Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengeluh itu Manusiawi

Jejak cerita berjalan dalam irama detik, menyusuri lorong-lorong waktu yang terus bergerak. Langkah demi langkah menari bebas seakan sembari terdiam dalam senyuman demi menyentuh beragam jalan dan lorong menuju keabadian. Dia, Dia, Dia Dialah Sang Pemilik Keabadian dalam keharmonisan cinta. Multi rasa dan usaha bercermin dari segala arah maka Kita akan berada dalam batas nafas dan kesadaran untuk berpelukan dengan kenyataan.

Manusia tak sempurna sebab kesempurnaan hanya milik Sang Maha Pemilik Kesempurnaan itu sendiri, Dialah Tuhan Yang Maha Esa. Problematika kehidupan yang datang silih berganti merupakan bentuk kewajaran dalam kontek normal dinamika kehidupan yang selalu bersahabat dengan wajah zaman yang terus berganti. Beragam bentuk kehidupan di dunia ini selalu diberikan pilihan. Oleh sebab itu, kita sering mendengar sebutan-sebutan Hidup adalah Pilihan. Kita yang memilih baik atau kurang baik jalan hidup dan menikmati segala bentuk nikmat Tuhan yang tak terhingga di dunia ini.

(Baca : Dua Jalan dari Tuhan )

Hidup adalah berusaha dan berdoa sembari dihiasi dengan nilai-nilai kesabaran meskipun sabar itu ada batasnya namun yang harus kita lakukan adalah selalu berusaha untuk memperluas batasanya dengan cara belajar untuk mengontrol dan mengendalikan rasa sabar itu sendiri. Begitu pula dengan marah yang juga ada batasnya oleh karena itu kita diharuskan untuk bisa memamahi dan mengendilakan kemarahan yang tak bisa dipungkiri menyatu dengan raga ini. Sama halnya dengan sedih, sama berlakunya dalam bentuk pengendalian dalam diri, ingat ! segala sesuatu yang berlebihan itu susah untuk mendatangkan kenyamanan, baik kenyaman jiwa maupun raga.

(Baca : Jadilah Diri Sendiri )

Beragam karakter manusia lahir dalam genetika dan campur tangan lingkungan sebab manusia memiliki sifat bawaan dari garis keturunan dan manusia juga merupakan produk dari lingkungan sekitar maka manusia di ingatkan untuk selalu dapat mengendalikan langkah-langkah kehidupan dalam bingkai kebijaksanaan.

Beragam problematika kehidupan selalu mengampiri dengan sentuhan yang berbeda-beda. Multi karakter yang hadir dalam rumah realita menjadikan kita selalu berusaha untuk tegar, sabar dan jangan putus asa. Namun tak dapat dipungkiri setegar apapun kita, sesabar apapun kita, sebijaksana apapun kita, kita tidak pernah lumut dari sifat mengeluh.

Mengeluh kepada orang tua, saudara dan teman bahkan mengeluh kepada Sang Pencipta. Kenapa begini ? dan kenapa begitu ? banyaknya pertanyaan berbanding lurus dengan keluhkesah yang direspon dari pemikiran dan tindakan.

(Baca : Biarkan Rasa ini Jenuh)

Mengeluh itu manusiawi sebab kembali lagi bahwa manusia tidak sempurna dan manusia memiliki beragam rasa yang salah satunya yaitu sedih. Memang dalam menjalani hidup dan kehidupan dianjurkan untuk lebih banyak bersyukur dari pada mengeluh sebab kita kadang sering melihat kelebihan orang lain akan tetapi kita jarang atau tidak pernah melihat kekurangan orang lain. Kita mungkin masih mendapatkan makanan secukupnya tapi bagaimana dengan orang-orang lain yang mungkin kekurangan makanan. Dengan melihat kebawah, kepada orang-orang yang kurang mampu maka kita akan bersyukur tetapi bila kita melihat orang-orang yang lebih serba kecukupan dari kita maka yang ada hanyalah keluhan.

Sama halnya dalam menghadapi beragama macam tantangan dalam hidup dan kehidupan, setegar apapun kita pasti ada suatu titik dimana kita akan mengeluh dengan tantangan tersebut. Namun bagi Admin keluhan itu manusia dan sah-sah saja, keluhan akan menjadi masalah jika kita larut dan tenggelam dalam keluhan kita sendiri sehingga membuat kita sulit untuk berbikir bijak dalam mengahadapi berbagai macam tantangan kehidupan dengan solusi-solusi alternatif yang baik. Keluhan itu wajar sebab dengan mengeluh juga dapat melepas dan menyegarkan pikiran yang lelah. Namun selalu yang harus kita ingat pahami dan berusaha untuk tetap jalankan yaitu perbanyaklah rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan perbanyak syukur akan lebih memupuk rasa sabar dan rasa bijaksana kita dalam sentuhan ketegaran menjalani hidup dan kehidupan yang berlangsung dan pada akhirnya kita juga akan dapat berguna buat orang lain.