Puisi : Kronologi
Puisi : Kronologi
Oleh : Muzakir Rahalus
merpati putih terbang datar
ditembaki gerimis tipis
sayapnya yang indah, melepaskan surat
kedamaian
sebelum tersangkut di menara,
orangorang membakar Gereja.
dari arah perjamuan, datang suara: "kita telah diserang."
kota semakin menyala
api panasnya, menjalar hingga ke Utara Maluku.
Masjid dibakar
Gereja dibakar
memasak manusia
adalah seni perang yang tak kenal saudara.
semua orang menjadi lupa; cara membakar, mencelupkan ke teh, bahkan cara memakan sagu
ketika pagi
pun petang yang menyala
kita membakar kota demi provokator
demi tuhan--yang telah menjajah kita?
Lalu, dengan menyeka wajahnya yang basah, W.S Rendra bilang, "Lihatlah!
Ibu kita berjongkok
di tengah kota
yang terbakar."
Manado, 2016
Oleh : Muzakir Rahalus
merpati putih terbang datar
ditembaki gerimis tipis
sayapnya yang indah, melepaskan surat
kedamaian
sebelum tersangkut di menara,
orangorang membakar Gereja.
dari arah perjamuan, datang suara: "kita telah diserang."
kota semakin menyala
api panasnya, menjalar hingga ke Utara Maluku.
Masjid dibakar
Gereja dibakar
memasak manusia
adalah seni perang yang tak kenal saudara.
semua orang menjadi lupa; cara membakar, mencelupkan ke teh, bahkan cara memakan sagu
ketika pagi
pun petang yang menyala
kita membakar kota demi provokator
demi tuhan--yang telah menjajah kita?
Lalu, dengan menyeka wajahnya yang basah, W.S Rendra bilang, "Lihatlah!
Ibu kita berjongkok
di tengah kota
yang terbakar."
Manado, 2016
Posting Komentar untuk "Puisi : Kronologi"