cobaan kepada hambanya melebihi batas kemampuannya.

Penulis juga pernah dan sering mengalami hal ini, tulisan ini merupakan bentuk pengalaman pribadi penulis yang dituangkan saat ini. Hanya penyesalan yang mendalam dengan harapan besar hal-hal buruk tidak akan terjadi dengan selalu berusaha untuk intropeksi diri. Malu dan menyesal menjadi akhir cerita saat-saat hal buruk terjadi. Namun, kembali lagi sebagai manusia yang tak sempurna maka kata khilaf layak diucapkan saat pertama kali terjadi. Jika hal-hal buruk yang sama terjadi berulang kali maka tak bijak disandingkan kata khilaf tapi kesengajaan. Maaf menjadi solusi dalam menjalin dan membina terus hubungan silaturahmi.

Semoga kita semua menjadi manusia-manusia yang pandai mengendalikan diri dalam segala bentuk aktivitas kehidupan. Manusia tidak sempurna maka berusahalah menjadi manusia yang medekati kesempurnaan sehingga ketidak sempurnaan tidak menjadi alasan untuk selalu berbuat keburukan.

Posting Komentar untuk "Pengendalian Diri yang Gagal"