Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kebebasan Dengan Sentuhan Moralitas

Kita sebagai generasi penerus bangsa dan pelaku peradaban dituntut untuk dapat memahami dan memyeimbangi antara kebebasan dan moralitas dalam skala universal dan dilandaskan keselektifan dalam menoropong realitas kontemporer yang bernafasakan Islam. Kebebasan dalam dunia barat sangat berbeda jauh dengan paham kebebasan dalam rana keinidonesian.

Contoh kebebasanya bangsa barat adalah mereka mnghalakan segala cara untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Seperti yang terjadi dalam suatu keluarga yang memiliki anak gadis, ironisnya pihak dari oarang tua si anaklah yang membelikan alat kontrasepsi atau obat untuk menjaga anaknya supaya tidak hamil hal ini dilakukan oleh orang tua karena menghargai kebebasan yang dimiliki anaknya dan tidak bisa memaksanya untuk berbuat ini dan itu, itulah kebebasan dalam versi dunia barat.

Pertanyaanya adalah apakah hal itu dapat ditarik ke rana keindonesian sebagai kebebasan yang membangun moralitas, dan apakah moralitas itu ada pada kebebasan...?

Tanpa disadari gaya kehidupan orang barat memang sudah banyak diserap oleh rakyat Indonesia melalui perkembangan teknologi di dunia modern sekarang ini dan sangat cenderung pada pemuda dan pemudi, terkadang kehidupan dan kebebasan di cocok-cocokan dengan kehidupan dan kebebasan bangsa Indonesia. Banyak yang beranggapan bahwa tidak ada kebebasan antara paham kebebasan Barat dan paham versi kebebasan Indonesia.

Semua dapat terlihat dari gaya hidup. Ketika misalnya, ketika artis atau penyanyi Amerika pentas di atas panggung dengan menggunakan pakaian yang seksi, maka banyak juga artis yang melakukan hal yang sama. Ketika artis Amerika berciuman dimana saja, dijalan, di panggung tanpa menghiraukan orang lain di sekitarnya, Artis Indonesia pun tidak ketinggalan dengan hal-hal semacam begitu bahkan sekarang sydah mulai merambat ke masyarakat umum. Itu pun sudah dibenarkan oleh publik “pecinta selebriti” bahkan para penggemar selebriti pun terpengaruh dengan penampilan figur artis tersebut.

Banyak yang bertindak, berbuat, bukan karena ikatan yang berlandaskan keagamaan dan budaya bangsa kita kita melainkan atas berdasarkan ikatan dengan artiss yang mereka kagumi tersebut. Bukan berarti kita melarangnya sebab itu adalah kebesan tiap individu untuk berekspresi yang di atur dalam dalam pasal 28 undang-undang dasar 1945.

Sepertinya harus perlu ada sebuah pemahaman baru yang dibangun atas makna kebebasan yang sekiranya dapat membangun kebebasan yag bermoralitas kehendak dan gerak sepenuhnya. Pemahaman ini akan menimbulkan konflik yang berujung pada kehancuran. Orang lain juga punya kebebasan dan bagaimana jika kita punya kepentingan yang sama yang sifatnya berbenturan, lalu siapa yang akan mengalah,,??

Eric From dalam bukunya menawarkan konsep kebebasan, dia memahami kebebasan itu adalah adanya sebuah gerakan atau aktifitas yang kreatif dan progresif. Berangkat dari sinilah terbangunya kesadaran untuk kembali memahami kebebasan dan hawa nafsu, kalau tidak maka kebebasan dan ketidaktaatan terhadap norma-norma yang berlaku di masyarakat semakin tidak jelas.

Untuk sampai pada kebebasan bermoral maka perlu ada bekal yang ahrus di persiapkan, yaitu cara berpikir yang benar dan yang mampu membedakan yang sungguh-sungguh benar dan yang salah, yang produktif dan non produktif. Dari sini, maka kebebasan itu hanya akan dikendalikan oleh kebebasan itu sendiri. Inilah yang menjadi pandangan akal yang rasional.

Kebebasan yang benar adalah kebebasan yang dapat mengontrol kebebasan itu sendiri. Akan menjadi bumerang buat kita jika kebebasan di kontrol oleh hawa nafsu. Dalam Al Qur’an saja Alla SWT mengasakan bahwa” Orang yang kuat adalah orang yang dapat mengendalikan hawa nafsunya”. Kebebasan yang baik adalah kebebasan yang dinaungi oleh sentuhan-sentuhan keislaman, dengan begitu maka bukan kebebasan yang mengontrol diri kita tapi kitalah yang mengendalikan kebebasan. Horas Wepolt berkata bahwa Hidup adalah lelucon bagi orang yang berpikir dan tragedi bagi orang yang mengandalkan perasaan. Artinya bahwa kita dapat menentukan baik atau buruk hidup ini kalau kita mengandalkan perasaan dan berpikir dengan bijak, tapi hidup akan menjadi tragedi bila segala sesuatu selalu mengandalkan perasaan atau hawa nafsu. Kebebasan yang sejati adalah kebebasan dimana kita dapat berbuat apa saja yang baik dan berbuat apa saja dijalan Alla SWT tanpa adanya paksaan atau halangan dari orang lain (Baca Juga Artikel Menarik : Makna Jodoh)

Posting Komentar untuk "Kebebasan Dengan Sentuhan Moralitas"