Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Contoh Proposal Penelitian Pengaruh Frekuensi Penyiraman Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon Merah

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pohon jabon merupakan jenis pohon penghasil kayu yang dewasa ini sementara gencar dikembangkan masyarakat Indonesia karena memiliki pertumbuhan yang cepat. Jabon yang dikenal dibedakan atas dua jenis antara lain jabon putih (Anthocephalus cadamba Roxb.) dan jabon merah [Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil.]. Jabon merah lebih dikenal dengan nama lokal samama (Maluku), karumama (Sulawesi Utara), yang memiliki nama latin Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil dan termasuk dalam famili Rubiaceae (kopi-kopian).

Saat ini, jabon menjadi andalan industri perkayuan, termasuk kayu lapis, kayu lamina dan industri perkayuan lainnya. Jabon merah dapat tumbuh subur di hutan tropis dengan ketinggian 50-1000 meter dpl. Jabon Merah adalah pohon kayu yang bentuk batang lurus yang hampir tak bercabang, tinggi batang dapat mencapai 40 meter, dengan tinggi bebas cabang 30 meter dan diameter batang 40-50 cm. Jabon merah memiliki ciri tersendiri yaitu disamping termasuk jenis yang cepat tumbuh atau fast growing spesies jabon merah juga mampu menggugurkan ranting dan daun bagian bawah atau pruning secara alami sehingga dapat tumbuh lurus meninggi tanpa cabang (Mulyana, Asmarahan dan Fahmi, 2011).

Jabon merah merupakan salah satu jenis tumbuhan asli Indonesia yang berpotensi untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti reklamasi lahan bekas tambang, penghijauan dan pohon peneduh (Mansur dan Tuheteru 2010)..Hal ini dikarenakan jabon dapat tumbuh di berbagai tipe tanah, tidak memiliki hama dan pernyakit yang serius (Pratiwi 2003).

Air adalah salah satu komponen fisik yang sangat vital dan dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sebanyak 85-90 % dari bobot segar sel-sel dan jaringan tanaman tinggi adalah air (Maynard dan Orcott 1987).

Doorenbos dan Kassam (1979) menyatakan bahwa untuk mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan hasil tanaman perlu penyiraman sesuai kebutuhan air. Trisnawati dan Setiawan (2008) meyatakan bahwa penyiraman dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: mengganti air yang telah menguap, memberi tambahan air yang dibutuhkan oleh tanaman, dan mengembalikan kekuatan tanaman.

1.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui intensitas penyiraman yang baik terhadap pertumbuhan bibit jabon merah.

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai waktu penyiraman air pada pertumbuhan bibit jabon merah.

II. TINJAUN PUSTAKA

2.1 Jabon Merah

Jabon merah lebih dikenal dengan nama lokal samama (Maluku), karumama (Sulawesi Utara). Jabon Merah memiliki nama latin Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil dan termasuk dalam famili Rubiaceae (kopi-kopian). Secara lengkap klasifikasi jabon merah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Sub Kindom : Tracheobionta (tumbuhan berpembulu)

Super Divisi : Spermatophyta ( menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Ordo : Rubiales

Family : Rubiaceae (suku kopi-kopian)

Genus : Anthocephalus

Spesies : Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil.

Sinonim : Bancalus macrophyllus (Roxb.) O.

Kuntze, Nauclea macrophylla Roxb,

Neolamarckia macrophylla (Roxb.) Bosser

2.1.1 Penyebaran Jabon Merah 

Penyebaran jabon merah di Indonesia hanya berada di daerah Maluku, sebagian Sulawesi dan Papua. Penyebaran jabon diluar Indonesia tersebar merata dari India, Nepal, Bengal, Vietnam, Assam, Ceylon, Thailand, Semenanjung Malaya, Serawak, Sabah, Filipina, Australia dan Papua Nugini.

2.2 Morfologi Jabon Merah

2.2.1 Batang

Jabon merah merupakan salah satu jenis pohon gugur daun (deciduous). Batang berbentuk bulat dan tegak lurus yang hampir tak bercabang. Tinggi batang dapat mencapai 40 meter, dengan tinggi bebas cabang 30 meter, lingkar batang mencapai 150 cm (diameter 40-50 cm. Batang jabon merah berwarna merah kehitaman. Warna kayunya kemerah-merahan menyerupai kayu meranti dari pulau Kalimantan.

2.2.2 Daun

Daun jabon merah merupakan daun tunggal, permukaan daun berbulu dengan bentuk daun lebih lonjong dan lancip, arah duduk daun saling berhadapan. Daun berukuran 15-50 cm x 8-25 cm (panjang x lebar) dengan panjang tangkai 2,5-6 cm (Mulyana, Asmarahan dan Fahmi, 2011). Warna permukaan bawa daun cenderung semu merah, tulang daun terlihat jelas berwarna merah.

2.2.3 Bunga

Bunga jabon berbentuk bulat dan gemuk dengan warna jingga. Bunga kepala berukuran besar (4,5-6 cm), lidah daun kelopak letaknya tegak, berdaging, dan pada ujungnya berbulu. Daun mahkota pada bunga jabon seluruhnya tidak berbulu. Aroma bunganya tercium harum dan lembut (Mulyana, Asmarahan dan Fahmi, 2011).

2.2.4 Buah

Buah berbentuk bulat berwarna cokelat muda kemerah-merahan dengan ukuran 4,5-6 cm dan memiliki ruang-ruang biji yang sangat banyak.. Setiap ruang biji tersebut berisi kumpulan biji. Buah jabon mengandung biji yang berukuran sangat kecil 0,3-0,4 mm.

2.3 Syarat Tumbuh

Dalam hal tempat tumbuh jabon merah memiliki toleransi yang cukup baik, yaitu pada ketinggian dengan kisaran 50-1000 m dpl, tetapi ketinggian optimal yang menunjang produktivitasnya adalah kurang dari 500 m dpl.

Jabon merah merupakan salah satu tanaman hutan yang tumbuh baik di daerah beriklim tropis dengan rata-rata curah hujan lebih dari 1.500-5.000 mm per tahun. Jabon merah termasuk tanaman pionir yang dapat membentuk koloni di hutan alam yang dipengaruhi oleh pancaran radiasi, komposisi atmosfir, dinamika lautan, air, bentuk atau kontur permukaan bumi, serta interaksi antar komponen tersebut melalui proses fisika, kimia, dan biologi.

Secara spesifik, jabon merah tidak memiliki syarat tumbuh yang khusus. Jabon merah mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang kurang baik dibandingkan dengan tanaman hutan penghasil kayu lainnya. Jabon relatif tahan terhadap kekurangan oksigen tertentu didalam tanah. Optimalnya jabon merah ditanam di tanah yang subur, banyak mengandung unsur hara mineral, serta memiliki terkstur tanah yang baik. Jabon merah dapat tumbuh di tanah aluvial lembap, seperti di pinggir sungai serta di daerah peralihan antara tanah rawa dan tanah kering yang kadang-kadang digenangi air.

2.4 Keunggulan Jabon Merah

1. Kemampuan menahan dan menyimpan air sangat tinggi sehingga cocok untuk menahan tanah dari bahaya erosi.

2. Mampu menghasilkan oksigen dalam jumlah besar.

3. Dapat dibuat veneer dengan standar pasar Timur Tengah, Korea Selatan, Eropa dan Amerika Serikat.

4. Dapat dibuat veneer untuk Face-Back pada produk plywood menggantikan meranti dan kayu alam lainnya.

5. Log dapat dikupas dengan rotary sederhana (Cina), konvensional (Uroko Jepang) dan digital (Finlandia) dan menghasilkan veneer kualitas prima.

6. Dapat dipakai untuk perkakas rumah tangga, bahan bangunan dan pertukangan.

7. Pengolahan veneer untuk plywood tidak ada masalah saat proses di hot press, cold press sampai finishing.

8. Kualitas kayu samama jauh lebih baik daripada sengon dan benuang.

2.5 Air

Air merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan tanaman dalam proses perkembangan dan pertumbuhan. Keberadaan air sangat berpengaruh terhadap jenis-jenis tanaman yang hidup di suatu tempat. Noggle dan Frizt (1983) menjelaskan fungsi air bagi tanaman yaitu :

1) Sebagai senyawa utama pembentuk protoplasma,

2) Sebagai senyawa pelarut bagi masuknya mineral-mineral dari larutan tanah ke tanaman dan sebagai pelarut mineral nutrisi yang akan diangkut dari satu bagian sel ke bagian sel lain,

3) Sebagai media terjadinya reaksi-reaksi metabolik,

4) Sebagai rektan pada sejumlah reaksi metabolisme seperti siklus asam trikarboksilat,

5) Sebagai penghasil hidrogen pada proses fotosintesis,

6) Menjaga turgiditas sel dan berperan sebagai tenaga mekanik dalam pembesaran sel,

7) Mengatur mekanisme gerakan tanaman seperti membuka dan menutupnya stomata, membuka dan menutupnya bunga serta melipatnya daun-daun tanaman tertentu,

8) Berperan dalam perpanjangan sel,

9) Sebagai bahan metabolisme dan produk akhir respirasi, serta

10) Digunakan dalam proses respirasi.

Kehilangan air pada jaringan tanaman akan menurunkan turgor sel, meningkatkan konsentrasi makro molekul serta senyawa-senyawa dengan berat molekul rendah, mempengaruhi membran sel dan potensi aktivitas kimia air dalam tanaman (Mubiyanto, 1997). Peran air yang sangat penting tersebut menimbulkan konsekuensi bahwa langsung atau tidak langsung kekurangan air pada tanaman akan mempengaruhi semua proses metaboliknya sehingga dapat menurunkan pertumbuhan tanaman.

2.6 Media Tanam

2.6.1 Tanah

Tanah adalah media tanam pokok sebagian besar jenis tanaman. Secara umum, fungsi utama tanah untuk pertanian di antaranya sebagai sumber unsur hara, sebagai media (matriks) tempat akar, tempat air tanah tersimpan, serta tempat unsur-unsur hara dan air.

Tanah mempunyai peran untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup tanaman, seperti memberikan dukungan mekanis, tempat berjangkarnya akar, menyediakan ruang untuk pertumbuhan dan perkembangan akar, menyediakan udara (oksigen) untuk respirasi, menyediakan air dan unsur hara, dan sebagai media terjadinya interaksi antara tanaman dengan mikroorganisme tanah.

2.6.2 Pasir

Pasir adalah silika murni dengan ukuran antara 0.5-2 mm, pada umumnya pasir digunakan untuk media campuran karena mudah didapat dan murah, tetapi pasir merupakan media yang paling berat dari semua media pengakaran.

Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyamaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam.

2.6.3 Pupuk Majemuk NPK

Pupuk merupakan bahan organik maupun bahan anorganik yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga pertumbuhan tanaman optimal atau mampu memproduksi dengan baik. Pupuk mengandung bahan baku pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sendangkan suplemen seperti hormon tumbuhan hanya berfungsi membantu melancarkan proses metabolisme tumbuhan.

Pupuk kandang merupakan produk yang berasal dari limbah usaha peternakan. Jenis ternak yang biasa menghasilkan pupuk kandang sangat beragam, di antaranya sapi, kambing, domba, kuda, kerbau, ayam dan babi. Dari bebrapa jenis pupuk kandang, pupuk dari kotoran ayam merupakn pupuk yang paling kaya unsur hara.

Adapun fungsi dari pupuk kandang yaitu :

1. Sebagai operator, yaitu memperbaikki struktur tanah,

2. Sebagai penyedia sumber hara, makro dan mikro,

3. Menambah kemampuan tanah dalam menahan air,

4. Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (melepas hara sesuai kebutuhan tanah),

5. Sumber energi bagi mikro organisme.


2.7 Hipotesis

Diguga intesitas penyiraman mempengaruhi pertumbuhan bibit tanaman jabon mearah.


III. METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado dan dilaksanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan Agustus-Oktober 2012.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah alat tulis menulis, pisau, mistar, jangka sorong (caliper), bambu, polibag ukuran 22 x 25 cm, corong, ember, botol aqua 600 cc, sprayer, air, timbangan, sekop, gelas ukur 100 cc, springe terumo 20 cc, thermohydrometer digital , kamera, tanah, pasir, pupuk kandang ayam, pupuk NPK dan bibit jabon merah.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode eksperimen percobaan di Rumah Kaca dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan penyiraman dan 6 ulangan. Setiap perlakuan diulang sebanyak 6 kali dan setiap ulangan terdiri atas 1 tanaman, jumlah bibit yang diamati sebanyak 24. Setiap tanaman diberikan pupuk 0,5 gr pupuk majemuk NPK yang dilakukan 2 minggu sekali selama 2 bulan. Adapun perlakuan sebagai berikut :

A = Penyiraman 1 kali (600 cc) pada pukul 07.00

B = Penyiraman 2 kali (300 cc) pada pukul 07.00 dan 17.00

C = Penyiraman 3 kali (200 cc) pada pukul 07.00, 12.00 dan 17.00

D = Penyiraman 4 kali (150 cc) pada pukul 07.00, 10.20, 13.40 dan 17.00

3.4 Variabel Pengamatan

1) Tinggi

Pengukuran tinggi dilakukan dengan menggunakan mistar, diukur mulai dari permukaan tanah hingga titik tumbuh pucuk bibit. Pengukuran tinggi dilakukan setiap satu kali dalam seminggu.

2) Diameter

Pengukuran diameter menggunakan jangka sorong, diukur pada pangkal batang sekitar 3 cm dari permukaan tanah yang sudah ditandai. Pengukuran dilakukan setiap 1 minggu sekali.

3) Jumlah Daun

Menghitung jumlah daun akan dilakukan setiap seminggu sekali untuk mengetahui pertambahan jumlah daun.

4) Volume Akar

Pengukuran volume akar dilakukan pada akhir pengamatan. Sampel dibersihkan terlebih dahulu dengan air, kemudian akar dimasukkan kedalam gelas ukur yang sudah berisi air. Dari hasil pengukuran dapat diketahui volume akar dari bibit jabon merah.

5) Berat Kering Tajuk

Pengukuran berat kering tajuk dilakukan pada akhir pengamatan. Sampel tanaman dipotong menjadi bagian-bagian kecil kemudian dibungkus dengan koran dan dimasukkan kedalam oven dengan suhu berkisar 70 – 80o c selama dua hari. Sampel ditimbang menggunakan timbangan analitik dari hasil pengamatan, maka dapat diketahui berat kering bibit jabon merah.

6) Suhu

Suhu di dalam rumah kaca diamati setiap hari (pagi, siang, sore) menggunakan thermohygrometer digital (data penunjang).

7) Kelembaban

Kelembaban udara yang ada di dalam rumah kaca diamati setiap hari (pagi, siang, sore) menggunakan thermohygrometer digital (data penunjang).

2.5 Prosedur Kerja

1. Penyiapan Media

Media tanam yang digunakan adalah tanah, pasir, dan pupuk kandang ayam. Media tanam dicampur tanah, pasir dan pupuk kandang disterilkan dahulu dengan cara dijemur selama 1 minggu untuk menghilangkan gulma dan hama. Tanah, pasir, dan pupuk kandang berdasarkan rekomendasi di campur dengan perbandingan 7:2:1. Media yang telah terbentuk tersebut, di masukkan ke dalam polibag yang berukuran 22 x 25 cm kemudian di timbang dan disirami air.

2. Penyiapan Bibit

Bibit yang akan digunakan adalah bibit yang berumur sekitar 3 bulan. Bibit disortir berdasarkan tinggi, jumlah daun, bebas dari serangan hama dan penyakit.

3. Penyapihan

Penyapihan dilakukan pada pagi hari di bawah naungan (paranet). Bibit dipindahkan dipolibag yang berukuran 22 x 25 cm dengan membuat lubang tanam 10-12 cm, bibit ditanam dalam lubang hingga bagian akar tertanam.

4. Pemberian Label

Pemberian label dilakukan untuk membedakan suatu perlakuan dengan ulangan tertentu dalam satuan pengamatan.

5. Proses Adaptasi dan Pemeliharaan

Setelah penyapihan, bibit jabon diletakkan dalam rumah kaca selama seminggu di bawah naungan (paranet). Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari dengan menggunakan sprayer agar media tetap lembab. Untuk menjaga media dari serangan semut, maka di berikan furadane 0,5 g/tanaman, selain itu juga dilakukan pembersihan gulma.

6. Pengaturan Bibit

Bibit jabon merah yang telah melewati proses adaptasi diatur pada meja-meja dalam rumah kaca sesuai dengan lay out percobaan. Penempatan bibit akan diacak secara lengkap dengan cara diundi. Jarak antar tanaman sekitar 60 x 60 cm.

7. Pengendalian Hama dan Penyakit

Untuk mengantisipasi bibit jabon dari serangan hama dan penyakit maka, akan dilakukan pemantauan secara berkala. Selain itu juga, akan dilakukan penyemprotan pestisida jika ada indikasi serangan hama.

8. Pemupukan

Pemupukan dilakukan setiap dua minggu sekali. Penaburan pupuk dilakukan setelah pengambilan data awal. Pupuk ditabur dengan jarak sekitar 3 cm dari batang.

2.6 Analisis Data

Analisis data menggunakan analisis keragaman ( Analisis Of Varian). Apabila hasilnya signifikan maka dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil).


DAFTAR PUSTAKA

Doorenbos, J. and A.H. Kassam. 1979. Yield Response to Water. FAO Irrigation and Drainage Paper 33. FAO, Rome.

Fitter, A.H. dan R.K.M. Hay. 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gajahmada University Press. Yogyakarta

Goldsworthy, P.R. dan Fisher, N.M. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Universitas Gadjah Mada Press: Yogyakarta.

Halawane, J. E., H.N. Hidayah dan J. Kinho. 2011. Prospek Pengembangan Jabon Merah (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil) Solusi Kebutuhan Kayu Masa Depan. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Manado. 63 hal.

Harjadi, S.S.M.M.. 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Haryadi. 1986. Pengantar Agronomi. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 191 hal.

Haryati. 2003. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Kramer PJ. 1969. plant and Soil Water Relationships. New York: Mc. Graw Hill Book Company. Inc. P 347.

Lakitan, B.. 2004. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 205 hal.

Lubis, K.. 2000. Tanggapan Tanaman Terhadap Kekurangan Air Makalah Seminar. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Mansfield, T.A. dan C.J. Atkinson. 1990. Stomatal Behavior in Water Stressed Plants. In Alscher ang Cumming. Editor. Stress Respons In Plant :Adaptation and Acclimation Mechanisms. New York: Wiley-Liss Inc. P 241-246.

Posting Komentar untuk "Contoh Proposal Penelitian Pengaruh Frekuensi Penyiraman Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon Merah "