Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Puisi Asylum


Puisi Asylum

Aku ingin menuliskan sesuatu

Yaa ... sesuatu.

Yang bisa berarti apa saja

Mungkin bunga di pinggir jalan dengan gincu tebalnya

Pohon mangga di halaman yang daunnya ranggas oleh matahari


Bocah telanjang dada yang mengibu pada tiang tiang paku bumi kolong tol

Ayah yang berjalan lupa pulang

Atau Kekasih yang mengutuk purnama ketika sabit.

Seseorang ingat sesuatu

Lalu lainnya melupakan.

Lupa bagaimana cara menulis


Aku melihatnya di cermin

Dia aku mengutuki aksara

Menyumpahi rindu seserapah mungkin

Lalu mencoba melukis gincu bunga tepi jalan yang melirik pada pohon mangga halaman

Tapi bocah telanjang dada menertawakan

"Hai Nona Air, lihat aku! Ayahku lupa pulang, Ibuku kaku. Bisa kau tepis semuanya? Berikan sedikit air lalu bicaralah pada purnama saat sabit yang menggenggam tanganmu.


Bisa kau lakukan?"

Aku kembali pada sumpahku yang serapah untuk mataku, untuk kakiku, untuk tanganku, untuk hatiku,

Dan untuk air yang tak mampu kuberikan pada bocah itu sekedar pelepas dahaganya.

Lalu bagaimana caranya aku mampu bicara pada purnama?

Sementara rindu masih kusumpahi.


Azma


6 Oktober 2016

Baca Azma : Bukan Puisi

Posting Komentar untuk "Puisi Asylum"