Jagalah Keras Suaramu Wahai Wanita Adam
Kedai kopi malam itu ramai dengan gerak langkah semua pengunjung, tamu yang masih berdatangan sibuk melirik segala arah ruangan yang hanya berdiri tiang-tiang tanpa dinding kala itu, berharap masih ada kursi kosong tanpa penghuni agar dapat ditempati.
Sementara saya masih ditemani hitam hitam bercangkir dengan sendok berdiri.
Berisik, teriak dengan tambahan kalimat-kalimat seru tepat berada di kelopak mata, meja depan berkumpul empat orang gadis dan empat orang lelaki yang sibuk bergemuruh dengan suara-suara mereka. Mungkin mereka acuh dengan sesama anak Adam di sekitar mereka ? atau budaya yang sedang bercermin ? entahlah, yang menjadi nyata hanyalah suara penuh rusuh mereka yang diselingi dengan banyak teriakan bernada dominan.
Gadis yang satu hanya asik menyentuh HPnya sedangkan ketiga gadis bercanda dengan teriakan tepat di depan saya. Entah kenapa mereka nyaman tertawa seperti itu, bahkan tak menghiraukan sesama anak Adam lainnya. Padahal pesona sang Hawa bukan pada suara kerasnya, kecantikan sang Hawa bukan pada keacuhannya, Hawa indah dengan rasa menghormatinya dan merdu suara saat berucap serta tertawanya dan Hawa dihormati karena besar empatinya terhadap Adam dan anak mereka.
Mata tepat tertuju kepada empat gadis di depan yang diam sejenak dan tertawa keras seketika. Jagalah keras suara mu wahai wanita anak Adam, kita semua berasal dari garis ayah dan ibu yang sama, jadilah cermin keindahan Hawa dengan nilai empati, menghormati dan tak acuh dengan sekitar.
Dengan begitu pancaran pesona wanita mu akan bersinar dan mata-mata hati ini pun akan bersyukur kepada Sang Pencipta atas kesempurnaan ciptaanNYA. Jadilah gadis Hawa dan berhentilah menutup mata terhadap sesama maka menyerupailah Hawa yang santun dalam berbicara dan sopan dalam tawa.
Sementara saya masih ditemani hitam hitam bercangkir dengan sendok berdiri.
Berisik, teriak dengan tambahan kalimat-kalimat seru tepat berada di kelopak mata, meja depan berkumpul empat orang gadis dan empat orang lelaki yang sibuk bergemuruh dengan suara-suara mereka. Mungkin mereka acuh dengan sesama anak Adam di sekitar mereka ? atau budaya yang sedang bercermin ? entahlah, yang menjadi nyata hanyalah suara penuh rusuh mereka yang diselingi dengan banyak teriakan bernada dominan.
Gadis yang satu hanya asik menyentuh HPnya sedangkan ketiga gadis bercanda dengan teriakan tepat di depan saya. Entah kenapa mereka nyaman tertawa seperti itu, bahkan tak menghiraukan sesama anak Adam lainnya. Padahal pesona sang Hawa bukan pada suara kerasnya, kecantikan sang Hawa bukan pada keacuhannya, Hawa indah dengan rasa menghormatinya dan merdu suara saat berucap serta tertawanya dan Hawa dihormati karena besar empatinya terhadap Adam dan anak mereka.
Mata tepat tertuju kepada empat gadis di depan yang diam sejenak dan tertawa keras seketika. Jagalah keras suara mu wahai wanita anak Adam, kita semua berasal dari garis ayah dan ibu yang sama, jadilah cermin keindahan Hawa dengan nilai empati, menghormati dan tak acuh dengan sekitar.
Dengan begitu pancaran pesona wanita mu akan bersinar dan mata-mata hati ini pun akan bersyukur kepada Sang Pencipta atas kesempurnaan ciptaanNYA. Jadilah gadis Hawa dan berhentilah menutup mata terhadap sesama maka menyerupailah Hawa yang santun dalam berbicara dan sopan dalam tawa.
Posting Komentar untuk "Jagalah Keras Suaramu Wahai Wanita Adam"