Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Contoh Proposal Penelitian Aplikasi Pupuk Daun Gandasil D Terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon Merah

Oleh : Telji Yolven Palemba

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan kayu di Indonesia setiap tahunnya meningkat dapat mencapai sekitar 60 juta m3 per tahun, pada tahun 2000 produksi kayu dari hutan alam sebesar 80 juta m3 dan pada tahun 2008 produksi dari hutan alam menurun, hanya dapat memproduksi 50 juta m3. Oleh karena itu perlu adanya pembangunan hutan tanaman, baik hutan tanaman industri (HTI) maupun hutan rakyat yang merupakan program pengelolahan hutan yang sangat penting sebagai salah satu sasaran untuk memenuhi kebutuhan kayu bagi keperluan domestik dan global. Jabon merah merupakan salah satu jenis unggulan yang dapat dikembangkan melalui hutan tanaman industri maupun hutan rakyat akan tetapi teknik silvikulturnya masih terbatas sehingga perlu untuk dikembangkan.

Jabon merah merupakan pohon yang memilik pertumbuhan yang termasuk cepat dibandingkan dengan jenis-jenis pohon lainnya. Jabon merah memiliki keunggulan dibandingkan dengan jabon putih yaitu kayunya lebih keras, jika dibandingkan dengan sengon jabon lebih tahan terhadap hama dan penyakit. Agar menghasilkan jabon yang berkualitas dengan pertumbuhan yang cepat serta tinggi batang bebas cabang yang baik, maka diperlukan juga bibit yang baik. Untuk memperoleh bibit jabon yang baik maka diperlukan pemberian pupuk yang merupakan bagian dari proses pemeliharaan.

Pemupukan pada bibit jabon sangat diperlukan untuk mempercepat pertumbuhan serta meningkatkan kualitas bibit, salah satu pupuk yang dapat digunakan adalah pupuk daun. Pemberian pupuk daun dapat menunjang pemberian pupuk akar. Pemberian pupuk lewat daun mempunyai beberapa keuntungan seperti cepat dan mudah diserap oleh tanaman, kandungan unsur haranya lengkap dan tidak merusak struktur tanah serta berperan dalam pertumbuhan vegetatif. Agar diperoleh hasil yang baik, maka perlu digunakan dosis pupuk yang tepat, sesuai dengan kebutuhan tanaman, oleh karena itu sangat perlu untuk dilaksanakannya penelitian mengenai pengaruh pemberian pupuk daun terhadap pertumbuhan bibit jabon dengan dosis atau konsentrasi yang berbeda.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk daun Gandasil-D terhadap pertumbuhan bibit Jabon merah.

1.3 Manfaat

Diharapkan data hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan dalam penyediaan bibit jabon yang berkualitas.

II. Tinjauan Pustaka

2.1 Botani

Tanaman jabon termasuk kedalam suku kopi-kopian. Tanaman jabon merah merupakan salah satu jenis tanaman hutan yang pertumbuhannya sangat cepat dan mampu tumbuh di hutan tropis dengan ketinggan maksimum 1.000 meter diatas permukaan laut (Mulyana, Asmarahan dan Fahmi, 2011). Tanaman ini menyukai daerah yang banyak mengandung air (lembab), seperti di tepi sungai atau rawa.

2.1.1 Klasifikasi Jabon Merah

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Class : Magnoliopsida (berkeping dua)

Ordo : Rubiales

Family : Rubiaceae (suku kopi-kopian)

Genus : Anthocephalus

Spesies : Anthocephalus macrophyllus Havil

2.1.2 Penyebaran Jabon Merah

Penyebaran alami dari jabon merah di Indonesia hanya berada di daerah Maluku, sebagian Sulawesi dan Papua yang dikenal dengan sebutan samama. Sementara itu, penyebaran jabon merah di luar Indonesia tersebar merata mulai dari India, Nepal, Bengal, Vietnam, Assam, Ceylon, Thailand, Semenanjung, Malaya, Serawak, Sabah, Filipina, Cina, Australia dan Papua Nugini (Mulyana, Asmarahan dan Fahmi. 2011).

2.1.3 Karakter Fisik Jabon Merah

a. Batang

Jabon merah dapat tumbuh tinggi mencapai 40-45 m, dengan tinggi bebas cabang kurang lebih 30 m diatas permukaan tanah dan diameter batang setinggi dada (DBH) dapat mencapai 50-60 cm pada umur 5-6 tahun (Mulyana, Asmarahan dan Fahmi, 2011).

Batang jabon merah berwarna merah kehitaman. Warna kayunya kemerah-merahanan dan bertekstur halus. Kekerasan batang jabon termasuk kelas keras II dan kelas awet III dengan warna serat kayu semu merah.

b. Daun

Daun jabon merupakan daun tunggal, permukaan daun berbulu dengan arah duduk daun pada batang saling berhadapan, ukuran panjang daun dapat mencapai 15-50 cm dan lebar daun 8-25 cm (Mansur, 2010). Daun berbentuk lonjong dan lancip dengan tulang daun berwarna merah dan memiliki daun penumpu. Kuncup daun muda berbentuk kelopak.

c. Buah

Warna buah cokelat muda kemerah-merahan berdiameter 3-4 cm. Biji jabon merah berukuran 0.3-0.4 mm lebih besar dibandingkan dengan jabon putih, berwana coklat kemerahan.

2.2 Keunggulan Jabon Merah

· Kemampuan untuk meminimalkan bahaya erosi.

· Mampu menghasilkan oksigen.

· Dapat dibuat papan dengan standar pasar Timur Tengah, Korea Selatan, Eropa dan Amerika.

· Jabon merah memiliki kualitas kayu yang lebih baik dibandingkan dengan kualitas kayu sengon.

· Tekstur kayu jabon merah relatif halus dan arah serat kayunya lurus, kayunya kuat sekuat kayu meranti dan awet (Mulyana, Asmarahan dan Fahmi. 2011).

2.3 Media Tumbuh

2.3.1 Tanah

Tanah sebagai media tumbuh tanaman didefinisikan sebagai lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh berkembangnya perakaran penompang tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara secara kimiawi berfungsi sebagai penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl, dan lain-lain) dan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berperan dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh dan proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomasa dan produksi baik tanaman pangan, obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan (Hardjowigeno, 2007). Atas dasar definisi ini maka tanah sebagai media tumbuh mempunyai fungsi utama, yaitu :

1. Tanah sebagai tempat tumbuhnya trubus (bagian atas) tanaman dan berkembangnya perakaran.

2. Menyediakan air dan sebagai tempat penampung (reservoir) air.

3. Menyediakan udara untuk respirasi (pernafasan) akar.

4. Menyediakan zat-zat yang diperlukan oleh tanaman untuk melakukan aktivitas metabolismenya.

2.3.2 Pasir

Pasir merupakan salah satu partikel penyusun tanah. Pasir memiliki tekstur yang kasar dan ringan daya menahan airnya rendah. Pasir memiliki aerasi dan drainase yang baik tetapi memiliki kandungan unsur hara dan bahan organik yang rendah. Tanah berpasir memiliki ruang pori-pori yang lebih dominan sehingga dapat menciptakan sirkulasi udara yang baik di dalam tanah dan air dengan mudah dapat diresap oleh tanah (Sopardi, 1983).

2.3.3 Pupuk Kandang (kotoran ayam)

Pupuk kandang merupakan salah satu jenis dari pupuk alam, yang memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pupuk alam yang lainnya antara lain:

1) merupakan humus yang dapat menjaga atau mempertahankan struktur tanah,

2) sebagai sumber hara N, P, dan K yang amat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman,

3) menaikkan daya menahan air,

4) banyak mengandung mikroorganisme yang dapat mensintesa senyawa-senyawa tertentu sehingga berguna bagi tanaman.

Penambahan pupuk kandang ke dalam tanah dapat menjaga stabilitas agregat tanah dan pori-pori makro yang dibutuhkan untuk infiltrasi sehingga mengurangi run off dan erosi. Dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya kotoran ayam lebih banyak mengandung unsur hara (Hardjowigeno,1995).

2.4 Defenisi Pupuk

Pupuk adalah hara tanaman yang ada dalam tanah, atmosfer, dan dalam kotoran hewan secara alami. Namun hara yang ada itu tidak selalu tersedia dalam bentuk siap digunakan tanaman atau jumlahnya tidak mencukupi, jadi harus ditambahkan dengan penggunaan pupuk, untuk membantu sekaligus meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Pupuk dapat digolongkan dalam dua kategori, organik dan anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan mahkluk hidup atau mahkluk hidup yang sudah mati, meliputi kotoran hewan, kompos dan berbagai produk antara dari organisme hidup. Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari sumber-sumber yang bukan berasal dari mahkluk hidup dan sebagian besar adalah buatan manusia. Pupuk anorganik dan pupuk organik mengandung unsur-unsur yang sama, tetapi pupuk anorganik memiliki reaksi yang lebih cepat dibandingkan dengan pupuk organik (Sumekto, 2006).

2.5 Peranan Pupuk Untuk Tanaman

Hara terdiri atas minimal 16 unsur hara esensial (N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl, Na, Mo, Si, H). Unsur digolongkan esensial apabila ketidakhadiran unsur tersebut membuat tanaman tidak dapat menyelesaikan hidupnya. Unsur-unsur esensial berada dalam tanah dalam keadaan tidak seimbang, sesuia dengan jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman.

Kadang terjadi kekurangan unsur hara yang menyebabkan tanah menjadi kurang subur, oleh karena itu perlu ditambahkan hara dalam bentuk pupuk. Kadar unsur mikro dalam tanah dapat berkurang drastis sejalan dengan pengambilan unsur tersebut dari tanaman tanpa dikembalikan kembali ke dalam tanah. Demikian pula pada unsur makro, sebagian tanah biasanya kekurangan satu atau dua unsur makro. Pupuk daun dapat mengatasi ketidakseimbangan hara mikro dan dapat melengkapi kekurangan hara makro dari pupuk yang diberikan melalui akar (Sumekto, 2006).

2.6 Pupuk Daun

Pupuk daun adalah setiap zat yang diberikan dalam bentuk cair pada daun. Nitrogen, fosfor dan kalium dikombinasikan menjadi satu. Unsur-unsur tersebut berbentuk cair dan mudah larut, sehingga sangat mudah untuk diserap oleh tanaman.

Pupuk daun berbeda dengan pupuk yang diberikan melalui akar. Pupuk padat yang diberikan ketanah dalam bentuk bubuk atau butiran harus dilarutkan terlabih dahulu oleh air hujan agar dapat diserap oleh tanaman, sedangkan pupuk daun yang disemprotkan melalui daun dapat dengan mudah untuk diserap oleh tanaman. Pupuk daun tidak hanya mengandung NPK, tapi semua unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh tanaman (Sumekto, 2006).

2.7 Kelebihan Pupuk Daun

Penyerapan hara yang diberikan melalui daun lebih cepat diserap oleh tanaman dibandingkan dengan pupuk yang diberikan melalui akar, meningkatkan pertumbuhan tanaman serta menghindarkan tanah dari kerusakan dan menguatkan jaringan tanaman yang lemah (Sumekto, 2006)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama dua bulan, pada bulan Mei-Juli. Tempat penelitian berlokasi di Greenhouse, Program Studi Kehutanan, lingkungan kampus, Kelurahan Kleak lingkungan II, Kec. Malalayang I Manado.

3.2 Alat dan Bahan

a. Alat :

1. Mistar (60 cm)

2. Caliper/jangka sorong

3. Lidi (sebagai patokan untuk mengukur tinggi, dan diameter jabon merah)

4. Alat tulis menulis

5. Tipex (pemberian label)

6. Timbangan Analitic

7. Kamera digital

8. Sekop

9. Sprayer 1 lt

10. Polibag berukuran 22 x 25 cm (162 lembar)

b. Bahan :

1. Tanah

2. Pasir

3. Pupuk kandang (kotoran ayam)

4. Pupuk NPK

5. Pupuk Gandasil-D.

6. Air

7. Bibit jabon merah

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode experiment dengan percobaan di greenhouse. Rancangan percobaan yang akan digunakan dalam penelitioan ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari 25 satuan percobaan yang diacak secara lengkap. Dalam 25 satuan percobaan ini terdapat 5 perlakuan, pada setiap perlakuan terdapat 5 ulangan dan didalam setiap ulangan terdapat 6 tanaman. Total tanaman yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 150 tanaman dengan cadangan sebanyak 12 tanaman, total keseluruhan sebanyak 162 tanaman. Dalam setiap unit pengamatan akan diamati 2 tanaman total tanaman yang akan diamati sebanyak 50 tanaman.

Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemberian pupuk daun yang disemprotkan pada daun jabon dengan dosis yang berbeda.

1) Pada perlakuan A sebagai control, dosis 0 gr/liter air.

2) Pada perlakuan B diberikan pupuk dengan dosis 0,5 gr/liter air.

3) Pada perlakuan C diberikan pupuk dengan dosis 1 gr/liter air.

4) Pada perlakuan D diberikan pupuk dengan dosis 1,5 gr/liter air.

5) Pada perlakuan E diberikan pupuk dengan dosis 2 gr/liter air.

Variabel yang diamati :

· Tinggi

· Diameter batang (3 cm dari pangkal)

· Jumlah daun

· Luas daun

Untuk menentukan luas daun akan menggunakan metode Gravimetri, dengan rumus : (berat replika daun : berat kertas ukuran 10 x 10 cm2) x bidang kertas 100 cm2.

3.4 Analisis Data

Data yang diperoleh dari variabel yang diamati yaitu tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun akan dianalisis menggunakan analisis keragaman (Analisis of varians) pada taraf nyata 5%, untuk melihat pengaruh dosis tertentu terhadap pertumbuhan vegetative dari bibit jabon merah. Apabila hasilnya signifikan maka analisis akan dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil).

3.5 Prosedur Penelitian

1) Penyiapan media tanam

Tanah, pasir dan pupuk kandang (kotoran ayam), dijemur terlebih dahulu, selama seminggu sebelum dilakukan pencampuran. Tujuan penjemuran dilakukan untuk menghentikan aktifitas serangga dan bakteri.

2) Komposisi media tanam

Media tanam yang akan dicampurkan yaitu tanah, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 7:2:1. Pencampuran dilakukan dengan menggunakan sekop, kemudian dimasukkan kedalam polibag berukuran 22 x 25 cm, sebanyak 162 lembar.

3) Pemilihan bibit

Bibit yang digunakan dalam penelitian ini berumur 4 bulan, kriteria pemilihan bibit memiliki tinggi yang relatif sama

4) Transplanting

Pemindahan bibit dari polibag yang berukuran 10 x 15 cm ke polibag yangh berukuran lebih besar 22 x 25 cm.

5) Pemberian label

Pemberian label bertujuan untuk membedakan suatu jenis perlakuan dengan dosis tertentu dalam satuan pengamatan.

6) Penempatan bibit

Bibit ditempatkan di lokasi yang sudah disediakan didalam rumah kaca. Penempatan bibit akan diacak secara lengkap dengan cara diundi. Jarak antar tanaman di dalam setiap satuan percobaan adalah 30 x 30 cm, dan jarak atara setiap satuan percobaan adalah 40 cm, penentuan jarak sangat diperlukan agar tanaman tidak saling menaungi.

7) Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan cara menyemprotkan Dettin-45 (insektisida) dengan konsentrasi 0,5 gram/liter air disemprotkan keseluruh tanaman jabon, menggunakan sprayer. Penyemprotan dilakukan apabila ada indikasi gejala hama.

8) Pengambilan data

Pengambilan data awal dilakukan setelah bibit jabon merah berumur 1 minggu di lokasi penelitian dan 1 hari sebelum pemberian pupuk daun. Pengamatan selanjutnya dilakukan seminggu sekali. Peralatan yang digunakan dalam pengambilan data adalah mistar dan jangka sorong.

1. Pengukuran Tinggi bibit

Untuk mengukur tinggi pengukuran dilakukan dari atas tanah sampai letak duduk daun terakhir.

2. Pengukuran Diameter Bibit

Untuk mengukur diameter batang pada bibit jabon pengukuran dilakukan 3 cm diatas tanah, pengukuran diameter dilakukan dengan mengunakan arah dari timur ke barat (arah kanan) dan barat ke timur (arah kiri) agar pengukuran konsisten.

3. Jumlah daun

Jumlah daun dihitung dari daun pertama yang berada didekat pangkal hingga duduk daun terakhir (daun sempurna). Kuncup daun muda tidak termasuk dalam hitungan.

4. Luas Daun

Pengukuran luas daun menggunakan metode gravimetrik. Metode ini menggunakan timbangan analitik, dengan cara daun digambar diatas kertas menggunakan kertas folio bergaris sehingga berbentuk pola daun yang akan menjadi replika dari daun, replika daun tersebut kemudian digunting sesuai dengan pola daun dan ditimbang, berat dari replika sampel daun yang diperoleh dibagi dengan berat kertas 100 cm2 dan dikalikan dengan 100 cm2 akan diperoleh rumus = (berat replika daun : berat kertas 100 cm2) x bidang kertas 100 cm2, maka akan diperoleh hasil dari luas daun.

Pengambilan data dari variabel yang diamati berupa tinggi, diameter batang dan jumlah daun dilakukan setiap minggu sekali dengan interval waktu yang sama selama 2 bulan, dengan pengambilan data sebanyak 8 kali. Luas daun akan diamati pada akhir penelitian untuk membandingkan luas daun dari setiap perlakuan yang diteliti.

9) Pemberian pupuk daun

Pemberian pupuk daun yang efisien diberikan pada pagi hari antara jam 7.00-9.00. Pupuk disemprotkan pada permukaan daun dan bagian bawah permukaan daun, pemberian pupuk daun pada jabon merah dilakukan setiap minggu dengan interval waktu yang sama, selama dua bulan. Pemberian pupuk daun diberikan dengan dosis yang berbeda.

· Pada perlakuan A sebagai kontrol dosis 0 gr/liter air.

· Pada perlakuan B diberikan pupuk dengan dosis 0,5 gr/liter air.

· Pada perlakuan C diberikan pupuk dengan dosis 1 gr/liter air.

· Pada perlakuan D diberikan pupuk dengan dosis 1,5 gr/liter air.

· Pada perlakuan E diberikan pupuk dengan dosis 2 gr/liter air.

10) Analisis Data

Data dari variabel pengamatan yang diperoleh berupa tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun dan luas daun akan dianalisis secara stastistik menggunakan aplikasi microsoft excel.

DAFTAR PUSTAKA

Mansur, I. dan F. Tuheteri. 2010. Morfologi dan Ciri Umum (24 h). A. anggara dan suripprayugo. Kayu Jabon. Penebar Swadaya. Jakarta. 123 h.

Mansur, I. dan Surahman 2011. Respon Tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba) terhadap Pemupukan Lanjutan (NPK). Jurnal Silvikultur Tropika. Vol. 3 (1): 71-77.

Ruhendi, S. dan E. Putra. 2011. Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel dari Batang dan Cabang Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.). Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan. Vol. 4 (1): 14-21.

Sanyoto, J. 2011. Tanaman Perkebunan dan Kehutanan. http://www.jabonjawa. com /2011/05/ciri-ciri-khas-jabon-merahsamama.html. tanggal akses 06 Mei 2011.

Mulyana, D.; C. Asmarahan, dan I. Fahmi. 2011. Panduan Lengkap Bisnis dan Bertanam Kayu Jabon. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. 142 h

Samekto, R. 2006. Pupuk Daun. PT Citra Aji Parama. Yogyakarta. 44 h

Hardjowigeno, S. 2007. BAB I Pendahuluan (1-7 h). Ilmu Tanah. Akademik Presindo. Jakarta. 288 h

Arsyad, S. 2010. Sifat dan Fungsi Tanah (1-2 h). Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. 472 h

Sutedjo, M. 1991. Pengertian Tentang Tanah. Tanah Mineral dan Tanah Organik (22-26). Pengantar Ilmu Tanah Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian, Rineka Cipta.Jakarta. 152 h

Posting Komentar untuk "Contoh Proposal Penelitian Aplikasi Pupuk Daun Gandasil D Terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon Merah "