Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian, Cara Serta Asal Usul Domestikasi

Domestikasi secara etimologis, berasal dari kata latin domus, atau rumah tangga: penjinakan hewan buas atau hewan liar dan sebagainya: binatang liar yang baru ditangkap di hutan perlu agar dapat dimanfaatkan kegunaannya oleh manusia (Sumber: KBBI3) atau transformasi dari gaya hidup “liar” menuju yang berbudaya yang terjadi ketika manusia mulai berdomisili secara tetap, mulai terbatasi horison-horisonnya.

Sehingga dalam kaitan dengan ternak maka domestikasi berarti proses penjinakan hewan-hewan yang hidup liar menjadi hewan-hewan piaraan. Kegiatan atau proses domestikasi belum berakhir karena manusia masih juga menambah jenis-jenis hewan piaraan yang baru, misalnya Rubah untuk diambil bulunya.

Landasan Dalam Memahami Domestikasi


Berdasarkan uraian diatas, maka pemahaman yang perlu dipahami tentang domestikasi tumbuhan dan hewan dapat dilihat pada beberapa landasan, diantaranya: landasan Ontologis (apa itu domestikasi tumbuhan dan hewan); landasan epistemologi (bagaimana domestikasi tumbuhan dan hewan), dan landasan aksiologi (untuk apa domestikasi hewan dan tumbuhan).

1. Landasan Ontologis

Istilah ontologi berasal dari bahasa yunani yakni ta onta dan logi. Ta ontaberarti berada dan logi berarti ilmu pengetahuan atau ajaran, sehingga ontologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mengkaji tentang keberadaan suatu obyek.

Domestikasi sebagai proses perkembangan organisme yang dikontrol manusia, oleh evans (1996) dinyatakan mencakup perubahan genetik (tumbuhan) yang berlangsung sinambung semenjak dibudidayakan. Dengan demikian, domestikasi berkaitan dengan seleksi dan manajemen oleh manusia, dan tidak hanya sekedar pemeliharaan saja. Spesies organisasi eksotik yang dipindahkan dari habitat aslinya ke wadah budidaya, karakteristik genetiknya terubah dengan maksud tertentu, atau sebaliknya melalui sembarang cara/manajemen pemeliharaan, seleksi dan manajemen genetik (Pullin,1994). Dalam hal ini, mendomestikasi adalah menaturalisasikan biota ke kondisi manusia dengan segala kebutuhan dan kapasitasnya.

Wallack (2001), domestikasi telah berlangsung lebih dari 10.000 tahun terakhir, bagi ratusan jenis tumbuhan dan hewan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Diperhitungkan 61% bahan kering edibel dari tanaman utama dunia berasal dari gandum, jagung, dan padi. Selebihnya dari sekitar 100 spesies tumbuhan, antara lain: kedelai, tebu, sorghum, kentang, dan ubi kayu. Di samping itu, sekitar 95% dari produk daging, susu, dan telur unggas dihasilkan oleh sebanyak lima spesies hewan ternak. Sementara produk akuakultur berasal dari sekitar 200 spesies biota air (Pullin, 1994). Selain itu, Leakey (1999) mengidentifikasi 17 spesies buah-buahan tropis yang potensial dikembangkan dalam sistem agroforestri dan pada bidang peternakan di Indonesia pemerintah telah mengkampanyekan pemanfaat jenis satwa harapan sebagai sumber protein dimasa mendatang.

Evans (1996) mengungkapkan secara luas berbagai perubahan yang terjadi pada penampilan tumbuhan, mulai dari yang menyangkut retensi benih hingga ke isi DNA. Demikian halnya perubahan bentuk dan ukuran pada sejumlah tanaman, serta laju perkembangan dan pertumbuhannya. Lebih dari pada itu, sejumlah tumbuhan yang didomestikasi ternyata kehilangan substansi racun sebagai unsur proteksi alaminya terhadap hama dan penyakit. Hal ini kemudian membuka peluang ke modifikasi genetik, antara lain ditandai ketika tanaman tebu Saccharum officinarum disilangkan denganS.spontaneum yang memiliki gen yang tahan atas penyakit cacar yang mewabah pada tahun 1880.

Seperti halnya hewan, perpindahan lokasi dari tumbuhan yang didomestikasi berlangsung secara luar biasa, menyebar luas dan jauh dari asalnya, bahkan terkadang melimpah di kawasan yang didatanginya. Dicontohkan Wallack (2001), gandum yang berasal dari Timur Tengah, kini diproduksi besar-besaran di Cina, India, dan Amerika. Jagung yang asalnya Meksiko, tapi Brasilia menumbuhkannya tiga kali lebih banyak, China sebanyak enam kali lebih banyak, dan Amerika sebanyak 10 kali. Kentang yang mulainya di Andes, kini produktor utamanya adalah Cina, Rusia dan Polandia.

Wujud hakiki dari apa yang disebut domestikasi tumbuhan dan hewan sebagai masukan/input, proses, dan hasilnya/output mengandung banyak aspek dan bermatra luas. Penjelajahan selanjutnya terhadap hal ini melalui pendekatan multi-disipliner, dipandang sebagai pilihan yang memihak pada perwujudan fungsi sains dalam kehidupan manusia.

2. Landasan Epistemologi

Epistemologi berasal dari kata episteme yang berarti “pengetahuan” dan “logos” yang berarti “teori”. Jadi epistemologi dapat diartikan sebagai teori pengetahuan. Dalam ilmu filsafat, epistemologi dikategorikan sebagai cabang ilmu yang mempelajari asal mula pengetahuan, struktur, metode dan validitas pengetahuan.

Sejalan dengan perkembangan penalaran, upaya manusia dalam memenuhi rasa ingin tahu dan kebutuhannya, mengikuti tahapan perkembangan kebudayaan yang meliputi tahap mistis, tahap ontologis, dan tahap fungsional.

1) Tahap mistis adalah masa dimana sikap manusia menujukkan keberadaannya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya.

2) Tahap ontologis adalah masa dimana sikap manusia mengambil jarak dari objek disekitarnya serta mulai melakukan telaahan terhadap objek tersebut.

3) Tahap fungsional adalah masa dimana sikap manusia selain memiliki pengetahuan berdasarkan telaahan terhadap objek-objek sekitarnya, tapi juga memfungsionalkan pengetahuan tersebut bagi kepentingan dirinya dan lingkungan hidupnya.

Proses domestikasi tumbuhan dan hewan, nampaknya mengikuti tahapan sikap manusia sebagaimana dikemukakan terdahulu. Dengan demikian, pengetahuan menjinakkan tumbuhan dan hewan diawali pada tahap mistis ketika manusia bersikap menghadapi kekuatan yang mengepungnya sekaligus berupaya mempertahankan kehidupannya. Pada tahap ontologis dimana ilmu mulai berkembang, manusia mengambil jarak dengan objek domestikasi, bertindak sebagai subjek yang mengamati, menelaah dan memanfaatkan. Mengawalinya, tahap ontologis melahirkan pengetahuan yang berakar pada pengalaman berdasarkan akal sehat yang didukung oleh metode mencoba-coba, namun secara historis tercatat tingkat teknologinya tinggi meskipun tetap terbelakang dalam bidang keilmuan (Suriasumantri,2000).

Tumbuhnya pengetahuan yang tergolong seni terapan ini, seperti antara lain dalam peradaban Mesir, Cina dan India, mengikutsertakan perkembangan awal pertanian dalam mendomestikasi tumbuhan dan hewan. Selanjutnya, telahan terhadap objek sekitar seperti domestikasi, didekati secara rasional yang mengandalkan penalaran deduktif, dan kemudian melalui metode ilmiah yang menggambungkan penalaran deduktif dan pengalaman empiris.

Domestikasi tumbuhan dan hewan secara aktual dilakukan manusia berdasarkan prinsip-prinsip dan konsep-konsep yang ditemukan dengan menggunakan metode ilmiah. Dalam hal ini, prinsip dan konsep mendomestikasi disusun dengan menerapkan penalaran deduktif, sementara kesesuaiannya dengan fakta diverifikasi dengan menerapkan penalaran induktif.

Berkaitan dengan masalah objek empiris dalam domestikasi tumbuhan dan hewan, ada dua kelompok pertanyaan yang teridentifikasi berbeda menurut bidang ilmu dan menurut bidang teknologi. Dalam bidang ilmu, objeknya adalah gejala yang sudah ada, sementara dalam bidang teknologi, objeknya adalah gejala yang ingin diciptakan. Kejelasan tentang struktur dan bentuk susunan serta hubungan antar bagian, merupakan prinsip dan konsep yang dipertanyakan dalam bidang ilmu. Struktur suatu gejala yang dikehendaki agar suatu fungsi yang diinginkan terlaksana beserta cara membentuk struktur dimaksud, merupakan konsep yang ditangani dan ingin dihasilkan dalam bidang teknologi.

3. Landasan Aksiologi

Aksiologi adalah ilmu yang mempertanyakan nilai suatu objek yang akan dikaji. Secara signifikan, hasil transformasi tumbuhan dan hewan yang dilakukan dalam lingkup domestikasi, telah memberi manfaat dan membawa berkah bagi manusia.

Diperhadapkan pada isu dunia mengenai lingkungan hidup yang cenderung mengalami degradasi, domestikasi organisme diarahkan pula untuk konservasi genetik dan/atau plasma nutfah. Sementara FAO mencatat bahwa disamping sebanyak enam keuntungan domestikasi NWTP (non-wood timber products), terdapat empat keadaan merugikan (Simon,1996). Keuntungannya meliputi produksi yang diandalkan, mengurangi tekanan pada hutan, menghasilkan pendapatan, mudah panen, perbaikan laju pertumbuhan, dan peningkatan nilai tanaman. Keadaan yang merugikan ditunjukkan pada peningkatan kerentanan terhadap hama, kehilangan fungsi ekologis, ketergantungan pada sumber benih liar yang baru, dan menambah nilai keuntungan pada korporasi/perusahaan besar yang ada.

Tanpa mengabaikan sejumlah kerugian, sesungguhnya tumbuhan dan hewan yang didomestikasi menerima perlakuan istimewa yang memungkinkan potensi gennya diberdayakan dengan berbagai cara manipulasi. Meskipun demikian, proses domestikasi yang berlangsung juga merupakan gangguan fisik-biologis terhadap integritas spesies. Transformasi dilakukan dengan resiko yang tidak saja sukar diramalkan tapi juga yang kurang menjadi perhatian. Untuk itu, selain dibutuhkan rumusan biotik secara spesifik, nilai-nilai universal menghargai alam perlu dijabarkan terinci dalam memandu aktivitas domestikasi tumbuhan dan hewan selanjutnya. Untuk itu ke depan, serangkaian upaya dibutuhkan dalam memantapkan pengembangan domestikasi sumber hayati dengan menerapkan pendekatan multi-disipliner berdasarkan metodologi sistem.

Cara-Cara dan Tahapan Domestikasi

Semua hewan ternak yang dibudidayakan manusia sekarang ini mengalami proses domestikasi beribu tahun yang lalu. Berdasarkan hasil penalara manusia selama ini, tumbuhan dan hewan didomestikasi dengan beragam cara, dari yang sederhana hingga ke cara yang sangat maju ditopang dengan perkembangan bioteknologi.

Sederhananya, seperti untuk tanaman buah-buahan menurut Demchik dan Streed (2002) dengan cara bertahap yakni:

a) Wildcrafting: adalah praktek panen tanaman dari alam atau habitat “liar”, untuk makanan atau obat-obatan. Ini berlaku untuk tanaman hidup dimanapun mereka dapat ditemukan, dan tidak terbatas pada suatu daerah. Pertimbangan etis sering terlibat, seperti melindungi spesies yang terancam punah.

b) Stand Improvement: secara sederhana, perbaikan keberadaan adalah pengobatan, atau tindakan, yang meningkatkan pertumbuhan pohon yang terbaik dengan menghapus semua pohon yang ada disekitarnya.

c) Penanaman/Pemeliharaan.

d) Seleksi, Pemuliaan dan Penggunaan Stok Andal dalam proses budidaya.

Bioteknologi sebagai penerapan biologi molekuler, genetika molekuler dan rekayasa genetika, transformasi gen merubah organisme eksotik menjadiGenetically Modified Organism (GMO) dan Transgenic Organism (TO). Mengacu pada Winter et al (1998) dan Madigan et al (2000), rekayasa genetika dinyatakan sebagai upaya teknik memodifikasi penampilan genetika sel dan organisme melalui manipulasi suatu gen dengan menggunakan teknik laboratorium. Ini merupakan sintesis dari genetika molekuler, biokimia dan mikrobiologi, terutama dalam aspek yang mencakup isolasi, manipulasi, dan ekspresi materi genetik.

Sebagaimana dikemukakan terdahulu, wujud dari domestikasi tumbuhan dan hewan bermatra luas. Selain cara dan/atau metode yang mengantar pada penemuan organisme domestik (GMO dan TO), tahapan aktivitas domestikasi menurut Simon (1996) akan sangat ditentukan oleh faktor-faktor biologi, kebijakan, pasar, dan sosial.

Pemanfaatan selanjutnya melalui budidaya dan bahan pangan yang dihasilkan, membutuhkan metode aplikasi yang berjangkauan komprehensif dan berlandasan aksiologis memadai. Dalam bidang akukultur, Pullin (1994) menyatakan bahwa permasalahan utama yang dihadapi ilmuwan dan pengambil keputusan adalah efek jangka panjang pada keragaman hayati akuatik yang tidak dapat diprediksi secara tepat berkenaan dengan kemungkinan lolosnya GMO dari wadah budidaya. Hal yang sama dengan intensitas beragam dapat saja berlaku dalam kegiatan budidaya pertanian lainnya. Untuk itu, Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup menyatakan usaha dan/atau kegiatan berdampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, antara lain: 1). Introduksi suatu jenis tumbuhan baru atau jasad renik yang dapat menimbulkan penyakit baru terhadap tanaman; 2). Introduksi suatu jenis hewan baru yang dapat mempengaruhi kehidupan hewan yang telah ada; 3). Penggunaan bahan hayati dan nir-hayati mencakup pengertian perubahan.

Uraian tersebut diatas membawa ke pemikiran bahwa aktivitas domestikasi suatu organisme adalah suatu kesatuan sistem yang tersusun oleh sejumlah elemen. Sehubungan dengan hal ini, suatu bentuk skema pengambilan keputusan untuk mengembangkan budidaya yang menggunakan organisme domestik disajikan skema dibawah ini yang dimodifikasi dari Pullin (1994). Skema tersebut menunjukkan pengambilan keputusan dapat didasarkan atas hasil dari evaluasi yang prosesnya akurat, meliputi efek sosial, efek lingkungan, dan kelayakan aspek teknis budidaya.

Menurut Zairin (2003), ada beberapa tingkatan yang dapat dicapai manusia dalam upaya penjinakan hewan ke dalam suatu sistem budidaya. Tingkatan dimaksud, sebagaimana berlangsung pada ikan, adalah sebagai berikut:

a) Domestikasi sempurna, yaitu apabila seluruh daur hidup sudah dapat berlangsung dalam sistem budidaya. Contoh: ikan asli Indonesia gurami (Osphroneus gouramy), tawes (Puntius javanicus), kerapu, bandeng, dan kakap putih.

b) Domestikasi hampir sempurna, yaitu apabila seluruh daur hidupnya dapat berlangsung dalam sistem budidaya, tapi keberhasilannya masih rendah. Contoh: ikan asli Indonesia adalah betutu, balashark, dan arwana.

c) Domestikasi belum sempurna, yaitu apabila baru sebagian daur hidupnya dapat berlangsung dalam sistem budidaya. Contohnya: ikan Napoleon (Cheilinus undulatus) dan tuna.

Tingkatan kesempurnaan domestikasi hewan umumnya, sangat ditentukan oleh pengetahuan tentang keseluruhan aspek biologi dan ekologi hewan tersebut. Perilaku satwa liar di habitat alaminya.

Daftar Pustaka :

Keraf, Gorys (2003): asalusuldomestikasi. Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama

Pusat Pembinaan dan Pengembangan hewan, Diknas RI. (1989): Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta, Balai Pustaka.

(http://pdpt.ui.ac.id/mobm/hewandomestikasi.html)

Posting Komentar untuk "Pengertian, Cara Serta Asal Usul Domestikasi"