Baru Disadari Ternyata Salah
Kadang apa yang kita anggap benar ternyata salah dimata orang lain, kadang juga apa yang kita anggap benar ternyata sebenarnya salah karena kekhilafan kita, ternyata benar manusia itu makhluk sosial sehingga kita diperahadapkan dengan sejuta manusia yang akan melihat dan menilai segala sesuatu yang kita lakukan.
Jangan pernah mengnggap remeh komentar baik kritik maupun saran atau nasehat dari orang lain apapun bentuknya sebab sangat perlu komentar-komentar dari orang lain untuk kebaikan kita dan hal itu sebagai bentuk evaluasi diri kita pribadi.
Baca Juga : Selembar Duka
Baik tidaknya komentar dari orang lain terima saja dan iyakan saja selama itu bersifat positif, meskipun kadang kita egois dan apatis terhadap saran, kritikan dan nasehat dari orang lain. Perlu kita sadari dan pahami kalau kita sebagai manusia yang tidak sempurna, saya yakin semua pasti tahu tentang hal hal itu. Namun, kadang kita khilaf tentang hal itu sendiri. Kadang kita menggap bahwa apa yang kita lakukan itu benar, padahal ternyata salah karena kekhilafan kita. Ada istilah yang sering kita dengar ‘Terserah orang Mau Bilang Apa, Aku Apa Adanya’ kalimat itu ada benarnya bila kita berada pada konteks karakter orang-orang yang iri teradap diri kita seingga melahirkan komentar-komentar yang tidak sesuai dengan apa yang kita perbuat dan bahkan ada juga yang menjelek-jelek kita di hadapan orang lain, yang pastinya yakinlah kalau hal yang benar itu selalu akan menjadi mengarah menjadi kebaikan. Dalam konteks ini kalimat terserah orang mau bilang apa, aku apa adanya berada dalam ranah yang cocok untuk diimplementasikan. Tapi perlu dipahami juga kalau kalimat tersebut akan jauh dari kecocokan dalam hidup dan kehidupan jika komentar-komentar dari orang lain itu bersifat positif.. Misalnya nasehat, saran dan kritikan yang membangun sebab semua itu pada hakekatnya untuk kebaikan diri kita sendiri.
Hindari sifat egois dan apatis sebisa mungkin, kata minimalisir mungkin lebih tepat karena kedua sifat itu tidak akan pernah terlepas pada diri kita sebagai manusia. Nasehat dan teguran itu perlu sebagai bentuk pencerahan pada diri kita, kenapa demikian...? sebab kekhilafan tadi sebagai manusia yang tidak bisa kita pungkiri ‘khilaf’ sebagai bentuk manusiawi namun jangan terus-terusan khilaf dan selalu jadikan kata khilaf sebagai alasan dalam membela diri yah... hehehe
Dalam dunia pekerjaan misalnya, kita merasa suda melakukan hal yang terbaik menyangkut dengan tugas kita dalam dunia kerja atau karir namun sering kali juga masih selalu mendapatkan hasil yang kurang memuaskan dari penilaian pimpinan di tempat kerja. Itulah mengapa saran dan kritikan dari orang lain itu perlu dalam evaluasi diri kita pribadi. Apa yang yang harus kita lakukan jika hal itu terjadi pada diri kita..? konsultasikanlah hal itu dengan teman kerja yang sudah lama atau lebih dulu bekerja di tempat kerja itu. Ternyata pemahaman subyektif itu salah besar dan cenderung egois, dalam banyak tulisan penulis sering memakai kata subyektif, pemahaman subyektif adalah pemahaman yang hanya berdasarkan pengetahuan kita sehingga kebenaran itu hanya berdasarkan pemikiran kita padahal belum tentu apa yang sudah kita lakukan benar menurut orang lain. Makanya sangat diperlukan pemahan objektif atau pemahan yang berdasarkan pemikiran orang banyak dan mendapatkan hal itu makanya konsultasi dan share sangat diperlukan dalam menjalani hidup dan keidupan.
Berterima kasihlah kepada orang-orang yang telah menegur kita disaat apa yang kita lakukan itu ternyata salah dimata banyak orang. Banyak orang yang mengetahui bahwa apa yang kita lakukan salah namun sedikit atau jarang yang akan mengingatkan kalau hal itu salah oleh karena itu berterima kasihlah kepada mereka-mereka yang menegur dan memberi saran sebab orang-orang tersebut adala orang-orang secara tidak langsung sayang kepada kita dan ingin agar kita menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Kata sayang di sini jangan salah dimaknai ya,,,, hehehe. Sayang disini maksudnya adalah sayang sebagai teman atau saudara.
Baca Juga : Keabadian Cinta
Inilah dinamika keidupan yang selalu berlangsung dan akan tetap terjadi sebagai sifat manusiawi seingga kata minimalisir kesalahan akan lebih bijak dan tepat kita pakai dalam menanggapi kehidupan ini. Dunia akan terus berputar sampai Sang Maha Pencipta Menghentikanya. Kita sebagai manusia hanya menjalani dan selalu, selalu, selalu berusaha lakukan yang terbaik untuk menjadi baik itulah fitrah manusia yang selalu mengarah untuk menjadi lebih baik. Saran dari penulis hindarilah sebisa mungkin sifat egois dan apatis agar semua saran dan nasehat orang lain bisa kita terima dengan lapang dada sebab jika diterima dengan lapang dada maka perubahan yang nyatapun akan segera terlaksana dalam diri kita. Namun perlu disadari juga dalam dinamika kehidupan pasti kita akan berada pada titik yang namanya titik jenuh titik dimana kita bosan dengan segala karakter kebaikan dan keburukan kita dan hal itu manusiawi sebagai manusia. Tinggal bagaimana cara kita untuk mengahadi kejenuhan itu, kalau bole disarankan rekreasi sangat diperlukan kalau kita berada pada titik jenuh sebab pada dasarnya rekreasi itu sendiri masuk dalam kategori kebutuhan primer yaitu kebutuhan yang harus terpenuhi untuk menjadikan manusia lebih nyaman taua semakin nyaman.
Sekali lagi perlu diingat apa yangkita lakukan benar menurut kita namun belum tentu benar menurut orang lain maka saran, nasehat dan komentar yang sifatnya membangun itu sangat diperlukan untuk menjadi pribadi yang lebih baik mengingat kita adalah makhluk sosial yang tidak pernah luput dari kekhilafan. Hindarilah sifat egois dan apatis sebisa mungkin agar kita tidak masuk dalam kategori orang yang sangat sombong. Sering-seringlah berdiskusi dengan teman khusunya teman kerja menyangkut apa yang berhubungan dengan pekerjaan agar pekerjaan yang kita kerjakan menjadi semakin baik.
Inilah sedikit coretan tinta yang dapat penulis share semoga bermanfaat buat kita semua sebagai bahan bacaan dan hal-hal yang sering kita hadapi dalam dinamika kehidupan kita semua. Terima kasih telah berkunjung ke Ato Basahona Share.
Jangan pernah mengnggap remeh komentar baik kritik maupun saran atau nasehat dari orang lain apapun bentuknya sebab sangat perlu komentar-komentar dari orang lain untuk kebaikan kita dan hal itu sebagai bentuk evaluasi diri kita pribadi.
Baca Juga : Selembar Duka
Baik tidaknya komentar dari orang lain terima saja dan iyakan saja selama itu bersifat positif, meskipun kadang kita egois dan apatis terhadap saran, kritikan dan nasehat dari orang lain. Perlu kita sadari dan pahami kalau kita sebagai manusia yang tidak sempurna, saya yakin semua pasti tahu tentang hal hal itu. Namun, kadang kita khilaf tentang hal itu sendiri. Kadang kita menggap bahwa apa yang kita lakukan itu benar, padahal ternyata salah karena kekhilafan kita. Ada istilah yang sering kita dengar ‘Terserah orang Mau Bilang Apa, Aku Apa Adanya’ kalimat itu ada benarnya bila kita berada pada konteks karakter orang-orang yang iri teradap diri kita seingga melahirkan komentar-komentar yang tidak sesuai dengan apa yang kita perbuat dan bahkan ada juga yang menjelek-jelek kita di hadapan orang lain, yang pastinya yakinlah kalau hal yang benar itu selalu akan menjadi mengarah menjadi kebaikan. Dalam konteks ini kalimat terserah orang mau bilang apa, aku apa adanya berada dalam ranah yang cocok untuk diimplementasikan. Tapi perlu dipahami juga kalau kalimat tersebut akan jauh dari kecocokan dalam hidup dan kehidupan jika komentar-komentar dari orang lain itu bersifat positif.. Misalnya nasehat, saran dan kritikan yang membangun sebab semua itu pada hakekatnya untuk kebaikan diri kita sendiri.
Hindari sifat egois dan apatis sebisa mungkin, kata minimalisir mungkin lebih tepat karena kedua sifat itu tidak akan pernah terlepas pada diri kita sebagai manusia. Nasehat dan teguran itu perlu sebagai bentuk pencerahan pada diri kita, kenapa demikian...? sebab kekhilafan tadi sebagai manusia yang tidak bisa kita pungkiri ‘khilaf’ sebagai bentuk manusiawi namun jangan terus-terusan khilaf dan selalu jadikan kata khilaf sebagai alasan dalam membela diri yah... hehehe
Dalam dunia pekerjaan misalnya, kita merasa suda melakukan hal yang terbaik menyangkut dengan tugas kita dalam dunia kerja atau karir namun sering kali juga masih selalu mendapatkan hasil yang kurang memuaskan dari penilaian pimpinan di tempat kerja. Itulah mengapa saran dan kritikan dari orang lain itu perlu dalam evaluasi diri kita pribadi. Apa yang yang harus kita lakukan jika hal itu terjadi pada diri kita..? konsultasikanlah hal itu dengan teman kerja yang sudah lama atau lebih dulu bekerja di tempat kerja itu. Ternyata pemahaman subyektif itu salah besar dan cenderung egois, dalam banyak tulisan penulis sering memakai kata subyektif, pemahaman subyektif adalah pemahaman yang hanya berdasarkan pengetahuan kita sehingga kebenaran itu hanya berdasarkan pemikiran kita padahal belum tentu apa yang sudah kita lakukan benar menurut orang lain. Makanya sangat diperlukan pemahan objektif atau pemahan yang berdasarkan pemikiran orang banyak dan mendapatkan hal itu makanya konsultasi dan share sangat diperlukan dalam menjalani hidup dan keidupan.
Berterima kasihlah kepada orang-orang yang telah menegur kita disaat apa yang kita lakukan itu ternyata salah dimata banyak orang. Banyak orang yang mengetahui bahwa apa yang kita lakukan salah namun sedikit atau jarang yang akan mengingatkan kalau hal itu salah oleh karena itu berterima kasihlah kepada mereka-mereka yang menegur dan memberi saran sebab orang-orang tersebut adala orang-orang secara tidak langsung sayang kepada kita dan ingin agar kita menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Kata sayang di sini jangan salah dimaknai ya,,,, hehehe. Sayang disini maksudnya adalah sayang sebagai teman atau saudara.
Baca Juga : Keabadian Cinta
Inilah dinamika keidupan yang selalu berlangsung dan akan tetap terjadi sebagai sifat manusiawi seingga kata minimalisir kesalahan akan lebih bijak dan tepat kita pakai dalam menanggapi kehidupan ini. Dunia akan terus berputar sampai Sang Maha Pencipta Menghentikanya. Kita sebagai manusia hanya menjalani dan selalu, selalu, selalu berusaha lakukan yang terbaik untuk menjadi baik itulah fitrah manusia yang selalu mengarah untuk menjadi lebih baik. Saran dari penulis hindarilah sebisa mungkin sifat egois dan apatis agar semua saran dan nasehat orang lain bisa kita terima dengan lapang dada sebab jika diterima dengan lapang dada maka perubahan yang nyatapun akan segera terlaksana dalam diri kita. Namun perlu disadari juga dalam dinamika kehidupan pasti kita akan berada pada titik yang namanya titik jenuh titik dimana kita bosan dengan segala karakter kebaikan dan keburukan kita dan hal itu manusiawi sebagai manusia. Tinggal bagaimana cara kita untuk mengahadi kejenuhan itu, kalau bole disarankan rekreasi sangat diperlukan kalau kita berada pada titik jenuh sebab pada dasarnya rekreasi itu sendiri masuk dalam kategori kebutuhan primer yaitu kebutuhan yang harus terpenuhi untuk menjadikan manusia lebih nyaman taua semakin nyaman.
Sekali lagi perlu diingat apa yangkita lakukan benar menurut kita namun belum tentu benar menurut orang lain maka saran, nasehat dan komentar yang sifatnya membangun itu sangat diperlukan untuk menjadi pribadi yang lebih baik mengingat kita adalah makhluk sosial yang tidak pernah luput dari kekhilafan. Hindarilah sifat egois dan apatis sebisa mungkin agar kita tidak masuk dalam kategori orang yang sangat sombong. Sering-seringlah berdiskusi dengan teman khusunya teman kerja menyangkut apa yang berhubungan dengan pekerjaan agar pekerjaan yang kita kerjakan menjadi semakin baik.
Inilah sedikit coretan tinta yang dapat penulis share semoga bermanfaat buat kita semua sebagai bahan bacaan dan hal-hal yang sering kita hadapi dalam dinamika kehidupan kita semua. Terima kasih telah berkunjung ke Ato Basahona Share.
Posting Komentar untuk "Baru Disadari Ternyata Salah"