Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jangan Lupa Bermimpi

Oleh : Muzakir Rahalus

Baru membaringkan tubuh, dia langsung terlelap begitu saja. Dalam tidurnya yang tak begitu lama, dia bermimpi sedang masuk ke sebuah hutan di seberang kota kecil. Hutan yang sangat lebat. Dia teringat akan keindahan hamparan pepohonan yang membentang sepanjang Gunung Sibela. Di tengah hutan tersebut, dia merasa tersesat. Hutan yang begitu dia kenali dari kecil, tiba-tiba berubah bentuk yang sangat aneh, gersang, dan tampak sangat asing.

Tak jauh darinya, ada sebuah pohon mati. Akar-akarnya begitu lebat, menjalar ke segala arah. Melingkari batang pohon tersebut, dan membungkus sebuah gubuk yang hampir hancur di bawahnya. Seakan tak sadar diri dan agak sulit kembali ke alam nyata, dia nikmati saja mimpi buruk itu. Dia dekati gubuk itu, dan, "Astagfirullaah ...," teriaknya begitu sangat kaget.

Dalam gubuk tersebut, duduk membisu seorang kakek. Kedua tangannya ia julurkan ke tangan kursi. Wajah orang itu begitu letih dan tampak amat tua. Dengan rasa takut yang semakin merajalela, sebuah pertanyaan pun dia lemparkan tepat di wajah orang asing itu.

"Apakah Anda yang bernama Bergamaschi. Bapa Bergamaschi, seperti yang diceritakan Umberto Eco?"

Seperti orang mati pada umumnya, pertanyaannya tak ada jawaban sama sekali. Uap dan bunyi napas pun tak terdengar.

"Astagfirullah .... Mimpi apa e tadi?" Dia terbangun dengan mimpi yang lenyap. Tapi, untungnya ada seseorang yang menyaksikan mimpinya, yaitu Muzakir Rahalus.

Sekian mimpimu pagi ini. Jangan lupa bermimpi lagi. Bila perlu, mimpi pulang kampung halaman. Ada sesuatu yang pelan-pelan menggigit hatimu.

Baca Juga Muzakir Rahalus : Pagi Itu

Posting Komentar untuk "Jangan Lupa Bermimpi"