Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mari Berbicara TAUHID

Evolusi ilmu pengetahuan dan kebudayaan manusia telah sampai pada zaman yang memaksa kita untuk berpikir holistik,sistemik dan reflektif untuk memahami realitas dalam memecahkan problem-problem besar. Krisis ekologis misalnya,mengentakan kesadaran manusia untuk menggugat pandangan kosmologi modern yang atasnya sains moderen dikembangkan yang bersifat parsial dan positivistik-antroposentris,yang telah dianut hampir tiga abad.

Tauhid dalam diri Manusia

Kemanusiaan tidak dapat dipisahkan dari masalah tauhid dan ketuhanan. Hanya ada dua pilihan berpegang pada ajaran tauhid atau ketuhanan,atau terjerumus terhadap sistem nafsu hewani dan pemujaan terhadap kepentingan. Pemujaan kepentingan memliki arti bahwa manusia nyata-nyata telah menjadi hamba terhadap hamba bagi nafsu dan perutnya. Disini hanya ada pilihan menjadi hamba Allah SWT atau menjadi hamba perut,nafsu,kedudukan dan uang. Ketika seseorang yang mengaku dirinya menyandang keutamaan,ketakwaan dan kesucian diri, tetapi pada waktu yang sama menolak dan mengingkari Tuhan,maka pengakuanya itu tidak lebih dari sangkaan dan angan-angan dusta.

Tauhid adalah bagian terpenting dalam kehidupan manusia.Allah SWT menyatakan bahwa manusia akan senantiasa dirundung kerugian di dalam hidup ini kecuali mereka yang beriman,beramal saleh,saling menasehati tentang kebenaran dan kesabaran (QS 103 : 1-3).Namun menyampaikan kepada sesama dan menerima nasehat orang lain bukanlah persoalan yang mudah.Pertama nasehat yang di sampaiakan harus berisi dan bukan sekedar mengulang-ngulang apa yang disampaikan,artinya bahwa yang harus berisi disini adalah ketauhidan pada individu muslim sebab walaupun banyak diberikan nasehat-nasehat keagamaan tetapi ketauhidan belum sempurna maka kadar keimanan seseorang susah untuk meningkat dan berkembang.

Allah berfirman dalam Al Quran surat Ibrahim ayat 24-25 :

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.

Sebagian besar umat Islam terjebak dalam realitas moderen dimana tingkat keimanan manusia mulai terkikis oleh perkembangan zaman dan teknologi.Kurangnya silahturahmi antar sesama umat dimana rumah menjadi penjara bagi manusia sebab segala sesuatu hanya dilakukan dikediaman mereka seperti internet.Tanpa disadari kita sekarang seperti berada pada zaman Jahiliyah zaman dimana manusia belum mengenal tauhid, sehingga Allah SWT mengutus Rasulullah SAW unutk mengajarkan tauhid pada umat manusia pada saart itu.Tapi apa yang terjadi,,?

Tauhid pada saat itu berbenturan dengan peradaban atau realitas pada saat itu baik bidang ekonomi,sosial,politik dan budaya dimana kehidupan hedonisme yang sudah mendarah daging.Masyarakat mereka keberatan kalau membayar zakat dan hidup saling membantu tapi dengan semangat dan kesabaran Rasulullah SAW maka semua itu dapat dirubah sebab dengan ketauhidanlah yang menggerakan umatkemudian membentuk peradaban Zaman.

Kemiskinan Spritual

Imam Hasan Al Mujtaba a.s. berkata “ Aku merasa heran dengan sekelompok orang yang hanya sibuk memikirkan makan apa yang harus dimakan,namun sama sekali tidak berpikir tentang ilmu yang harus dia miliki.

Manusia tentu sedih dengan kemiskinan dan kekurangan. Apabila dia merasa kekurangan dan kemiskinan pada salah satu sisi kehidupanya,niscaya sedapat mungkin dia akan berusaha untuk menyempurnakan kekurangannya dan menghilangkan kemiskinan yang dia derita, Satu kenyataan yang ada adalah bahwa kekurangan dan kemiskinan materi tampak begitu jelas dan mudah dirasakan. Namun tidak demikian dengan kekurangan dengan kemiskinan spritual. Sebagai contoh,setiap orang merasa kekurangan dari sisi materi. Perasaan ini mendorong manusia untuk senantiasa memerangi kemiskinan materi. Namun terkadang usaha ini demikian berlebihan hingga sudah berubah bentuk menjadi sikap tamak, rakus dan menjadi benih kerusakan,kezaliman, dan perampasan hak orang lain di dalam suatu masyarakat.

Demikian juga kemiskinan dan kekurangan harta merupakan benih tumbuh karakter buas pada manusia. Setiap orang dengan cepat dapat memahami seberapa besar harga diri yang dapat dimilikinya di dalam masyarakat dan seberapa besar kekurangan yang dimilikinya disisi ini. Untuk itu dia senantiasa berpikir bagaimana dapat menutupi kekurangan itu. Begitu juga halnya dengan kekurangan yang terdapat pada anggota tubuh.

Dalam kondisi yang demikian, maka akhlak dan perilaku yang buruk itu telah berubah menjadi sesuatu yang baik dalam pandanganya, dan dia senantiasa membela serta mempertahankan perbuatanya. Bentuk lain dari kemiskinan spritual ialah kemiskinan ilmu dan pikiran, yaitu satu bentuk kemiskinan yang jarang di rasakan oleh manusia.

Mengenal ALLAH SWT adalah pilar agama

Amir Al-Mukminin a.s. berkata “Awal pilar agama adalah sebagai bangunan yang mempunyai pintu,dinding,jendela,kaca,atap,pondasi,dan lain-lainya,kita dapat mengadakan bahwa pondasi besi seluruh rangkaian ajaran,keyakinan dan tuntutan amal perbuatan dalam agama adalah mengenal ALLAH SWT. Andaikan kita mengumpamakan agama sebagai sebuah buku pengetahuan ilmiah yang tersusun dari beberapa bab,pasal,tema-tema, dan argumentasi pembuktian maka sesuatu yang harus menjadi tema pokok dari agama adalah pengenalan terhadap Tuhan.

Apa yang pertama kali diucapkan oleh Rasulullah Saw. Tatkala beliau pertama kali diutus sebagai Rasul di tengah-tengah masyarakat.Pertama yang beliau sampaikan adalah “wahai manusia katakanlah tidak ada Tuhan selain Allah” niscaya engkau selamat”. Rasulullah saw memulai ajaran agama dari kalimat dan ucapan ini.

Ajaran tauhid merupakan pondasi agama,bahkan juga pondasi bagi kemanusiaan. Apa bila kemanusiaan dibangun diatas landasan yang kokoh,maka ia harus dibangun diatas landasan tauhid. Kita mengenal serangkaian masalah yang kita namakan “hak azasi manusia” atau “urusan kemanusiaan”. Kita mengatakan bahwa kemanusiaan memerintahkan kita untuk menyebarkan kasih sayang,berbuat kebajikan,membela dan menjaga perdamaian, benci akan peperangan,membantu orang-orang yang sakit,cacat dan tidak berdaya,tidak menyakiti sesama,bahkan berkorban demi membantu sesama.

Hati yang tunduk

Hati yang tunduk adalah satu hati yang tidak terkena penyakit seperti dendam,hasud, dan segala sifat yang tercela. Satu hati yang diterangi oleh cahaya Ilahi dan sedikitpun tidak ada keraguan dan kesyirikan didalamnya,satu hati yang memberikan kesaksian bahwa alam raya pemiliknya adalah Allah SWT.

Oleh karena itu,segala sesuatu yang menjadi kekayaan dan perhiasan dunia tidak akan menjadi kekayaan dan perhiasan akhirat. Karena mana mungkin sesuatu yang terbatas dapat memberikan manfaat bagi sesuatu yang tidak terbatas,dimana mungkin suatu alat yang kecil dan terbatas dapat digunakan untuk yang besar dan tidak terbatas. Namun sebaliknya sesuatu yang menjadi kekayaan bagi kehidupan akhirat di samping merupakan kekayaan akhirat juga merupakan kekayaan dunia karena yang tidak terbatas mencakup yang terbatas.

Kesimpulan

Hidup akan bermakna bila ketauhidan tertanam pada diri dan diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan khusunya buat kemaslahatan umat.

Sumber Referensi :

Muthahhari,murtadha.2006.jejak-jejak ruhani, Bandung : pustaka hidayah. (Baca Juga Artikel Menarik : Masa Peralihan Modernisme ke Posmodernisme)

Posting Komentar untuk "Mari Berbicara TAUHID"