Akhiri Permusuhan di Debu Perbatasan
Oleh : Usman Umasugi
Dari sudut mata ku pandang sejarah dendam anak cucu sampai cinta dan amarah terlihat dari setiap debu perbatasan, membedah permusuhan para generasi muda penjaga batas debu perbatasan.
2011, genggaman busur panah terlihat di setiap pojok rumah yang seakan menangisi dan meratapi kepedihan yangg terjadi hingga darah terakhir pun takkan membungkan kedua Desa untuk tidak saling bermusuhan. Entah siapa yang menikam, provokasi, manipulasi dan menjilat tali persaudaraan kita di batas debu perbatasan sampai di nina bobokan oleh sejarah kelam yang tak bertuan, menabrak tanpa memandang usia baik tua maupun muda yangg membuat menangis leluhur kita karena melihat permusuhan debu perbatasan.
Kita yang tidak malu dan terkenanglah mereka yang telah pergi, mereka yang telah memberikan segalanya bagi kita generasi penerus hingga teringat cerita pasukan tangguh membela brikade Tobelo di ujung Tanah Air, mengangkat pedang melibas depan setiap sisi barisan, hingga mendapatkan harapan nyawa tak tersisa di Pulau Lif Matola, kini hanya nostalgia tak bejudul.
Malulah kita, anak cucu Negeri Emalamo yg menodai sejarah perjuangan leluhur. Sejenak hati terpaku tak tersentuh habis batas-batas kemunafikan sebagi anak negeri yang tak malu mewarisi sejarah untuk anak cucu, yang menangis menatap hampa, tak tahu lagi dimana sejarah mereka tertulis dengan baik.
Generasi muda debu perbatasan bangkit dan mulailah berpikir sejarah yang harus kita warisi untuk generasi akan datang yang belum mengenal dunia untuk melihat sejarah debu perbatasan yang tercipta indah dipenuhi sifat manatol.
Baca juga Usman Bakrin Umasugi : Surat Kasabel Pampu untuk Sahabat
Kita yang tidak malu dan terkenanglah mereka yang telah pergi, mereka yang telah memberikan segalanya bagi kita generasi penerus hingga teringat cerita pasukan tangguh membela brikade Tobelo di ujung Tanah Air, mengangkat pedang melibas depan setiap sisi barisan, hingga mendapatkan harapan nyawa tak tersisa di Pulau Lif Matola, kini hanya nostalgia tak bejudul.
Malulah kita, anak cucu Negeri Emalamo yg menodai sejarah perjuangan leluhur. Sejenak hati terpaku tak tersentuh habis batas-batas kemunafikan sebagi anak negeri yang tak malu mewarisi sejarah untuk anak cucu, yang menangis menatap hampa, tak tahu lagi dimana sejarah mereka tertulis dengan baik.
Generasi muda debu perbatasan bangkit dan mulailah berpikir sejarah yang harus kita warisi untuk generasi akan datang yang belum mengenal dunia untuk melihat sejarah debu perbatasan yang tercipta indah dipenuhi sifat manatol.
Baca juga Usman Bakrin Umasugi : Surat Kasabel Pampu untuk Sahabat
Posting Komentar untuk "Akhiri Permusuhan di Debu Perbatasan"