Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cinta TUHAN Ku dan Kau

Seperti itu saja seterusnya sikapmu terhadapku. Iya aku sadar telah memilih untuk mencintaimu. Iya aku sadar akan konsekwensi yang ku dapat. Iya aku sadar meminta rasa ini tak usah di gubris. Iya aku sadar semua rasa sakit yang kuciptakan sendiri ini. Tapi, apa hakmu untuk mengadiliku.Tapi, apa hakmu dengan seenaknya menyakitiku. Apa karena aku saja yang punya rasa cinta ini padamu lantas kau bisa seenaknya dengan perilakumu menyakiti hatiku.

Aku tak meminta apa-apa dari perasaan ini. Tak minta harus di balas. Tak minta harus di gubris. Tak minta juga harus di hargai namun yang kuminta adalah kau bersikap biasa saja. Anggap saja aku tak pernah mengutarakan bahasa itu. Anggap saja tak pernah terjadi apa-apa. Karena aku adalah seseorang yang ekspresif. Yang semua rasa hati aku suka mengungkapkannya. Rasa marah, Rasa sedih, Rasa senang, Rasa cinta, Rasa benci. Semuanya itu akan tertuang di dalam kata-kata, sikap atau pun raut wajahku. Alasan mengungkapkannya banyak, salah satunya agar rasa itu dikeluarkan dengan kata dan ekspresi mungkin saja tidak akan bersarang dan bias pergi dari hati.

Mungkin saja dengan mengungkapkannya bisa melegakan saluran pernapasan. Mungkin saja dengan mengungkapkannya aku terhindar dari sifat munafik atas rasa. Karena dengan mengungkapkannya aku sudah memilih untuk berusaha menghilangkan dan melupakan rasa itu yang biasa disebut dengan “cinta” dan tentang sikapku padamu, itu hanya kiasan saja. Memang terlihat sangat “mencintai” menurutmu tapi menurutku itu hanya pemerataan sikap padamu dan pada teman lainnya. Tenang saja, aku cukup tahu diri tentang hal ini. Karena pengalaman sudah beberapa kali menamparku tentang hal ini. Dan jika kau menganggapnya lebih, berarti itu urusanmu bukan aku. Bersikap baik bukan berarti mencinta, tapi mencinta sudah pasti bersikap baik. Itu saja.

Namun,Terima kasih sudah menyayangiku dengan tulus selama ini. Maaf ku tak bisa memiliki cintamu karena Tuhanku. Semoga kau bisa paham.

Ini juga sulit untukku. Kau dan aku tak pernah berharap saling bertemu dan jatuh cinta kepada orang yang salah.

Ups maaf, bukan orangnya yang salah

Atau cintanya yang salah?

Kenapa bukan agama yang memisahkan kita saja yang disalahkan

Sebenarnya tidak ada yang salah, pertemuan kita terjadi karena Tuhan yang atur.

Cinta adalah suatu rasa yang fitrah dari Tuhan untuk kita rasakan kepada sesama makhluk. Agama adalah pedoman hidup kita, Kita memang tidak pernah bisa memilih dengan siapa kita jatuh cinta. Rasa itu tumbuh begitu saja tanpa kita sadari apalagi direncanakan.

Memang aku bukan orang yang termasuk golongan “fanatik" tentang agama. Tapi agama untukku bukan sekedar pedoman hidup.

Lebih dari itu agama adalah prinsip.

Pertemuan kita tak masalah dan cinta kita suci.

Walaupun Dia yang memberikan rasa ini, tapi tak semua cinta diridhoi olehNya Karena di dunia ini disetiap aspek harus ada yang harus kita prioriskan. Dan sekali lagi maaf aku tak bisa memilih cintamu karena Tuhanku Dan aku lebih mencintai Tuhanku dengan caraku. (Baca Tulisan Karmila Saleh : Bahasa Ibu Tetap Abadi)

Oleh : Karmila Saleh

Posting Komentar untuk "Cinta TUHAN Ku dan Kau"