Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Refleksi Memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia ke 73 : Merdeka atau Mati ?

Jika merdeka dipahami seperti ‘hidup’ maka merdekalah untuk kalian penindas. Sebaliknya, jika ‘kalah’ dipahami untuk merdeka maka matilah untuk merdeka. Di tahun 2018 dengan menghitung hari, Indonesia pada tanggal 17 Agustus tepat pada usianya yang ke 73 tahun kemerdekaan. Namun, jika dibandingkan pada zaman sebelum merdeka sampai sesudah merdeka, kata ‘kemerdekaan’ atau kata ‘merdeka’ itu sudah pantaskah kita lekatkan pada usia yang mempunyai makna perjuangan ? Maaf dijaman sekarang ! silahkan kita tafsirkan sendiri, Merdeka atau mati

Tentu sejarah Indonesia, sekedar merefleksi dengan dimulai dari sejarah perjuangan bangsa. Artinya, era perjalanan sejarah bangsa Indonesia sebelum dan selama penjajahan yang dilanjutkan dengan era merebut, serta mempertahankan kemerdekaan sampai pada era mengisi juga kemerdekaan, kini menyimpulkan makna semangat tumbuhnya kesamaan nilai kebangsaan dan perjuangan, sehingga era ini menjadi penampilan jiwa dan tekad yang penuh semagat untuk mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di nusantara.

Lihat juga : Refleksi Momentum 17 Agustus Sebagai Semangat Perjuangan

Sementara, pasca gairah semangat juang bagi pejuang untuk mempersatukan kebersamaan dan kesamaan nilai di Nusantara seperti dibingkai dengan NKRI, tentunya tidak hanya sampai pada klimaks meringkas era sejarah perjuangan bangsa. Demikian seringkas itu, sebelumnya pemahaman dasar setiap warga Negara Indonesia yang ditumbuh suburkan berkat tulang dan darah yang putih dan merah, melintas fikir dimana pada tahun 400 Masehi sampai dengan tahun 1617 konon kata sejarah, itulah yang disebut era sebelum penjajahan. Di era tersebut mulai munculnya kerajaan-kerajan yang ada di bumi persada nusantara. Nilai yang terkandung pada era ini dimaknai sebagai kepatuhan rakyat dan kesetiaan kepada setiap rajanya, untuk menjunjung tinggi dan membendung penjajah pada kedaulatan bangsa monarki yang katanya merdeka di bumi nusantara.

Setelah melalui berbagai tahap-tahap era perjalanan sejarah, seperti era selama penjajahan bangsa Indonesia yang dijajah oleh bangsa asing pada tahun 1511 sampai dengan 1945, sebelumnya mengundang kehadiran organisasi Budi Utomo pada tahun 1908 yang dikenal sebagai gerakan kebangkitan nasional pertama. Dengan tidak sembarang, kemudian munculah ikrar sumpah pemuda pada tanggal 28 oktober 1928. Dimana ikrar dan organisasi kepemudaan ini telah mempersatukan tekad demi Indonesia dengan penuh makna kesatuan dan persatuan untuk melepas elastis pada bingkai penjajah.

Dengan begitu, di era millenium, dimana pemuda kita? Sudahkah kita ‘merdeka’ ketika melihat Negara penuh sistem birokrat korup, ekonomi korup, politisi korup dan berbagai lembaga lain yang juga tak ada habis-habisnya korup? Masyarakat jangan sampai terbawa virus korup juga sebab sebagian dari masyarakat juga sudah ada yang korup saat jaman pesat modern, jika semua sudah begitu korup maksudnya. Maka tiada kata tiada lain jika takdir berkesempatan memilih; merdeka atau mati? Ajal menjawab mati !

Ini bukan vonis seperti sesat dan menyesatkan, sempurna dan menyempurnakan. Hanya saja melirik kembali sejarah perjuangan bangsa Indonesia sungguh jauh melebihi perbedaan antara penjajah fisik dan penjajah intelektual di era kekinian sekarang. Dahulu penjajah mendominasi perang dengan berbagai moncong senjata serta tank-tank banser. Sekarang intelektual menjadi senjata kepicikan pihak asing kala ini, untuk menerobos Negara kita dan merampok isi kekayaan alam kita. Sadar tidak sadar, modus tersebut adalah racun menguasai Negara dan fampir menindas serta menyedot darah merah-putih sehingga jangan heran di usia 74 tahun kemerdekaan Indonesia sekurang-kurangnya, siapa yang merasa ‘hidup’ (penindas) itulah MERDEKA dan siapa yang merasa ‘kalah’ ( yang tertindas) itulah MATI. Sehingga, menjelang 73 tahun kemerdekaan di 17 Agustus tahun 2018 membawa nilai apa, untuk siapa, dari mana dan bagaimana.

Selamat HUT Republik Indonesia ke 73

Tri Saleh

Posting Komentar untuk "Refleksi Memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia ke 73 : Merdeka atau Mati ?"