Puisi : Mengejar Musim Mendatang, Musim Kita
Puisi Mengejar Musim Mendatang, Musim Kita
Aku maklum,
Untuk mataku yang tak henti menatap langit selepas kepergianmu
awan-awan ambyar tercabik hantam
secabik hati yang tertinggal lumpuh seketika
seharusnya kau membawaku terbang bersamamu
Aku masih memaklumi
termanguku menatap almanak menanti musim berganti
musim sua mendatang yang lelehkan beku kerinduan
lihat larutku dalam remuk terpisahnya kita!
kemarin, seharusnya kau tidak pergi
Kekasih, bagaimana langkah kakimu sesampai di kotamu
apakah mampu berpijak ketika denyut nadimu tertinggal di kotaku
kekasih, biarkan saja hujan menyapa datangmu basah
biar mereka tahu sudah ada gigil yang lebih dulu menyambangi tubuhmu tubuhku yang terlepas samudra
Maklumi aku,
Aku tergugu menatap punggungmu
detik kau pergi dahaga menjadi gelar
ikutkan aku dalam setiap langkahmu
atau tulis aku
Kekasih,
tuliskan aku menjadi kata yang paling tabah,
menjadi makna yang paling rebah di dadamu,
dan menjadi jatuh yang paling sungkur di hatimu
agar musim yang sama kita nanti tumbuh biru rumpun merumpun
Kekasih,
menjelma aku pengembara yang mengejar esok
mengelana hari sebisu mungkin hingga musim berganti
dan ketika tiba waktunya lihatlah aku
berdiri di sana untukmu, dan hanya untukmu.
Azma
12 Oktober 2016
Baca Azma : CV
Posting Komentar untuk "Puisi : Mengejar Musim Mendatang, Musim Kita"