Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Door to Door Sebagai Bentuk Solusi

Oleh : Awi Buton

Teman-teman pasti pernah pusing memutar otak untuk cari cara mengumpulkan tambahan dana untuk sebuah kegiatan ekstra maupun intra kampus, Mahasiswa mana yang tidak kenal dengan istilah Door to door ? Door to door kini marak diberlakukan di berbagai kampus dengan tujuan yang kurang lebih sama, mengumpulkan dana demi terealisasinya sebuah kegiatan. Door to Door biasanya dilakukan secara bergiliran setiap harinya dengan pembagian dari kelompok masing-masing ataupun Door gabungan.

Bagi sebagian mahasiswa, keterlibatan menjadi pelaku door to door bukanlah hal yang mudah atau menyenangkan karena mereka harus benar-benar berpikir untuk mencari cara agar menarik perhatian konsumennya karena jalannya sebuah acara bergantung pada mereka. Singkatnya, tidak ada dana, kegiatan tidak terlaksana sesuai dengan waktu perencanaan.

Tapi bagi sebagian mahasiswa door to door adalah salah satu cara untuk bisa langsung berlatih jiwa entrepreneurship. Dari sini mereka bisa mengusulkan berbagai ide untuk melancarkan kegiatan door to door yang anti-mainstream dan mencoba berdagang produk hasil buatannya sendiri. Tidak jarang yang pertamanya dari hasil coba-coba itu malah menjadi salah satu cara mutakhir memperoleh sumber dana.

Cara mencari danapun berbeda-beda. Ada yang melakukannya dengan menjual produk seperti jajanan-jajanan kecil atau bahkan dengan menjual jasa, asal bisa terlaksananya kegiatan, Apapun itu.

Sebelum turun kelapangan mahasiswa biasa membuat sebuah rencana untuk mencari letak strategis tempat beroperasi dan mengukur tingkat keinginan konsumen terhadap sesuatu.

Melihat dari realita yang sudah ada, berikut adalah sebagian cara Door to door untuk mencari dana dalam kegiatan bagi mahasiswa:

1. Makanan dan Minuman

Berbicara makanan siapa yang tidak suka makan? terdapat banyak menu yang disediakan dari aktivitas Door to door, seperti nasi kuning, pisang lumpur, rujak, es fanta susu dan es kelapa muda yang sering dijual dengan beragam menu yang yang tersedia pastilah ada yang menjadi idola konsumen.

Bagi Ifan Umanahu, Mahasiswa UNPI Manado.

Jualan yang paling laris dijual dan tidak membosankan untuk saat ini adalah pisang lumpur dan es fanta susu, untuk daerah sekitar kampus. Menurutnya, dua hal tersebut selalu dicari oleh mahasiswa maupun kenalan di tempatnya.

Tetapi jualan yang dijual tidak selalu laris. Ada kalanya jualan yang dijual tidak habis dan mahasiswa yang menjual harus kembali memikirkan cara agar jualan yang tersisa dapat terselesaikan.

Door to door itu menyenangkan, tapi bisa juga membosankan, menyenangkannya jika jualan laris semua dan membosankannya apabila bahan jualan tidak laris atau tidak mencapai target.

walau bagaimanapun kita selalu bersyukur atas kerja keras kita, walaupun pendapatanya relatif. Kadang, kalau tidak laku juga kita sendiri yang makan sisanya. Tutup, Ifan Umanahu Mahasiswa yang juga aktif di HMI itu.

2. Mengamen

Mengamen adalah kegiatan pencarian dana dengan alat seadanya dengan bermodalkan gitar dan nyanyian mereka dapat menghasilkan dana agar dapat menyukseskan kegiatan yang direncanakan. Tempat yang selalu menjadi sasaran mengamen mereka seperti warung kopi emperan dan cafe yang menjadi tempat berkumpulnya masyarakat untuk melepaskan penat setelah seharian beraktivitas.

Menurut Sufril, Mahasiswa FISIP Unsrat Manado .

Untuk saat ini sejauh pengalamanya tempat yang paling bagus untuk mengamen itu warung kopi emperan, mungkin karena yang banyak nongkrong itu mahasiswa juga.

Mengamen memang sudah menjadi salah satu alternatif pencarian dana yang sering dipakai dikalangan mahasiswa secara umum terlebih lagi Manado, walaupun sebagian artikel di medsos maupun pengamat kritis setempat, yang kurang sepakat dengan penggalangan dana dalam bentuk seperti ini dengan sudut pandang berbedah-bedah. Mahasiswa selalu melakukannya karena mereka mempunyai pandangan tersendiri terhadap cara yang dipakai.

Yang penting kami jalani dengan niat baik, kalau ada yang member, kami syukuri, masalah penilaian dari beberapa tempat itu wajar, yang penting kami tahu, tidak ada bentuk pemaksaan didalamnya, Tegas Sufril.

Posting Komentar untuk "Door to Door Sebagai Bentuk Solusi"