Dia Hebat
Oleh : Karmila Saleh
Dia hebat menurutku. Berani mengambil keputusan yang sangat berisiko, tak takut apapun padahal pedang sudah bersiap mengebas kapan saja di lehernya. Dia tak peduli orang mau bilang apa, tak peduli masa depannya seperti apa, tak peduli banyak hal yang buruk selalu menertawakannya.
Dia, aku tak pernah mengira dia bisa membagi ceritanya dengan ku. Ku kira yang kau sebut itu orang lain. Tapi waktu yang sendiri menjawab dari bibir mu. Kaulah pelakon utamanya. Kau mempertahankan yang seharusnya tak dipertahankan karena situasi dan kondisi, kau berani mengambil keputusan yang tak ada jaminan kau akan selamat dari masalah ini. waktu itu ku bingung kau itu memang ingin atau terpaksa pasrah pada masalah ini...? dan aku sebagai temanmu hanya bisa menepuk punggung mu dan mengucap sabar dan yakin badai pasti berlalu.
Tapi yang jelas setelah hampir enam bulan tak bertemu, kau tampak bahagia, seperti ada beban yang terlepas dari pundakmu. Aku hanya bisa bangga padamu kawan. Seandainya ku bisa sehebat kamu, pasti sekarang ku sudah bahagia dan tak terkendali dengan rasa bersalah yang berkepanjangan seperti sekarang ini. congrat’s kawan.
Dia, Sulit menjadi seperti dia. Tapi, ku memang tak mau jadi orang lain. Mungkin memang sudah jalannya. Tapi, satu hal yang ku pahami, ku juga akan bahagia sepertimu. Tinggal tunggu waktu yang menjawab. Tapi yang jelas, aku tak menyesal dengan semua yang telah terjadi. Semuanya telah dipikirkan secara matang, tak ada keegoisan, terlalu banyak memikirkan perasaan orang, sampai lupa kalau aku juga manusia biasa yang punya perasaan. Aku percaya dan yakin Tuhan sudah menyiapkan hari itu untuk ku. Hari di mana aku hanya merasa bahagia dengan orang yang ku cintai.
Dia hebat menurutku. Berani mengambil keputusan yang sangat berisiko, tak takut apapun padahal pedang sudah bersiap mengebas kapan saja di lehernya. Dia tak peduli orang mau bilang apa, tak peduli masa depannya seperti apa, tak peduli banyak hal yang buruk selalu menertawakannya.
Dia, aku tak pernah mengira dia bisa membagi ceritanya dengan ku. Ku kira yang kau sebut itu orang lain. Tapi waktu yang sendiri menjawab dari bibir mu. Kaulah pelakon utamanya. Kau mempertahankan yang seharusnya tak dipertahankan karena situasi dan kondisi, kau berani mengambil keputusan yang tak ada jaminan kau akan selamat dari masalah ini. waktu itu ku bingung kau itu memang ingin atau terpaksa pasrah pada masalah ini...? dan aku sebagai temanmu hanya bisa menepuk punggung mu dan mengucap sabar dan yakin badai pasti berlalu.
Tapi yang jelas setelah hampir enam bulan tak bertemu, kau tampak bahagia, seperti ada beban yang terlepas dari pundakmu. Aku hanya bisa bangga padamu kawan. Seandainya ku bisa sehebat kamu, pasti sekarang ku sudah bahagia dan tak terkendali dengan rasa bersalah yang berkepanjangan seperti sekarang ini. congrat’s kawan.
Dia, Sulit menjadi seperti dia. Tapi, ku memang tak mau jadi orang lain. Mungkin memang sudah jalannya. Tapi, satu hal yang ku pahami, ku juga akan bahagia sepertimu. Tinggal tunggu waktu yang menjawab. Tapi yang jelas, aku tak menyesal dengan semua yang telah terjadi. Semuanya telah dipikirkan secara matang, tak ada keegoisan, terlalu banyak memikirkan perasaan orang, sampai lupa kalau aku juga manusia biasa yang punya perasaan. Aku percaya dan yakin Tuhan sudah menyiapkan hari itu untuk ku. Hari di mana aku hanya merasa bahagia dengan orang yang ku cintai.
Posting Komentar untuk "Dia Hebat"