Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Refleksi Indonesia Hari Ini Dengan Indonesia Masa Lalu

Sebuah Catatan Melihat Indonesia Dalam Perspektif Positif

Kita perlu melihat kembali posisi Indonesia saat ini, dibandingkan dengan posisis Indonesia di tahun 1945. Saat itu kemerdekaan hadir bukan semata untuk meggulung kolonialisme, tapi dia hadir untuk menggelar keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pada saat itu para pendiri republik ini merancang dan memproklamasikan kemerdekaan, sebenarnya mereka berhadapan dengan situasi yang sangat sulit dengan kondisi ekonomi yang sangat berat, rakyat yang miskin, penduduk yang tidak terdidik, keuangan negara yang kosong, seluruh infrastruktur lemah dan habis perang. Bisa dibayangkan kompleksitas problem yang dihadapi para pemimpin Indonesia pada saat republik ini didirikan, tapi satu hal menarik yang perlu kita bayangkan, mereka bukan orang-orang yang suka mengeluh, mereka adalah pemimpin yang mengirimkan harapan mereka dan tak kirimkan ratapan, meskipun mereka memiliki seluruh persyaratan untuk meratapi lingkungan dan problem yang begitu banyak, tapi apa yang mereka lakukan? mereka mengirimkan harapan.

Pemimpin- pemimpin itu menggandakan pesan-pesan optimisme, mereka optimis bahwa kemerdekaan adalah jembatan emas menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera. Hal ini di pandang sebagai jembatan dan disampaikan di tengah masyarakat yang secara ekonomi miskin kolektif, keterdidikan sangat rendah, hanya 5 % orang yang bisa membaca dan menulis, jadi bisa di bayangkan sebenarnya bila kita menengok kembali ke tahun 1945 seluruh pemimpin di republik ini memiliki persyaratan untuk pesimis tetapi merekan memilih untuk selalu optimis. Hari ini kita di Indonesia sekian tahun setelah kita merdeka terjadi perubahan yang luar biasa, buta huruf sudah sangat kecil kemana saja kita pergi tunjukan tulisan orang bisa baca, sebuah perubahan yang luar biasa dari 95% penduduk yang tidak bisa membaca dan menulis. secara ekonomi pun bisa dilihat perubahannya walaupun kadang terjadi fluktuatif. Tetapi saat ini juga, kebanyakan di antara kita yang lebih cenderung untuk mencari yang gagal, membicarakan yang belum berhasil dan menganalisis masalah yang membuat kita merasa negatif, merasa terpuruk.

Di hotel yang mewah, di kampus, sampai di warung-warung kecil begitu kata Indonesia di munculkan maka yang di diskusikan adalah keprihatinan dan problem, seakan-akan republik ini tidak punya keberhasilan. Bukti konkrit dari keberhasilan bangsa ini adalah ketika kita melakukan upacara kemerdeka’an secara virtual setiap tahunnya. Ini adalah bukti-bukti riilnya, tapi kita jarang mensyukuri dan melihat Indonesia dalam perspektif yang positif. Indonesia memang saat ini berada pada posisi yang menantang, tetangganya Singapura, Malaysia, Thailand, ke utara ada Hongkong, Taiwan, Jepang dan Korea Selatan. Mereka merupakan deretan negara-negara yang sudah mengalami kemajuan ekonomi yang luar biasa, jadi kita seringkali merasa tertinggal. Tetapi coba kita bayangkan bila Indonesia itu tetangganya negara-negara Asia Selatan India, Banglades, Pakistan, Srilanka atau Indonesia tepat berada di Afrika, maka barangkali kita akan merasa berbeda dengan perasaan kita sekarang.

Di sini letak pentingnya kita membandingkan, bukan saja Indonesia hari ini dengan tetangga tetapi Indonesia hari ini dengan Indonesia masa lalu. Di usia ke 71 tahun ini, disaat ini pula, kita sedang dalam situasi di mana gejolak ekonomi kita sedang tidak sehat, adanya isu Umbalance Growth yakni pertumbuhan yang tidak seimbang antar sektor, antar daerah, serta antar pelaku ekonomi, lemahnya nilai tukar rupiah serta terjadinya inflasi. Hal ini sangat membutuhkan kerja keras dengan bermodalkan sikap optimis dan pandangan yang positif yakin bahwa keadaan demikian sifatnya hanya temporer.

Mari kita mendukung upaya dari pemerintah untuk mengembalikan stabilitas ekonomi dengan adanya paket kebijakan sebelumnya dan cara lain yang dilakukan oleh pemerintah di akhir tahun ini. Penting bagi kita untuk selalu menjaga pesan-pesan optimis hidup, pesan optimis jangan sampai hilang, jagalah pesan optimis itu dengan cara melihat semua persoalan dari sudut pandang yang positif. Sikap percaya diri harus ditanamkan, sikap percaya diri ini juga yang di tanamkan para pemimpin kita dahulu ketika mereka melihat kemiskinan dimana-mana apa yang mereka lakukan? Mereka membangkitkan percaya diri bangsa ini dengan menunjuk pada alam, lihatlah alam yang kaya raya, indah tambangnnya, banyak hutannya yang luas, itu di tonjolkan untuk menjaga agar percaya diri bangsa ini tetap tinggi, mereka tidak mengatakan rakyat 95% buta huruf karena itu menghancurkan kepercayaan diri meskipun kenyataanya begitu, motifasi untuk perangi buta huruf, majukan dan cerdaskan rakyat itu yang mereka kampanyekan.

Jadi ada perspektif positif untuk mereka melihat masalah. Saat ini kita perlu hadirkan perspektif positif itu dan begitu banyak anak-anak muda republik ini yang memiliki prestasi yang membuat Republik ini bangga, sehingga republik pun merasa yakin bahwa bukan saja dalam pikiran dan retorika kita posistif tetapi dalam realita kita melihat juga dalam perspektif positif .

Hemat penulis, bahwa segala yang terjadi pada bangsa ini harus dibijaki dengan rasa optimisme, sudah barang tentu sikap kritis juga harus ditanamkan, tetapi di barengi juga dengan sikap optimis. Karena sebagian dari kita sering terjebak pada sikap yang kritis tetapi ekspresinya pisimis, itu berbahaya. Kritis tetapi selalu jaga spirit optimis. Hal yang perlu mendapat perhatian juga adalah republik ini memiliki janji yaitu mencerdaskan, mensejahterakan yang secara konstitusional adalah tugas negara untuk melunasi janji itu, tapi secara moral adalah tugas kita bersama. Olehnya itu mari kita merenung melihat sisi positif untuk pembangun republik tercinta ini, bukan saatnya lagi terus menerus mengeluh dan pesimis melihat setiap sisi negatif dari republik ini.

Penulis : Fandi Umanahu  (Pemerhati Sosial)

Posting Komentar untuk "Refleksi Indonesia Hari Ini Dengan Indonesia Masa Lalu"