Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Studi Kritis Filsafat Islam dan Barat

Mengapa Manusia berfilsafat.?

Pertanyaan tersebut diatas menjadi basis dan titik awal manusia berfilsafat.Dalam kaitan ini perlu dijelaskan bahwa sepanjang sejarah kefilsafatan di kalangan filsuf terdapat tiga hal yang mendorong manusia berfilsafat yaitu kekaguman atau keheranan,keraguan atau kesangsian dan kesadaran akan keterbatasan.

Pada umumnya seorang filsuf mulai berfilsafat karena adanya rasa kagum atau adanya rasa heran dalam pikiran filsafat itu sendiri. Dalam hal ini dialami oleh plato yang menyatakan”mata kita memberi pengamatan bintang-bintang,matahari dan langit. Pengamatan ini memberikan dorongan kepada kita untuk penyelidikan ini berasal filsafat. Agustinus dan Rene Descartes memulai berfilsafat bukan dari kekaguman atau keheranan akan tetapi mereka berfilsafat mulai dari keraguan atau kesangsian sebagai sumber utama filsafat. Manusia heran tapi kemudian dia ragu-ragu. Apakah ia tidak ditipu oleh panca indranya yang sedang heran.

Rasa heran dan meragukan ini mendorong manusia nuntuk berpikir lebih mendalam,menyeluruh dan kritis untuk memperoleh kepastian dan kebenaran yang hakiki. Berpikir secara mendalam,menyeluruh dan kritis seperti ini disebut berfilsafat.

Berfilsafat dapat pula bermula dari adanya suatu kesadaran akan keterbatasan pada diri manusia. Berfilsafat kadang-kadang dimulai apabila manusia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama dalam menghadapi kejadian-kejadian alam. Apabila seseorang merasa,bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan atau kegagalan, maka dengan adanya kesadaran akan keterbatasan dirinya tadi manusia mulai berfilsafat. ilsafat pra-sokrates ditandai oleh usaha mencari asal segala sesuatu "arche". Tidakkah di balik keanekaragaman realitas di alam semesta itu hanya ada satu azas? Thales mengusulkan: air, Anaximandros: yang tak terbatas, Empedokles: api-udara-tanah-air. Herakleitos mengajar bahwa segala sesuatu mengalir (selalu berubah), sedang Parmenides mengatakan bahwa kenyataan justru sama sekali tak berubah. Namun tetap menjadi pertanyaan: bagaimana yang satu itu muncul dalam bentuk yang banyak, dan bagaimana yang banyak itu sebenarnya hanya satu, Pythagoras (580-500 SM) dikenal oleh sekolah yang didirikannya untuk merenungkan hal itu. Democritus (460-370 SM) dikenal oleh konsepnya tentang atom sebagai basis untuk menerangkannya juga. Zeno (lahir 490 SM) berhasil mengembangkan metode reductio ad absurdum untuk meraih kesimpulan yang benar.

Segera setelah kata “filsafat” disebut,terbayanghlah permainan kata-kata sulit yang ruwet dan kadang-kadang absurd mengada-ngada hanya untuk berbicara tentang soal-soal yang tidak jelas kegunaanya. Paling bagus,orang akan menganggapnya sebagai ilmu tinggi yang hanya di pahami yang hanya di pahami oleh segelintir orang yang memiliki selera agak aneh,padahal kenyataanya filsafat adalah ilmu kandung perkembangan paradigma atau pandangan dunia yang disadari atau tidak selalu mendasari perkembangan ilmu-ilmu. Di dalam filasafatlah konsep-konsep seperti Tuhan,keadilan,kebebasan,kebahagiaan, dan berbagai konsep lain yang sentral bagi kehidupan manusia dierbinjangkan dan dirumuskan.

Agama adalah suatu berbasis Ilahia yang bedasarkan wahyu dari Tuhan (teks Tuhan) dan dituangkan dalam kitab-kitab yang dibawah oleh para nabi. Sedangkan filsafat sesuatu yang berbasis intelektulnya adalah akal. Akan sedikit berbenturan jika agama yang nota benenya berdasarkan teks Tuhan dan filsafat yang berbasis akal disatukan karena orang yang menggunakan akal pada waktu itu tidak menjadikan teks Tuhan sebagai pedoman hidup.

Filsafat Barat


Dilihat dari pendekatan historis, ilmu filsafat dipahami melalui sejarah perkembangan pemikiran filsafat. Menurut catatan sejarah, filsafat Barat bermula di Yunani. Bangsa Yunani mulai mempergunakan akal ketika mempertanyakan mitos yang berkembang di masyarakat sekitar abad VI SM. Perkembangan pemikiran ini menandai usaha manusia untuk mempergunakan akal dalam memahami segala sesuatu. Pemikiran Yunani sebagai embrio filsafat Barat berkembang menjadi titik tolak pemikiran Barat abad pertengahan, modern dan masa berikutnya. Di samping menempatkan filsafat sebagai sumber pengetahuan,Barat juga menjadikan agama sebagai pedoman hidup, meskipun memang harus diakui bahwa hubungan filsafat dan agama mengalami pasang surut. Pada abad pertengahan misalnya dunia Barat didom inasi oleh dogm atism egereja (agama), tetapi abad modern seakan terjadi pembalasan Akibatnya, Barat mengalami kekeringan spiritualisme. Namun selanjutnya, Barat kembali melirik kepada peranan agama agar kehidupan mereka kembali memiliki makna.

Yunani Kuno

Bangsa Yunani merupakan bangsa yang pertama kali berusaha menggunakan akal untuk berpikir. Kegemaran bangsa Yunani merantau secara tidak langsung menjadi sebab meluasnya tradisi berpikir bebas yang dim iliki bangsa Yunani.

Kebebasan berpikir bangsa Yunani disebabkan di Yunani sebelumnya tidak pernah ada agama yang didasarkan pada kitab suci. Keadaan tersebut jelas berbeda dengan Mesir, Persia, dan India. Sedangkan Livingstone berpendapat bahwa adanya kebebasan berpikir bangsa Yunani dikarenakan kebebasan mereka dari agama dan politik secara bersamaan. terhadap agama. Peran agama dimasa modern digantikan ilmu-ilmu positif Pada masa Yunani kuno, filsafat secara umum sangat dominan, meski harus diakui bahwa agama masih kelihatan memainkan peran. Hal ini terjadi pada tahap permulaan, yaitu pada masa Thales (640-545 SM ).

Demikian juga Phitagoras (572-500 SM ) belum murni rasional. Pada masa Yunani Klasik, pertanyaan-pertanyaan yang berkembang adalah pertanyaan yang berhubungan alam semesta. Ini berangkat dari kekaguman manusia terhadap hal-hal yang ada di sekitarnya. Sebagai contoh, ketika manusia melihat segala sesuatu yang ada di sekeliling mereka, muncul pertanyaan-pertanyaan mengenai segala sesuatu itu. Begitupun para filsuf zaman Yunani klasik ini. Mereka mempertanyakan hakikat kehidupan ini. Sebagai contoh, Thales, salah seorang filsuf yang hidup pada masa itu, mendapatkan kesimpulan bahwa penyebab pertama kehidupan adalah air karena ia melihat adanya kehidupan ini karena ada air.

Kelahiran Filsafat Islam

Islam adalah agama yang berdasarkan Ilahiah dan bukan hanya berdasarkan akal semata. Pada awalnya Islam belum mengenal apa yang namanya filsafat. Para kaum muslimin pada awal hijrah keyunani dan bertemu dengan para filosof barat. Pertemuan itu terjadi dialektika sehinnga umat islam juga pada saat itu sudah mengetahui filsafat. Namun Orang Islam pada saat itu menggunakannya untuk memikirkan sesuatu dari dalam diri keluar atau kerealitas tetapi seiring berjalanya waktu,mereka menggunakan filsafat untuk memahami diri mereka sendiri sehingga lahirnya filsafat Islam.

Terdapat Kontroversi antara Imam Al-Gazali dan para filosof lainya.Al Gazali mengatakan bahwa Tuhan adalah segala-galanya dan Tuhan berkehendak atas keinginanya sendiri dan siapa yang belajar filsafat maka dia adala orang tidak percaya akan Tuhan. Padahal bila dipikirkan secara radikal bahwa memang Tuhan adalah segala-galanya tapi untuk mempelajari kitab atau teks Tuhan harus menggunakan akal.

Jadi dapat disimpulkan bahwa filsafat Islam lahir dari perselingkuhan atau ramantisme antara hasil pemikiran Barat yang berbasis rasionalitas dan pemikiran umat islam yang Ilahiah atau berdasarkan Tuhan. Filsafat bukanlah anak haram Islam tapi filsafat adalah anak kandung Islam yang lahir dari risalah kenabian.

Meneropong pemikiran Rasionalisme dan Ilahia

Para pemikiran barat yang menganut basic Rasionalisme membaca realitas dengan menggunakan akal dengan menghilangkan keilahian(ketuhanan) mereka dengan begitu mereka dapat memahami realitas mereka dan nyaman. Mereka dapat menciptakan kesetaraan,kebersamaan, dan kesejahteraan. Sebaliknya kekerasan,ketidak adilan,ketidak sejahteraan, malah terjadi pada orang-orang yang berdasarkan agama(Ilahia).Jadi ini merupakan bahan motivasi buat kita semua agar dapat membaca realitas disekitar kita agar dapat menjaga dan menampilan karakteristik sebagai manusia yang beragama.

Buku Referensi :

Bagir,haidir.2005.buku saku filsafat islam,Bandung : Arazi misan pustaka

Sudarsono,2008.Ilmun filsafat suatu pengantar,Jakarta : Rineka cipta

Posting Komentar untuk "Studi Kritis Filsafat Islam dan Barat"