Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Melatih Kesabaran di Lampu Merah

Siapa yang tidak mengetahui lampu merah, lampu tiga warna yaitu merah, kuning dan hijau. Mungkin yang menemukan ide lampu merah ini terinspirasi dengan lagu pelangi yang sering kita nyayikan sewaktu kecil, entahlah itu hanya sekilas terbesit di pikiran ku yang kosong akan kemeriahan.

Lampu merah, disini tempat orang berhenti sejenak beberapa menit, ada yang memperpaiki posisi helm, memperbaiki barang bawaan yang sedikit tergeser dari posisinya, sopir angkot seibuk dengan membakar sebatang rokoknya yang lama dipegang dan ada yang menatap kiri dan kanan tanpa tujuan yang jelas seperti saya dalam detik gerakan waktu. Bahkan saya lebih cenderung berpikir tentang apa yang belum terealisasi dalam rencana segala sesuatu yang akan dan telah dilaksanakan di lampu merah ini, mungkin karena posisi berisik yang menenangkan atau otak ini yang tak bisa diam dalam ketenangan raga.

Ajang balapan di luar sirkuit terjadi disini, hentakan gas pertama seakan mempercepat detik-detik perubahan lampu kuning ke hijau. Padahal semua mengetahui dan paham apa fungsi dan tujuan ketiga warna lampu tersebut atau jangan-jangan sebagian dari mereka lupa kalau ada keluarga yang sedang menunggu di rumah.

Terus terang, sering terlintas di pikiran saya saat berada dipemberhentian sejenak itu untuk melatih kesabaran agar tak ditertawai oleh alam yang sedang tersenyum menatap. Sisi positifnya, kita bisa terhindar dari setan-setan yang sedang nakal mengamati dan menanti kesempatan menegur kita.

Ada seseorang yang mengatakan jika kita masih berkata “sabar ada batasnya” berarti kita sendiri belum sabar. Apakah anda sepakat ? jika tidak berarti saya sependapat dengan anda. Segala yang terjadi dalam konteks kemanusiaan pasti ada batasnya, itulah kenapa manusia adalah makhluk yang tidak sempurna, yah walaupun kita sebagai manusia sempurna diantara ciptaan NYA sehingga kita mendapatkan semua sifat-sifat ciptaan yang ada.

Jika manusia melakukan hal yang baik dia seperti malaikat dan jika manusia melakukan hal yang buruk dia bisa katakan hewan bahkan jika melakukan hal yang lebih buruk lagi maka manusia bisa dikatakan setan. Itulah kesempurnaan kita sebagai ciptaan dalam kepemilikan semua sifat. Jadi, jika sabar ada batasnya itu wajar, Pencipta maha sempurna dari ciptaan.

Lampu merah merupakan tempat ternyaman untuk melatih kesabaran saya. Jika anda penasaran bagaimana rasanya silahkan saja, sadar atau tidak sadar anda sudah merasakan latihan kesabaran tersebut. Hanya sabar beberapa menit ! bagaimana kita akan sabar dalam sehari,seminggu, sebulan atau setahun jika semenit saja kita belum mampu untuk sabar di batas garis pelintas jalan.

Batas kesabaran orang relatif, namun yang pastinya ada batasnya. Sampai dimana batasnya ? mari kita melatih kesabaran kita hingga dibatas terjauh atau bahkan sejauh-jauhnya batas kita.

Lampu merah menjadi salah satu alternatif dalam melatih kesabaran, semakin kita terbiasa maka batas kesabaran kita dengan sendirinya akan semakin jauh. Jika tidak sabar di lampu merah maka konsekuensi logisnya bisa saja akan kecelakan atau kita dimaki oleh pengendara lain yang juga tidak jauh batas kesabaranya.

Mari perbiasakan hal-hal baik, ingat kepintaran dan kecerdasaan itu datang dari kebiasaan, terbiasa membaca, terbiasa menulis, terbiasa berbicara dalam diskusi dan terbiasa mencari tahu apa yang belum diketahui sehingga orang menjadi tahu dalam perkembangan ilmu pengetahuanya.

Baca juga : Perbedaan Cerdas dan Pintar

Posting Komentar untuk "Melatih Kesabaran di Lampu Merah"