Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dukung KontraS Membongkarnya

Pada bulan lalu, tepatnya Kamis, 27 Juli 2016, saya sempat menghadiri dialog yang digelar oleh Forum Peduli Nusantara (FPN) Manado, dengan mengangkat tema yang menurut saya cukup menarik, karena berhubungan dengan penyalahgunaan NARKOBA. Dialog yang digelar di Hotel Travelo Manado ini, dihadiri langsung oleh Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Sulawesi Utara (Sulut), Kombes Pol. Sumirat Dwiyanto, M.Si sebagai pembicara utama, serta Kepala Dinas Pendidikan Sulut--yang waktu itu tak berkesempatan hadir (diwakili)--,sebagai pembicara kedua, dan Pak Jim R. Tindi sebagai pembicara ketiga dari kalangan aktivis muda.

Berdasarkan data-data yang diperoleh dan dipaparkan Sumirat, untuk sekarang ini Sulut (Manado dan sekitarnya) sangat rawan penyebaran dan penggunaan berbagai macam dan jenis Narkoba. Penggunaan Narkoba paling murahan semisal Eha-bond (jenis lem yang baunya paling menyengat, bahkan bisa membuat pusing seketika), sampai jenis yang paling mahal, yakni saya tidak tahu karena saya bukan pemakai.

Penggunaan Narkoba yang begitu marak di Sulut dikarenakan, Sulut memiliki pelabuhan yang terlalu bebas, dan sangat mudah untuk bisa dimasuki oleh kapal-kapal asing. Kata Sumirat, wilayah yang bisa dimasuki dari arah mana saja dan masih sulit terdeteksi penyelundupan barang-barang mahal itu.

Dialog yang dimoderatori oleh salah satu wartawan Kompas TV, Rafsan Ffb Aditya Damopolii ini pun semakin menarik perhatian, hingga muncul banyak tanggapan balik dari peserta forum, di antaranya: Haryati Ibrahim, Noke VAN Togubu, dan yang lainnya. Dan pertanyaan yang terlihat lucu dari Noke adalah, setelah menjelaskan banyak hal terkait "pil kuning", dia pun menutup dengan berkata, "Iya, kan? Bukannya orang mabuk itu paling jujur?"

Dari acara ini, ada beberapa paparan data yang disampaikan oleh Sumirat yang disertai bukti foto-foto, dan yang sangat membuat saya kesal adalah, bahwa ternyata ada mahasiswa-mahasiswa Farmasi di salah satu Perguruan Tinggi Sulut, mereka mencari uang dengan cara yang belum sesuai dengan etika dalam Dunia Farmasi: mereka meracik jenis obat-obat yang mereka pelajari di kampus, hingga menghasilkan jenis Narkoba baru. Untungnya, bukan mahasiswa-mahasiswa dari FMIPA UNSRAT. Jika demikian, maka sangat tidak mungkin, atau sangat disayangkan, karena sejak Yohanes Aldo Taogan menjabat sebagai Ketua Senat FMIPA UNSRAT, sudah beberapa kali dialog seperti ini dia selenggarakan bersama Kepala BNN Sulut sebelum Sumirat.

Dari rentetan kisah di atas, bukan berarti saya percaya 100% kepada BNN, Polisi, TNI dan lain sebagainya, karena saya juga masih sangat percaya kepada Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS). Ya, #SayaPercayaKontraS. Oleh karena itu, saya dukung KontraS agar--semoga-- secepatnya membongkar segala hal yang bermain di belakang semua ini. Terima kasih, KontraS. [.]

(Muzakir Rahalus)

Lihat juga Muzakir Rahalus : Tukang Sampah dan Petugas Kebersihan

Posting Komentar untuk "Dukung KontraS Membongkarnya"