Keabadian Cinta
Perjalanan panjang kehidupan meninggalkan jejak langkah yang dengan sendirinya bercerita tentang masa-masa lalu kita. Buaian kata mengasah penjaga alam dalam nada-nada merdu yang menceramahi paraduan cinta dalam rasa suka. Cinta,,, entah apalah artinya, multi tafsir dalam kategori norma hirarki Tuhan Sang Maha Cinta.
Cinta selalu tersenyum meskipun tak hanya cinta itu sendiri dalam cinta. Cinta tetap ada meskipun sang beragam cinta tak ada dalam angan-angan konsep sistematika kompleks. Kerumitan menceritakan kesederhanaan dalam proses kerja otak bagi kapasitas yang meraih nilai kesederhanaan. Keyakinan bergantung pada pemahaman dalam pengenalan cinta dalam pelukan kemesraan Sang Cinta Abadi.
Mimpi berpolemik sebagai logika bertingkat dalam konteks manusiawi. Mimpi punya cerita dalam keabstarakan kontradiksi rasionalisasi maha aku. Diam dalam impian dan diam dalam konsep mengintrepertasikan nilai bisu dalam nada alam. Temukan cinta semu dalam lorong cinta abadi dalam keabadian cinta NYA. Ini salah dan itu salah, salah menyalahi salah dalam keselahan panjang yang dibuat oleh kebenaran sebagai bentuk setapak jalan bermata dua. Baik dan buruk menjadi satu dalam sistematikaNYA. Lantas apakah manusia pasrah dengan realitas semu..?? Tidak..!!! bukan itu tujuan kita dan bukan ini tujuan kita dalam keabadian sebab awal dan akhir cinta menjadi satu dalam Maha Cinta.
Penolakan cinta atas dasar cinta yang tak sadar mencintai cinta itu sendiri. Tragedi menjelma sebagai rasa pasti sesaat dalam kenikmatan cinta normatif. Inilah keabadian cinta dalam rasa dalam proses hasrat dan logika, bukan cinta dalam senyuman sang purnama dan bukan pula cinta sang kemarau yang akan menggigil dalam suara hujan.
Alam berbisik riang dalam hukumNYA cinta, cinta akan MAHA AKU dan aku dalam satu keabadian cinta. Sulit mencerna bahasa cinta sebab dia bukan bahasa bukan numerik bukan dia-dia yang lain dan bukan dia dalam samaranya. Dia adalah DIA dengan Cinta, cinta bercerita ego, cinta berseru sayang dan semua perpaling dari jalur cinta akan kecintaan hakiki. Kedekatan dan pengenalan bercerita panjang dalam awal yang menjadikan sang pecinta lupa akan cintanya dalam hukum proyeksi bukan sang perintis kausalitas.
Senyuman menangis dengan kedekatan emosional nilai perjalanan itu, perjalanan bukan diam dalam berjalan sebab waktu terus melangkah dalam cinta itu sendiri. Waktu manusiawi merumuskan makna nyata akan kearifan kita dalam subyektifitas. Objektifitas juga belum dapat menentukan kebenaranya dalam proses faktual sebab semua bercerita dan semua mendengar kemudian membalikan mendengar dan bercerita cinta-cinta itu.
Keabadian cinta,,, cerita yang panjang dalam kesederhanan yang jauh dari kerumitan bagi CINTA. Cintalah yang menulis kisah mereka-mereka sang penakluk cinta yang jauh dari cinta. Rasa yang tuli akan buta, rasa yang rumit akan sederhana dan rasa yang merasa akan abadi dalam pengenalan dan perjalannya dalam memuja Sang Pecinta sebab Keabadian cinta menjadikan awal dan akhir bahkan tanpa akhir dalam KEABADIAN CINTA SANG MAHA CINTA. (Baca Juga Artikel Menarik : Dua Jalan dari Tuhan )
Cinta selalu tersenyum meskipun tak hanya cinta itu sendiri dalam cinta. Cinta tetap ada meskipun sang beragam cinta tak ada dalam angan-angan konsep sistematika kompleks. Kerumitan menceritakan kesederhanaan dalam proses kerja otak bagi kapasitas yang meraih nilai kesederhanaan. Keyakinan bergantung pada pemahaman dalam pengenalan cinta dalam pelukan kemesraan Sang Cinta Abadi.
Mimpi berpolemik sebagai logika bertingkat dalam konteks manusiawi. Mimpi punya cerita dalam keabstarakan kontradiksi rasionalisasi maha aku. Diam dalam impian dan diam dalam konsep mengintrepertasikan nilai bisu dalam nada alam. Temukan cinta semu dalam lorong cinta abadi dalam keabadian cinta NYA. Ini salah dan itu salah, salah menyalahi salah dalam keselahan panjang yang dibuat oleh kebenaran sebagai bentuk setapak jalan bermata dua. Baik dan buruk menjadi satu dalam sistematikaNYA. Lantas apakah manusia pasrah dengan realitas semu..?? Tidak..!!! bukan itu tujuan kita dan bukan ini tujuan kita dalam keabadian sebab awal dan akhir cinta menjadi satu dalam Maha Cinta.
Penolakan cinta atas dasar cinta yang tak sadar mencintai cinta itu sendiri. Tragedi menjelma sebagai rasa pasti sesaat dalam kenikmatan cinta normatif. Inilah keabadian cinta dalam rasa dalam proses hasrat dan logika, bukan cinta dalam senyuman sang purnama dan bukan pula cinta sang kemarau yang akan menggigil dalam suara hujan.
Alam berbisik riang dalam hukumNYA cinta, cinta akan MAHA AKU dan aku dalam satu keabadian cinta. Sulit mencerna bahasa cinta sebab dia bukan bahasa bukan numerik bukan dia-dia yang lain dan bukan dia dalam samaranya. Dia adalah DIA dengan Cinta, cinta bercerita ego, cinta berseru sayang dan semua perpaling dari jalur cinta akan kecintaan hakiki. Kedekatan dan pengenalan bercerita panjang dalam awal yang menjadikan sang pecinta lupa akan cintanya dalam hukum proyeksi bukan sang perintis kausalitas.
Senyuman menangis dengan kedekatan emosional nilai perjalanan itu, perjalanan bukan diam dalam berjalan sebab waktu terus melangkah dalam cinta itu sendiri. Waktu manusiawi merumuskan makna nyata akan kearifan kita dalam subyektifitas. Objektifitas juga belum dapat menentukan kebenaranya dalam proses faktual sebab semua bercerita dan semua mendengar kemudian membalikan mendengar dan bercerita cinta-cinta itu.
Keabadian cinta,,, cerita yang panjang dalam kesederhanan yang jauh dari kerumitan bagi CINTA. Cintalah yang menulis kisah mereka-mereka sang penakluk cinta yang jauh dari cinta. Rasa yang tuli akan buta, rasa yang rumit akan sederhana dan rasa yang merasa akan abadi dalam pengenalan dan perjalannya dalam memuja Sang Pecinta sebab Keabadian cinta menjadikan awal dan akhir bahkan tanpa akhir dalam KEABADIAN CINTA SANG MAHA CINTA. (Baca Juga Artikel Menarik : Dua Jalan dari Tuhan )
Posting Komentar untuk "Keabadian Cinta"