Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Tentang Kesadaran Lingkungan Hidup

Kesadaran tentang lingkungan hidup menyangkut kesadaran akan betapa pentingnya lingkungan hidup dalam menunjang kwalitas hidup sangat di perlukan demi terciptanya lingkungan hidup yang harmonis dan lestari lewat tindakan-tindakan yang positif.

Hasil penelitian teoritik tentang kesadaran lingkungan hidup dari Noelaka (1991), menyatakan bahwa kesadaran adalah keadaan tergugahnya jiwa terhadap sesuatu, dalam hal ini terhadap lingkungan hidup dan terlihat pada perilaku dan tindakan masing-masing individu. Husserl yang dikutip Brauwer (1986), menyatakan bahwa kesadaran adalah pikiran sadar (pengetahuan) yang mengatur akal, hidup wujud yang sadar, bagian dari sikap/perilaku yang di lukiskan sebagai gejala dalam alam dan harus dijelaskan berdasarkan prinsip sebab musabab.

Daniel Chiras 1985 dan 1991) menyatakan bahwa dasar penyebab kesadaran lingkungan adalah etika lingkungan. Etika lingkungan yang sampai sekarang masih berlaku adalah etika lingkungan yang didasarkan pada sisitem nilai yang mendudukan manusia bukan bagian dari alam tetapi manusia sebagai pengatur dan penakluk alam. Sistem nilai ini timbul dari sifat dasar manusia sebagai makhluk biologis. Setiap makhluk biologis memiliki sifat dasar “biological imperialisme” , sifat yang mau makan untuk hidup bagi dirinya sendiri dan bagi keturunannya sehingga tumbuh menjadi sikap “anthopocentric”, semuannya berpusat pada diri sendir.

Kesadaran Lingkungan menurut M.T Zen (1985) adalah usaha melibatkan setiap warga negara dalam menumbuhkan dan membina kesadaran untuk melestarikan lingkungan berdasarkan tata nilai, yaitu tata nilai pada lingkungan itu sendiri dengan filsafat hidup secara damai dengan alam lingkungannya.

Menurut Emil Salim (1982) Kesadaran Lingkungan adalah upaya untuk menumbuhkan kesadaran agar tidak hanya tahu tentang sampah, pencemaran, penghijauan dan perlindungan satwa langka, tetapi lebih dari pada itu semua membangkitkan kesadaran lingkungan manusia Indonesia khususnya pemuda masa kini untuk mencintai tanah dan air untuk membangun tanah air Indonesia yang adil, makmur serta utuh lestari. Selanjutnya dikatakan bahwa sadar lingkungan ini mendorong pribadi manusia untuk hidup serasi dengan alam dan dengan begitu menumbuhkan rasa religi dan gandrung akan kasih Allah yang sesungguhnya tertulis pada alam dan isi bumi ini.

Menurut Joseph Murphy (1988), Kesadaran ialah siuman atau sadar akan tingkah lakunya yaitu pikaran sadar yang mengatur akal dan dapat menentukan pilihan terhadap yang diingini misalnya bail-buruk, indah-jelek dan sebagainya. Poedjawijatna (1986), menyatakan bahwa kesadaran adalah sadar berdasarkan pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang tergugahnya jiwa terhadap sesuatu, sadar dan tahu itu sama. Selanjutnya dia menyatakan bahwa manusia dinilai oleh manusia lain melalui tindakannya.

Sigmund Freud yang dikutip Monowito (1985), menyatakan bahwa keadaan manusia dalam sadar itu dapat dinamakan kesadaran atau dapat dibalik bahwa kesadaran ialah keadaan manusia dalam sadar/siuman dan manusia dalam sadar itu dapat menginsyafi kesadarannya. Untuk menginsyafi kesadarannya maka pertama ia menyadari diri sendiri dan kedua ia menyadari dunia luar. Selanjutnya ia menyadari ruang dan waktu. Ia menginsyafi dimanakah ia berada di situ..? Kecakapan menyadari ruang dan waktu menyebabkan seseorang berorientasi ke dunia luar, meninjau keadaan di sekitarnya. Adapun manusia dalam sadar itu dapat mempergunakan akal jiwanya apabila ia waras, normal serta jiwanya tidak di pusatkan pada suatu hal yang meliputi seluruh perhatiannya, demikianlah manusia dalam sadar.

Tipe Interaksi Antara Spesies

Secara ekologis semua spesies melakukan interaksi antara sesama baik dalam popukasi maupun komunitas di lingkungan sekitar, interaksi tersebut bersifat positif dan negatif dalam kesatuan ekologis. Secara teori, anggota-anggota populasi saling berinteraksi satu dengan yang lainya dan membentuk interaksi yang positif, negatif, nol, atau atau kombinasi yang bentuk interaksi itu dapat dibagi menjadi sembilan tipe, yaitu neutralisme, kompetisi (tipe gangguan langsung), kompetisi (tipe penggunaan sumber daya), amensalisme, parasitisme, predasi (pemangsaan), komensalisme, protokooperasi dan mutualisme (Odom, 1993 ; Gopal dan Bhardwaj, 1997).

Neutralisme, yaitu interaksi antar dua atau lebih spesies yang masing-masing tidak terpengaruh oleh adanya asosiasi. Tipe interaksi neutralisme diberi lambang (00).

Kompetisi (tipe gangguan langsung), yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang masing-masing langsung saling menghalangi secara aktif. Tipe interaksi gangguan langsung diberi lambang (- -).

Kompetisi (tipe penggunaan sumber daya alam), yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies dalam menggunakan sumber daya alam yang persediannya berada dalam kondisi kekurangan. Dalam interaksi tersebut, masing-masing spesies berpengaruh saling merugikan yang lain dalam perjuangannya untuk memperoleh sumber daya alam. Tipe interaksi kompetisi sumber daya alam diberi lambang (- -)

Amensalisme, yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang berakibat salah satu pihak dirugikan (mendapat rintangan), sedangkan pihak lainnya tidak terpengaruh oleh adanya asosiasi. Tipe interaksi amensalisme diberi lambang (- 0 )

Parasitisme, yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang berakibat salah satu pihak (inang ) di rugikan, sedangkan pihak lainnya (parasit) beruntung. Tipe interaksi parasitisme diberi lambang (- + )

Predasi atau pemangsaan, yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang salah satu pihak (prey atau organisme yang di mangsa) dirugikan, sedangkan pihak lainnya (predator atau organisme yang memangsa) beruntung. Tipe interaksi predasi diberi lambang (- +)

Komensalisme, yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang salah satu pihak beruntung, sedangkan pihak lainnya tidak terpengaruh oleh adanya asosiasi. Tipe interaksi komensalisme diberi lambang (+ 0)

Protokooperasi, yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang masing-masing saling memperoleh keuntungan adanya asosiasi, tetapi asosiasi yang terjadi tidak merupakan keharusan. Tipe interaksi protokooperasi diberi lambang ( + + )

Mutualisme, yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang masing-masing saling memperoleh keuntungan adanya asosiasi dan perlu dicatat bahwa masing-masing spesies memang saling membutuhkan dan merupakan suatu keharusan untuk berasosiasi. Tipe interaksi protokooperasi diberi lambang ( + +)

Bermacam-macam tipe interaksi itu yang disebut dengan simbiosis pada kenyataanya meliputi interaksi mutualisme, parasitisme dan komensalisme (Henry, 1966 dalam Gopal dan Bhardwaj, 1979)

Itulah sembilan tipe interaksi yang terjadi dalam lingkungan ekologis, kadang kita melihat secara langsung berbagai macam bentuk interkasi antara mahkluk hidup yang terjadi di sekitar kita namun pada dasarnya ada pembagian atau klasifikasi dalam hal interaksi tersebut baik hewan maupun manusia sendiri.

Itulah yang membedakan antara manusia dan hewan, manusia dengan kapasitas akal kita sehingga dibuat aturan yang mengatur hal itu agar bentuk interaksi lebih mengarah ke tipe Mutualisme atau saling menguntungkan satu sama lain. Berbeda dengan hewan atau binatang yang membuat aturan mereka sendiri berdasarkan keinginan atau naluri sehingga yang terlihat di alam adalah siapa yang kuat maka dia yang bertahan, masing bisa menjadi predator dan bisa menjadi Prey atau dimangsa.

Semoga tulisan ini dapat menambah pengetahuan kita tentang hubungan interaksi antara spesies yang terjadi alam dan di lingkungan sekitar kita.

Buku Referensi :

Neolaka, A . 2008. Kesadaran Lingkungan . Rineka Cipta. Jakarta.

Indriyanto.2006.Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.

Posting Komentar untuk "Pengertian Tentang Kesadaran Lingkungan Hidup"