Hubungan Manusia dan Alam
Hubungan manusia dan alam. Alam pada dasarnya mengajarkan banyak hal, tinggal bagaiman kita sebagai manusia yang mendiami bumi dapat mengamati dan menghayati arti keberadaan alam dalam menunjang hidup dan kehidupan kita sebagai mahkluk hidup sebagai salah satu bagian dari alam itu sendiri. Alam mengajarkan kita untuk saling menghormati sesama mahkluk hidup meskipun hukum alam tetap berlaku namun sistem dan penerapanya harus di dasarkan pada rasa cinta akan alam.
Lihat saja sesama hewan yang saling memangsa untuk tetap mempertahankan keberlangsungan hidup mereka, konteks saling menghormati disini adalah mereka memangsa hanya sebatas kebutuhan mereka untuk makan dan mereka masih dapat berbagi hasil makanan yang diburu dengan sesama jenis mereka atau yang sering disebut populasi.
Kenyataan yang terjadi pada kita sebagai manusia yang dalam ajaran agama dikatakan sebagai makhluk hidup yang paling sempurna diantara semua ciptaan Tuhan masih sering terbawa hawa nafsu kita dalam memanfaatkan alam secara berlebihan. Hewan atau binatang juga memanfaatkan sumber daya alam sebatas kebutuhan individu atau kelompok mereka, dari hal-hal seperti itulah kemudian lahir petuah sumber daya alam ini mampu memenuhi semua kebutuhan makhluk hidup tetapi sumber daya alam tidak akan mampu memenuhi satu saja keinginan manusia.
Perbedaan antara kebutuhan dan keinginan terdapat pada konteks pemanfaatan, kebutuhan akan sumber daya alam maka segala sesuatu yang berada di alam akan dimanfaatkan sesuai kebutuhan kita, misalnya jika makhluk hidup lapar maka dia hanya akan memakanya sampai sebatas kenyang dan akan makan lagi apabila telah merasa lapar sedangkan keinginan akan sumber daya alam adalah segala sesuatu yang dimanfaatkan di alam bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhanya tetapi juga sampai pada memenuhi keinginannya, ibarat makan yang dimakan sampai kenyang (kebutuhan) tapi kita terus makan hingga berlebihan bahkan sampai pada tingkat menyimpan (keiginan) itulah kenapa dalam hukum ekonomi sering disebutkan kebutuhan manusia tidak terbatas. Padahal sebenarnya bukan kebutuhan manusia yang tidak terbatas tapi keinginan manusia yang tidak ada batasnya selama manusia itu masih belum menyadari bahwa alam juga butuh kehidupan yang sama dengan manusia itu sendiri.
Alam dan segala isinya adalah ciptaan Tuhan yang sistematis dan kompleks artinya bahwa selama kita sebagai manusia mampu menjaga keseimbangan di alam maka alam pun akan baik-baik saja dalam konteks kebutuhan manusia terhadapa alam, namun sebaliknya jika manusia tidak mampu menjaga keseimbangan di alam maka sistematis dan kompleks tadi akan berperan signifikan dalam hubungan antara manusia dengan alam.
Makna Ciptaan Tuhan yang sistematis dan kompleks di atas adalah sistematis akan tetap berlangsung yaitu jika kita menjaga alam maka alam akan berkontribusi baik juga pada kita dan jika kita tidak menjaga alam maka alam juga tetap berkontribusi pada kita tapi dalam hal yang kurang menguntungkan bagi kita.
Sistematis juga berlaku pada rantai makan mulai dari produsen tingkat yaitu tumbuhan kemudian konsumen tingkat I yaitu hewan dan konsumen tingkat III yaitu manusia yang dalam istilah ilmu biologi di kenal dengan herbivora (pemakan tumbuhan), karnivora (pemakan daging) dan umnivora (pemakan keduanya) sedangakan makna kompleks disini adalah semua telah Tuhan ciptakan di alam tinggal bagaimana cara kita dalam memanfaatkannya, kompleks disini juga menyangkut dengan sempurna semua ciptaanNYA, contoh sederhana yaitu hidung yang berfungsi sebagai indra penciuman kedua lubangnya mengarah kebawah bukan keatas sebab kalau mengarah keatas maka akan sulit bagi kita berjalan dalam keadaan hujan ataupun sewaktu kita mandi, silahkan dibayangkan sendiri. Itulah salah satu contoh kompleksitas dalam ciptaan Tuhan.
Penting dan perlu dipahami bahwa pada hakekatnya bukan manusia yang melestarikan alam tapi alamlah yang melestarikan manusia hal ini dapat kita buktikan baik dari segi ilmu pengetahuan maupun Agama. Semua menjelaskan bahwa alam lebih dulu diciptakan Tuhan sebelum manusia agar manusia dapat menjalani kehidupan dengan memanfaatkan alam, alam disini yaitu tumbuhan dan hewan.
Oleh sebab itu alamlah yang menjaga kita agar dapat hidup dan alamlah yang melestarikan kita, manusia hanya menjaga alam agar bisa memanfaatkan alam dalam kehidupan namun sebenarnya tanpa sentuhan tangan manusia pun alam akan baik-baik saja. Kenyataan yang terjadi sekarang adalah konteks sistematis tadi mulai berdampak signifikan terhadap kehidupan manusia, contoh kecilnya yaitu banjir dan tanah longsor, dikatakan contoh kecil karena masih ada sangat besar lagi dampaknya yaitu pemanasan global.
Bencana alam semakin sering terjadi akibat dari kurangnya pemahaman dan kesadaran akan keberadaan dalam memenuhi kebutuhan kita, hal ini juga berhubungan dengan faktor keinginan bukan kebutuhan dan faktor keseimbagan alam tadi. Bumi atau alam sendiri memiliki titik jenuh atau dalam istilah ilmu lingkungan disebut daya lenting yang berarti bumi akan memperbaiki dirinya sendiri jika keseimbanganya tadi mulai terganggu. Nah dengan terjadinya daya lenting maka dampak nyata yang kita rasakan adalah bencana alam.
Misalnya manusia menebang pohon secara berlebihan tanpa adanya penenaman kembali, jika hal ini berlangsung terus-menerus maka pasti akan terjadi banjir sebab tanah mengalami titik jenuh dimana tanah tidak dapat lagi menyerap air hujan. Penulis yakin dan percaya bahwa kita semua pasti sudah mengetahui hal ini tapi kita masih saja selalu terjebak dalam faktor keinginan tadi dan bukan faktor kebutuhan yang kita tingkatkan. Kembali pada kesadaran akan pentingnya alam yang nantinya juga akan dinikmati oleh anak dan cucu kita nanti.
Alam mengajarkan kita untuk saling menghormati dan saling menghargai, hal kemudian dituangkan dalam pepatah padi yang semakin berisi semakin merunduk. Alam menyediakan udara segar melalui tumbuhan dalam proses fotosintesis yaitu gas CO2 (karbondioksida) di serap kemudian diganti dengan O2 (oksigen), alam menyediakan tempat berteduh melalui tajuk-tajuk pohon, alam menyediakan makanan yang begitu banyak bagi manusia. Tapi kenapa kita yang telah menyadari hal itu belum mampu untuk menjaga alam agar tetap menjadi kebaikan buat kita.
Oleh karena itu penulis mengajak marilah kita bersama-sama menigkatkan kesadaran kita terhadap rasa cinta akan alam dengan selalu mengutamakan kebutuhan bukan keinginan sebab pada dasarnya yang tidak terbatas itu adalah keiniginan kita bukan kebutuhan kita. Dengan begitu keseimbagan alam akan tetap terjaga dan sistematis alam akan tetap memberikan kontribusi yang baik dan bermanfaat bagi kita dalam menjalani kehidupan sampai pada anak dan cucu kita atau generasi-generasi setelah kita.
Semoga sedikit narasi ini dapat menjadi pencerahan buat kita semua dan dapat merangsang rasa cinta kita terhadap alam. Jika kita belum mampu menjaga alam ini dengan baik maka mulia dari sekarang lakukanlah hal sederhana yang baik terhadap alam dengan tidak membuat kerusakan di alam ini. Kita sesama manusia diharuskan untuk saling mengingatkan itulah manusia sebagai makhluk sosial dan manusia sabagai ciptaan yang sempurna.
Lihat saja sesama hewan yang saling memangsa untuk tetap mempertahankan keberlangsungan hidup mereka, konteks saling menghormati disini adalah mereka memangsa hanya sebatas kebutuhan mereka untuk makan dan mereka masih dapat berbagi hasil makanan yang diburu dengan sesama jenis mereka atau yang sering disebut populasi.
Kenyataan yang terjadi pada kita sebagai manusia yang dalam ajaran agama dikatakan sebagai makhluk hidup yang paling sempurna diantara semua ciptaan Tuhan masih sering terbawa hawa nafsu kita dalam memanfaatkan alam secara berlebihan. Hewan atau binatang juga memanfaatkan sumber daya alam sebatas kebutuhan individu atau kelompok mereka, dari hal-hal seperti itulah kemudian lahir petuah sumber daya alam ini mampu memenuhi semua kebutuhan makhluk hidup tetapi sumber daya alam tidak akan mampu memenuhi satu saja keinginan manusia.
Perbedaan antara kebutuhan dan keinginan terdapat pada konteks pemanfaatan, kebutuhan akan sumber daya alam maka segala sesuatu yang berada di alam akan dimanfaatkan sesuai kebutuhan kita, misalnya jika makhluk hidup lapar maka dia hanya akan memakanya sampai sebatas kenyang dan akan makan lagi apabila telah merasa lapar sedangkan keinginan akan sumber daya alam adalah segala sesuatu yang dimanfaatkan di alam bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhanya tetapi juga sampai pada memenuhi keinginannya, ibarat makan yang dimakan sampai kenyang (kebutuhan) tapi kita terus makan hingga berlebihan bahkan sampai pada tingkat menyimpan (keiginan) itulah kenapa dalam hukum ekonomi sering disebutkan kebutuhan manusia tidak terbatas. Padahal sebenarnya bukan kebutuhan manusia yang tidak terbatas tapi keinginan manusia yang tidak ada batasnya selama manusia itu masih belum menyadari bahwa alam juga butuh kehidupan yang sama dengan manusia itu sendiri.
Alam dan segala isinya adalah ciptaan Tuhan yang sistematis dan kompleks artinya bahwa selama kita sebagai manusia mampu menjaga keseimbangan di alam maka alam pun akan baik-baik saja dalam konteks kebutuhan manusia terhadapa alam, namun sebaliknya jika manusia tidak mampu menjaga keseimbangan di alam maka sistematis dan kompleks tadi akan berperan signifikan dalam hubungan antara manusia dengan alam.
Makna Ciptaan Tuhan yang sistematis dan kompleks di atas adalah sistematis akan tetap berlangsung yaitu jika kita menjaga alam maka alam akan berkontribusi baik juga pada kita dan jika kita tidak menjaga alam maka alam juga tetap berkontribusi pada kita tapi dalam hal yang kurang menguntungkan bagi kita.
Sistematis juga berlaku pada rantai makan mulai dari produsen tingkat yaitu tumbuhan kemudian konsumen tingkat I yaitu hewan dan konsumen tingkat III yaitu manusia yang dalam istilah ilmu biologi di kenal dengan herbivora (pemakan tumbuhan), karnivora (pemakan daging) dan umnivora (pemakan keduanya) sedangakan makna kompleks disini adalah semua telah Tuhan ciptakan di alam tinggal bagaimana cara kita dalam memanfaatkannya, kompleks disini juga menyangkut dengan sempurna semua ciptaanNYA, contoh sederhana yaitu hidung yang berfungsi sebagai indra penciuman kedua lubangnya mengarah kebawah bukan keatas sebab kalau mengarah keatas maka akan sulit bagi kita berjalan dalam keadaan hujan ataupun sewaktu kita mandi, silahkan dibayangkan sendiri. Itulah salah satu contoh kompleksitas dalam ciptaan Tuhan.
Penting dan perlu dipahami bahwa pada hakekatnya bukan manusia yang melestarikan alam tapi alamlah yang melestarikan manusia hal ini dapat kita buktikan baik dari segi ilmu pengetahuan maupun Agama. Semua menjelaskan bahwa alam lebih dulu diciptakan Tuhan sebelum manusia agar manusia dapat menjalani kehidupan dengan memanfaatkan alam, alam disini yaitu tumbuhan dan hewan.
Oleh sebab itu alamlah yang menjaga kita agar dapat hidup dan alamlah yang melestarikan kita, manusia hanya menjaga alam agar bisa memanfaatkan alam dalam kehidupan namun sebenarnya tanpa sentuhan tangan manusia pun alam akan baik-baik saja. Kenyataan yang terjadi sekarang adalah konteks sistematis tadi mulai berdampak signifikan terhadap kehidupan manusia, contoh kecilnya yaitu banjir dan tanah longsor, dikatakan contoh kecil karena masih ada sangat besar lagi dampaknya yaitu pemanasan global.
Bencana alam semakin sering terjadi akibat dari kurangnya pemahaman dan kesadaran akan keberadaan dalam memenuhi kebutuhan kita, hal ini juga berhubungan dengan faktor keinginan bukan kebutuhan dan faktor keseimbagan alam tadi. Bumi atau alam sendiri memiliki titik jenuh atau dalam istilah ilmu lingkungan disebut daya lenting yang berarti bumi akan memperbaiki dirinya sendiri jika keseimbanganya tadi mulai terganggu. Nah dengan terjadinya daya lenting maka dampak nyata yang kita rasakan adalah bencana alam.
Misalnya manusia menebang pohon secara berlebihan tanpa adanya penenaman kembali, jika hal ini berlangsung terus-menerus maka pasti akan terjadi banjir sebab tanah mengalami titik jenuh dimana tanah tidak dapat lagi menyerap air hujan. Penulis yakin dan percaya bahwa kita semua pasti sudah mengetahui hal ini tapi kita masih saja selalu terjebak dalam faktor keinginan tadi dan bukan faktor kebutuhan yang kita tingkatkan. Kembali pada kesadaran akan pentingnya alam yang nantinya juga akan dinikmati oleh anak dan cucu kita nanti.
Alam mengajarkan kita untuk saling menghormati dan saling menghargai, hal kemudian dituangkan dalam pepatah padi yang semakin berisi semakin merunduk. Alam menyediakan udara segar melalui tumbuhan dalam proses fotosintesis yaitu gas CO2 (karbondioksida) di serap kemudian diganti dengan O2 (oksigen), alam menyediakan tempat berteduh melalui tajuk-tajuk pohon, alam menyediakan makanan yang begitu banyak bagi manusia. Tapi kenapa kita yang telah menyadari hal itu belum mampu untuk menjaga alam agar tetap menjadi kebaikan buat kita.
Oleh karena itu penulis mengajak marilah kita bersama-sama menigkatkan kesadaran kita terhadap rasa cinta akan alam dengan selalu mengutamakan kebutuhan bukan keinginan sebab pada dasarnya yang tidak terbatas itu adalah keiniginan kita bukan kebutuhan kita. Dengan begitu keseimbagan alam akan tetap terjaga dan sistematis alam akan tetap memberikan kontribusi yang baik dan bermanfaat bagi kita dalam menjalani kehidupan sampai pada anak dan cucu kita atau generasi-generasi setelah kita.
Semoga sedikit narasi ini dapat menjadi pencerahan buat kita semua dan dapat merangsang rasa cinta kita terhadap alam. Jika kita belum mampu menjaga alam ini dengan baik maka mulia dari sekarang lakukanlah hal sederhana yang baik terhadap alam dengan tidak membuat kerusakan di alam ini. Kita sesama manusia diharuskan untuk saling mengingatkan itulah manusia sebagai makhluk sosial dan manusia sabagai ciptaan yang sempurna.
Posting Komentar untuk "Hubungan Manusia dan Alam"